CHAPTER 3

34 7 4
                                    


    Sasya memasuki rumah nya dengan santai "assalamualaikum, bunda Sasya pulang!" Teriak Sasya ketika membuka pintu rumahnya.
   
    "Waalaikumsallam, Sasya gak perlu teriak begitu bunda juga denger sayang" sambil membawa segelas minuman Naya menghampiri anaknya yang sudah terduduk di sofa ruang keluarga.Rumah Sasya bisa dibilang termasuk perumahan elite yang ada di Jakarta, tetapi tidak ada satu pun
Prt dirumah itu. Bunda nya mengajarkan dirinya untuk hidup mandiri. Walaupun hidupnya sangat mewah dengan fasilitas yang memadai tidak membuat Sasya menjadi anak yang manja.Bunda nya selalu mengajarkannya menjadi orang sederhana seberapapun tinggi dirinya. Bundanya memang bunda terbaik yang ada di dunia.
 
    "Hehehe maaf deh bun" ujar Sasya sambil memeluk bundanya yang terduduk di sampingnya."gimana sayang dengan sekolah baru kamu?"tanya bunda sambil mengelus pucuk kepala Sasya.

    "Baik kok bun,Sasya juga seneng bisa punya temen baru"jawab Sasya sambil mendongakkan kepalanya menatap wanita cantik di sampingnya,walaupun usianya sudah menginjak 40thn tetapi aura kecantikan masih terpancar di wajah wanita itu.Dan hal itu pun menurun pada Sasya, tak heran banyak kamu adam yang mendambakan dirinya dengan kulit putih yang terawat,hidung mungil yang mancung,bibir merah jambu yang tipis,rambut curly panjang,dan yang paling penting lesung pipit yang ia punya.pria mana yang tak terkagum kagum padanya, tetapi sampai saat ini belum ada pria yang mampu masuk ke dalam hatinya.

    "Maaf ya sayang karena pekerjaan ayah,kamu harus pindah sekolah dan ninggalain sahabat² kamu yang ada di Bandung" dengan raut wajah yang merasa bersalah Naya masih mengelus lembut rambut anaknya tersebut.

    "Bunda Sasya ngerti kok bunda gk perlu merasa bersalah gitu, ayah kan kerja juga buat kita dan bunda juga gak perlu khawatir sahabat² Sasya di Bandung juga ngerti kok, dan Sasya masih berhubugan baik sama mereka". Ujar Sasya yang berusaha menenangkan bundanya.

    "Anak bunda yang satu ini sudah cantik,pintar,pengertian banget sama orang tuanya" dengan posisi yang masih sama tiba² terdengar suara dari arah pintu.

    "Assalamuallaikum" seorang cowok memasuki rumah tersebut dan langsung duduk di sofa single yang berada di samping sofa yang sedang ditempati oleh dua wanita yang sangat di cintainya.

    "Waalaikumsallam" jawab mereka serentak."dari mana kak?"tanya Sasya yang menoleh ke arah lelaki itu.

    "Biasa Sya, masa kamu gk tau" sambil menyeruput minuman yang ada di meja,Leo menengok ke arah Sasya.

    "Leo itu kan minuman bunda kamu ini" Protes Bunda yang merasa hak nya diambil.

    "Hehe maaf bun, habisnya Leo haus banget"ucap Leo dengan cengiran tak bersalah nya

    Leo Lamando seorang cowok dengan kulit berwarna kuning langsat, rambut hitam,hidung mancung,serta rahang yang tegas itu tak lupa tinggi yang menjulang serta badan yang sedikit berotot itu adalah anak sulung dari pasangan Naya dan Rizal,kakak dari seorang Sasya Lamanda mereka hanya terpaut usia 3 tahun,Leo adalah seorang mahasiswa di salah satu universitas elit di Jakarta.

    "Enak ya kakak apelin pacar mulu, apalah daya Sasya yang masih jomblo ini"meratapi nasib memang sungguh menyedihkan.Bukannya karena tidak laku atau apa, sejak dulu banyak lelaki yang mendekatinya tetapi Sasya sadar mereka hanya melihat dari fisik saja terbukti karena Sasya selalu menjadi primadona di sekolah nya, tetapi sampai sekarang belum ada seseorang yang mampu singgah di hatinya,ia hanya ingin menunggu waktu yang tepat dengan orang yang tepat mungkin itu terdengar lebay tapi memang itu kenyataannya. Sasya tidak ingin membuang-buang waktu untuk berpacaran dengan orang yang tidak disukainya untuk apa? Yang ada nantinya ia akan menyakiti orang itu.

    "Makannya cari pacar dong Sya, lihat tuh hati kamu sampe ada sarang laba-labanya gara-gara gak pernah ada yang huni hahaha jomblo kok dipelihara Sya Sya" Leo meledek Sasya dengan senyum sumeringahnya ia sangat senang meledek adik kesayangannya itu.

    "kakak kira cari pacar gampang"

    "Gampang lah, emangnya di sekolahan baru kamu gak ada yang mau sama kamu?kasihan banget sih gak ada yang mau"

    "Bukannya gak ada yang mau kak, cuman Sasya belum menemukan seseorang yang tepat"

    "Ih sok puitis banget kamu dek,jadi penasaran cowok kayak gimana yang bakal jadi pacar kamu"

     "Hush kalian ini dari tadi bunda perhatiin ngomongin pacar terus, kamu juga Leo pacar kamu aja belum dikenalin sama bunda malah nyuruh Sasya cari pacar,gimana sih kamu" bundanya yang sedari tadi hanya memperhatikan kedua anaknya berbicara akhirnya ikut menimbrung.

    Mendengar itu Sasya langsung menjulurkan lidahnya ke arah Leo seraya berkata "rasain" yang dibalas tatapan tajam oleh Leo

    "Kalo udah waktunya bakal leo kenalin kok bun"Leo membalasnya sambil terkekeh,ia hanya belum mendapatkan waktu yang pas saja untuk mengenalkan pacarnya kepada orang tuanya.

    "Bunda pegang omongan kamu"

    "Siap ibu negara"

            ****
Ceklek

Sasya membuka pintu kamarnya yang berada di lantai dua, setelah perbincangan antara ia,kakak,dan bundanya tadi entah mengenai apa yang mereka bicara kan yang jelas kakak laki-lakinya itu sangat senang meledeknya.

Sasya langsung merebahkan dirinya di kasur kingsize miliknya dan menjadi tempat singgahsana ternyaman baginya.

    Sambil menatap langit-langit kamarnya ia bergumam "huft capek banget hari ini,tapi gue harus tetep semangat"

    "Mending gue mandi habis itu bobo cantik deh"Sasya pun mengambil beranjak memasuki kamar mandi

    Setelah selesai mandi Sasya duduk di meja riasnya tidak lupa memakai skincare agar kulitnya sehat terjaga
     "Kalo gue langsung tidur kayaknya gak asik deh,hmmm ngapain ya?"mata menatap ke langit langit kamar dengan jari telunjuk yang ada di dagunya Sasya berfikir apa yang akan ia lakukan.

    "Oh iya,mending gue nulis diary aja udah lama juga gk nulis"ia pun membuka lagi yang ada di bawah meja riasnya mencari buku diary berwarna nevy kesayangnnya.

    "Kok gak ada ya,gue taruh dimana coba?" Sasya bertanya pada dirinya sendiri seingetnya ia selalu menaruh buku diarynya di laci itu atau dia selalu membawanya ke sekolah

    "Oh iya ada di tas sekolah kan, ih pikun banget deh gue gimana kalo udah tua coba hehe" Sasya pun beranjak dan mengambil tas yang digantung di balik pintu kamarnya,ia mengobrak-abrik isi tas nya tapi ia tidak menemukannya.

    "Kok gak ada juga sih,tuh buku suka banget ngilang deh kayak jodoh gue" Sasya pun kembali mengingat dimana ia menaruh buku diarynya itu.

    "Astaga gue lupa tadi kan pas balik gue pegang itu buku terus gue pulang naik mobilnya...ZARFAN,yaampun berarti buku gue ada di mobil dia dong. Gimana nih?"sambil berteriak menyebut nama Zarfan,Sasya pun mengingat dimana buku nya berada.

    "Sya kenapa si kamu teriak-teriak?"sahut Leo yang berada dikamarnya tepatnya di sebelah kamar Sasya.

    "Hehe gak kenapa-kenapa kak"Saya pun hanya cengengesan mendengarnya,tetapi ia harus mencari cara bagaimana bukunya bisa kembali ketangannya.

            ~~~~~

Hai guys im back sorry banget ya gue baru upload hehe ada urusan pribadi guys

So kalian langsung baca aja eitsss jangan lupa like sama komen ya:-)
Follow akun akuu jugaaa

    

   

   

   
   
   

   

   

YOU.AND.ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang