Sara mendengar obrolan ayahnya tiba-tiba terhenti. Sara mencoba melirik ke arah ayahnya dengan memutar bola matanya. Terlihat dari ujung mata Sara ada seorang pemuda yang tengah membisikkan sesuatu kepada ayahnya. Entah apa yang dibicarakan pemuda itu.
Setelah pemuda itu menjauhkan wajahnya dari telinga ayah Sara kini giliran ayah Sara yang membisikkan sesuatu kepada anaknya.
"Doni mau bicara sama kamu."
Sara mengangguk pada ayahnya lalu pergi mengikuti seorang pemuda yang sebelumnya telah memberikan isyarat kepada Sara untuk mengikutinya.
'Ayah tahu pemuda itu?' batin Sara saat menyadari bahwa pemuda yang berjalan di depannya itu adalah pemuda yang sama yang duduk di depannya tadi.
Pemuda itu membawa Sara ke sebuah taman di depan gedung.
Pemuda itu mengajak Sara duduk di salah satu bangku taman."Kamu Sara kan?" Tanya pemuda itu sesaat setelah mereka saling terdiam.
Mendengar itu, Sara menoleh ke arah pemuda itu lalu tersenyum.
"Iya, aku Sara."
Doni juga menyunggingkan senyumannya membalas senyuman Sara. Dia bersikap sangat baik dan ramah kepada Sara.
"Kenalkan, aku Doni." Doni mengulurkan tangannya sambil memperkenalkan dirinya.
Secara refleks, Sara menerima jabatan tangan Doni. Sara terkesima oleh ketampanan dan sikap ramah Doni kepadanya.
"Kesibukan kamu sekarang apa?" Tanya Doni berusaha akrab
"Aku sedang sibuk kuliah, Semester dua di jurusan sastra."
"Kenapa sastra? Bukankah kamu penerus perusahaan ayah kamu?" Tanya Doni heran mendengar jawaban Sara
"Aku baru lulus S2 di jurusan Bisnis sebenarnya tapi, karena aku memiliki cita-cita lain selain meneruskan usaha ayah, aku mengambil lagi kuliah di jurusan Sastra."
"Ohh... Wanita idaman."
"Hmm" Sara berdehem berusaha menguasai dirinya yang mulai merasa canggung.
Sara tertegun mendengar kata-kata terakhir yang diucapkan Doni. Entah kenapa jantungnya kini berdegup semakin kencang.Setelah berbincang-bincang cukup lama dengan Doni, Sara dapat menyimpulkan bahwa Doni adalah orang yang sangat mudah bergaul dan asyik diajak ngobrol, berbeda dengan dugaan Sara ketika pertama bertemu dengan Doni.
Sepulang dari acara, di kamar Sara tidak hentinya tersenyum mengingat kejadian tadi. Padahal waktu telah tepat menunjukkan pukul 12 malam namun entahlah matanya tidak dapat terpejam sedari tadi.
Keesokan paginya, Sara bangun lebih awal. Sejak dari malam sampai sekarang Sara terus menyunggingkan senyuman.
"Tumben kamu bangun pagi" kata ibu Sara terheran-heran.
"Kenapa kamu senyum-senyum?"
Kini ayah Sara yang angkat bicara.
Sara berusaha menyembunyikan senyumnya dan bersikap seperti biasanya."Enggak apa-apa, aku baru saja dapat lotre." Jawab Sara asal.
Orang tua Sara hanya geleng-geleng kepala mendengar celotehan anaknya.Di kampus Sara tidak bisa berkonsentrasi pada mata kuliah yang disampaikan oleh dosennya. Pikiran nya hanya tertuju pada satu nama, Doni. Saat ini Sara tidak bisa menahan rasa kantuknya namun, karena saat ini yang mengajar adalah dosen killer Sara memaksakan matanya agar tetap terbuka.
Barulah ketika di kantin dia tertidur pulas dengan tas sebagai bantalan nya.Jonita yang kebetulan melihat teman nya hanya bisa geleng-geleng kepala lalu menghampiri sahabatnya.
"Sara.... Saraaa... Saraaa". Jonita berusaha membangunkan Sara sambil mengguncangkan badannya.
"Apa sih Joo? Ganggu tau enggak?". Sahut Sara dengan mata yang masih terpejam
"Kamu enggak malu apa tidur di kantin?". Tanya Jonita lalu duduk di depan Sara
Sara berusaha membuka matanya lalu membenarkan posisi duduknya.
"Gimana? Kamu sudah kerumahnya Yuna kan kemarin?". Tanya Jonita tanpa merasa bersalah karena telah membangun kan tidur Sara.
Mendengar pertanyaan dari Jonita, rasa kantuk Sara tiba-tiba saja hilang seketika. Sara juga baru sadar hari ini dirinya belum sempat menghubungi Yuna lagi.
"Aduhh... aku lupa." Ucap Sara sambil menepuk jidatnya.
"Kamu lupa enggak pergi ke rumah Yuna?" Tanya Jonita polos
"Enggak. Aku lupa belum hubungi dia lagi." Sara merogoh handphone di dalam tasnya lalu mencari kontak bernama Yuna.
Sara mencoba untuk menghubungi Yuna namun hasilnya tetap sama, Yuna tidak bisa dihubungi. Nomornya selalu tidak aktif ketika dihubungi.
"Gimana?". Tanya Jonita.
Dilihat dari raut wajah Sara, Jonita dapat menyimpulkan bahwa Yuna belum bisa dihubungi.Karena tidak mendapat kan jawaban dari Sara, Jonita kembali berucap.
"Sudahlah, biarkan saja dia dengan dunianya sekarang. Jika memang dia masih menganggap kamu temannya dia pasti akan menghubungi kamu terlebih dahulu. Kamu jangan khawatir." Jonita merasa iba melihat Sara yang terlihat sangat tertekan.
Jonita tahu pasti perasaan Sara, walau bagaimanapun hubungan Sara dan Yuna sangat dekat bahkan saking dekatnya mereka sering di sebut seperti adik dan kakak.
"Tapi, tetap saja aku khawatir Joo. Dua hari dia menghilang tanpa kabar terlebih lagi saat aku pergi ke rumahnya, dirumahnya kosong." Kata Sara lirih
"Kalau begitu kamu coba lagi aja pergi ke rumahnya."
"Percuma Joo. Sepertinya mereka pindah deh."
"Masa sih. Tapi gak ada salahnya kamu ke sana lagi, siapa tahu kemarin orang rumah nya, kebetulan sedang pergi saat kamu ke sana."
Sara hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan apa yang dikatakan oleh Jonita.
Seperti yang dikatakan oleh Jonita Sara kembali ke rumah Yuna keesokan harinya.
Berbeda dengan kemarin, dari kejauhan Sara melihat sebuah mobil terparkir di depan rumah Yuna menandakan bahwa penghuni rumah itu kini sedang ada di rumah.
Seorang satpam berlari untuk membukakan gerbang ketika melihat kedatangan mobil Sara yang hendak masuk.
Ketika Sara keluar dari mobil, seorang pembantu rumah tangga datang menghampiri Sara.
"Non, Sara." Sapanya pada Sara
"Eh, Bi Surti. Kenapa bi sampai lari-lari begitu?". Tanya Sara heran
"Oh, iya bi Yuna nya ada?" Sambung Sara
"Maaf sebelumnya Non, Non Yuna tidak ada di rumah karena sebenarnya dari tiga hari yang lalu non Yuna sudah pergi dari rumah ini. " Terang Bi Surti
"Pergi? Kemana bi?" Sara kaget mendengar penjelasan bi Surti
"Bibi juga kurang tahu non. Kalau Non mau tahu Non bisa tanyakan langsung saja ke Den Handra. Dia ada di dalam." Saran bi Surti
Di sisi lain Sara sangat ingin tahu kabar dari Yuna namun, di sisi lain Sara merasa canggung jika harus bertanya kepada kakaknya karena sebelumnya Sara belum pernah bertemu dengan kakak Yuna.
Menurut yang dikatakan Yuna kak Handra adalah orang yang sangat sensitif apalagi tentang hal yang berhubungan dengan Yuna. Bagaimana jadinya jika Sara tiba-tiba bertanya hal tentang Yuna pada Handra yang sama sekali belum pernah melihatnya. Sara takut Handra akan mengatakan
'Teman macam apa yang tidak mengetahui kabar kepergian temannya?'
Membayangkannya saja Sara tidak mampu, Sara lebih memilih untuk pulang daripada harus menanyakan tentang Yuna kepada Kak Handra."Oh... Gitu ya Bi, mungkin mampir nya lain kali saja deh. Aku pamit pulang ya Bi."
"Iya Non."
Sara kembali masuk ke mobilnya dan pulang.