3.Leap of Feat

43 14 2
                                    

"Namun, siapa yang bisa memilih ketika jalan hidup telah tertulis dalam scenario semesta. Baik atau buruk, suka tidak suka. Semua harus di jalani."

Aroma itu kembali merasuki indera penciumanku. Oh tuhan, kenapa harus ini lagi. Dia kembali menyapa dengan wajah paniknya. Seperti sebua kaset rusak memori itu terus berputar dalam pikiranku. Wajah khawatirnya, senyumannya, rasa panas, perpaduan aroma asin air laut dengan aroma gosong, teriakan panic dari semua orang di sekelilingku. Lalu suara sirine yang berbunyi dengan kencangnya. Semuanya seakan merasuki kepalaku tanpa permisi.

Please,

Not again.

Ahra terbangun dari tidurnya dengan wajah bercucuran keringat dan nafasnya yang tak beraturan. Bayangan itu kembali memasuki alam bawah sadarnya. Menyapa gadis itu dalam lelap. Ahra menangis tersedu, sungguh ini sangat menyiksa untuknya. Dia tak pernah menginginkan ini semua terjadi antara dirinya dengan sosok itu.

Namun siapa yang bisa memilih ketika jalan hidup kita telah tertulis dalam scenario semesta. Baik ataupun buruk, semuanya telah terjadi. Suka tidak suka semua harus dijalani.

***

Suara alunan music menggema di seluruh penjuru ruangan. Ahra dengan lincah menggerakan seluruh tubunya mengikuti irama music. Di hadapannya terdapat kaca besar yang menampilkan bayangan dari dirinya. Sengaja kaca tersebut di pasang sepanjang dinding ruangan itu.

Di ruangan itu dia tidak sendiri, terdapat puluhan remaja lainnya yang dengan antusias melihat penampilannya. Beberapa di antara mereka sibuk merekam tarian Ahra dengan ponsel mereka. Tak sedikit pula dari mereka yang meneriaki penampilan gadis itu dengan teriakan kagum. Alhasil ruangan itu menjadi sangat ramai.

Gerakan tubuhnya yang lincah seakan mampu menarik perhatian semua orang yang berada di ruangan itu. Beberapa dari mereka ada yang menonton aksi gadis itu melalui pintu kaca ruangan tersebut.

Ahra mengakhiri tariannya dengan sangat mengagumkan. Semua yang berada di ruangan tersebut memberi tepukan meriah untuknya. Gadis itu menampilkan senyumnya kepada semua orang yang berada dalam ruangan. Nafasnya terlihat memburu, kucuran keringat sudah menghiasi dahinya.

" Aku akan mengajarkan tarian tadi step by step. Sekarang kalian berbarislah"

Setelah semuanya berbaris Ahra mulai menjelaskan gerakan per gerakan tarian yang baru saja dia tampilkan.

" Nah, sekarang giliran kalian mempraktekannya. Five...Six... Seven.. Eight"

Semua orang yang telah berbaris mulai mempraktekan gerakan yang Ahra ajarkan tadi. Secara perlahan tanpa music namun sudah cukup kompak. Sesekali Ahra berkeliling barisan dan membenarkan gerakan salah­- dari seseorang yang menurutnya- masih salah.

Gadis itu kembali memimpin barisan, mencontohkan gerakannya yang di ikuti oleh semua orang yang berbaris di belakangnya.

"Five... Six... Seven...Eight" teriak Ahra kembali, lalu memulai aksinya.

***

Jam mengajar Ahra telah usai. Semua orang yang berada dalam ruangan itu perlahan mulai pergi. Namun tidak dengan gadis itu. Dia masih terduduk di suatu sisi ruangan tersebut dengan earphone yang bertengger manis di telinganya. Sambil menghayati lagu yang dia dengarkan pikiranya menerawang membayangkan beberapa gerakan yang akan ia ciptakan dengan lagu yang di dengarkannya sekarang.

Ahra mengambil sebuah botol air minum miliknya. Air putih cukup untuk membasahi tenggorokannya yang mengering sejak tadi.

"Ahra-ya."

Female Dance CoachTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang