The Night When I See You

164 22 1
                                    

Pre-note: This is the continuation of "One Day in the Airport"

Salahkah jika Lee Daeyeol berharap bahwa gadis itu akan datang?

Lelaki bersurai hitam tersebut kini berdiri di bawah gemerlap lampu-lampu kecil yang menghiasi pepohonan yang menjulang di taman kota. Ia di sana bersama segelas plastik kopi panas yang selalu setia menemani perjalanannya, menunggu kedatangan seseorang yang tidak pasti.

Kim Sowon.

Selama ini Daeyeol tak pernah berharap bahwa gadis yang pernah mengisi hatinya tersebut akan kembali padanya. Tidak setelah ia melakukan kesalahan besar dengan mengabaikan perasaan gadis itu ketika ia berada di titik terlemahnya, bahwa sang gadis juga tengah merasa terluka akan kejamnya kehidupan dan hanya dapat bertumpu pada dirinya.

Namun saat itu Daeyeol yang merasa lelah termakan oleh egonya sendiri, meminta Sowon untuk mengerti keadaannya, dan berhenti bergantung padanya. Merasa tak lagi dapat menampung segala luka yang gadis itu bawa, lelaki itu membiarkan sang gadis untuk mencari tumpuan yang lebih kuat, meninggalkan dirinya yang hanya dapat memberikan tumpuan yang lemah dan dapat membuat gadis itu jatuh kapan saja.

Dan pada akhirnya, Daeyeol merasa kehilangan. Ia merasa tidak berguna setelah Sowon pergi, dan ia berpikir bahwa sudah terlambat untuk menyesali semuanya ketika tahu gadis itu telah bertemu dengan lelaki lain yang tampak lebih baik dari dirinya.

Sebuah gonggongan nyaring membawa Lee Daeyeol kembali pada kenyataan, di mana ia mendapati gadis yang tengah dipikirkannya kini berdiri di hadapannya. Tatapan gadis itu sedingin es, dan tangannya tampak menggenggam tali pengikat anjing pudel berbulu abu-abu tua dengan erat.

"Kau datang." Daeyeol tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya ketika bisa melihat gadis itu untuk kedua kalinya hari ini setelah sekian lama mereka tidak bertemu. Tapi ia merasa bahwa sang gadis tidak memiliki perasaan yang sama saat ini.

"Aku hanya ingin mengajak Meonji mencari udara segar."

"Baiklah." Daeyeol masih mencoba menekan harapannya untuk dapat berbicara lebih banyak dengan Sowon, walaupun sebenarnya dalam hatinya, ia sangat ingin menanyakan tentang keadaan gadis tersebut selama beberapa tahun terakhir.

Seakan dapat membaca isi pikirannya, tiba-tiba saja terdengar suara lirih yang bertanya pada Daeyeol, "Bagaimana... kabarmu?"

Daeyeol berdehem, "Tidak pernah istimewa, selalu seperti ini." ucapnya sembari mencoba menghilangkan kegugupannya dengan menyesap kopinya. Namun ia akhirnya hanya bisa menghela napas ketika mendapati bahwa minuman pahitnya tersebut telah habis.

"Kau sendiri? Kau hanya datang ke Jepang untuk menghibur diri kan?"

Ada senyum tipis terulas di wajah Kim Sowon, tapi Daeyeol masih bisa menangkap warna kelam dalam kedua netra gadis tersebut.

"Kau masih ingat ternyata."

"Kenapa lelaki itu tidak bersamamu?" Daeyeol merasa penasaran. Bukankah Sowon telah menjalani hidup baru dengan lelaki lain, yaitu Jung Taekwoon?

"Dia... masih terikat dengan hubungan lamanya, aku baru mengetahuinya beberapa hari yang lalu..." jantung Daeyeol serasa terhenti ketika mendengar ucapan Sowon. Gadis itu sendiri kemudian menundukkan kepalanya dan menatap peliharaannya yang tampak berlarian ke sana kemari meskipun dikekang oleh tali pengikat.

"Apa ini balasan bagiku karena meninggalkanmu?" lirih gadis itu lagi.

"Menurutmu begitu?"

"Entahlah..." Sowon terkekeh pelan dan tertahan, "... aku pun tidak tahu kenapa aku datang ke sini. Aku bahkan sudah memintamu untuk menjalani hidup baru sepertiku setelah kita berpisah."

Hidup baru. Entah kenapa Daeyeol mulai jengah dengan frasa itu.

"Bagiku, hidup baru terjadi ketika kita bertemu," lelaki itu berjongkok di hadapan gadis berkaki jenjang tersebut, meraih anjing bernama Meonji milik Sowon, dan mendekapnya, "dan itu berakhir ketika kita berpisah."

"Bukankah bebanmu berkurang ketika aku tidak ada? Kau tidak perlu mendengar keluh kesahku lagi."

"Tidak, justru aku merasa beban hidupku bertambah ketika kau pergi. Aku tidak lagi tahu apa yang tengah terjadi padamu. Itu membuatku semakin memikirkanmu dan membebani diriku sendiri." Daeyeol kini mengusap bulu Meonji, lalu menatap ke arah gadis bersurai cokelat tua pudar di hadapannya, yang kini menatapnya dengan kedua mata yang basah.

Daeyeol tak pernah menyukai tatapan seperti itu dari seorang Kim Sowon. Tapi kali ini dia tidak bisa melakukan apapun lagi karena gadis itu tak lagi bersamanya.

"Kau masih punya aku, Kim Sowon... Kau masih bisa datang padaku ketika hidupmu terasa sulit dan tidak perlu jauh-jauh kemari. Itupun... jika kau mau..." keraguan mulai merayap di hati lelaki itu kala ia melepaskan anak anjing yang dipeluknya tadi pada sang pemilik, "Ku rasa aku harus memesan kopi lagi. Semoga liburanmu menyenangkan."

Lee Daeyeol bersiap untuk mengambil langkah, meninggalkan gadis itu lagi walaupun terasa berat. Yang terpenting baginya saat ini adalah bahwa ia telah mengungkapkan segala hal yang telah ia pendam selama beberapa tahun ini pada sang gadis yang telah memenuhi segala ruang dalam hatinya tersebut; kekhawatirannya dan juga harapannya.

"Daeyeol Oppa!"

Daeyeol tak dapat lagi memaksakan langkahnya untuk menjauh ketika Sowon tiba-tiba memanggil namanya, setelah sekian lama. Ia tak tahu apakah dia bermimpi saat ini, namun ketika ia berbalik dan mendapat garis senyum seindah bulan sabit yang tengah bersinar di atas mereka menyambutnya, Daeyeol yakin, semua ini adalah kenyataan.

"Biarkan aku mentraktirmu kopi malam ini."

* * * *

"Giraffe Couple" Story CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang