Rindu

7 0 0
                                    

"Biarlah hadirku selalu menjadi ruang rindu agar kamu tidak akan pernah merasa kesepian."

📖

Clair menghempaskan langkahnya begitu cepat setelah bel pulang sekolah berdering dari lima menit yang lalu, mencoba mengejar sosok laki-laki yang jaraknya lebih jauh dari tempatnya.

Drap!

Bunyi yang timbul dari gerakan Clair menarik lengan padat milik Gleet. Pemilik lengan memicingkan kedua mata dan menarik kasar lengannya seperti enggan di pegangi oleh kekasihnya dan mulai melipat kedua tangan di dadanya. Tiba-tiba tubuhnya terasa hangat dan bergetar hebat, wanita di depannya berhasil mendekap tubuhnya. Gleet hanya diam dan membalas dekapannya, tak lama kemudian dia melepaskan pelukan itu dan meraih tangan Clair untuk meninggalkan lobby sekolah.

"Mau kemana?" tanya Clair mendongak melihat wajah Gleet di sebelahnya.

Gleet tidak menggubris pertanyaan Clair, ia hanya memberi kode agar Clair untuk ikut dengannya. Motor Gleet melaju ke suatu tempat yang tak jauh dari sekolah mereka, kedai es krim.

Mereka menikmati semangkuk es krim dalam keheningan. Mulut Gleet masih tidak bergumam sedikit pun dan matanya tak lepas dari wajah Clair yang berada di depannya. Clair yang masih mengaduk malas es krim vanilanya dan otaknya berputar-putar memikirkan laki-laki yang masih terus menatapnya tajam.

"A-a-aku..." Clair mulai membuka perbincangan dengan sungkan.

"Besok kamu ganti nama aja. Jadi, Nyonya Dallas. Udah cocok," potong Gleet dengan santai.

Clair langsung memelototi Gleet yang sedang menyuap es krim cokelatnya ke dalam mulutnya.

"Kenapa? Gak suka? Gak terima? Oh maunya jadi Nyonya Medison ya?" ucap Gleet asal sambil senyam-senyum.

Clair berdecak sambil menopang wajahnya malas di atas meja dengan mengerucuti bibirnya yang mungil.

"Gak mau juga? Mungkin kamu maunya jadi Nyonya Prapanca ya," Gleet menunjukkan smirk miliknya.

"Gleet!!!" rengek Clair seolah meminta Gleet menghentikan celotehannya.

"Iya sayang?" Gleet mengusap puncak kepala Clair lembut.

Di seberang sana ada Clair yang mencoba menyembunyikan wajahnya yang mungkin sebentar lagi memerah seperti kepiting rebus.

"Gemes kalo lagi blushing gitu pipinya, sering-sering aja ya!" batin Gleet.

"Maaf," kata itu melolos saja dari mulut Clair.

"Ke..." mulut Gleet ditahan berbicara oleh Clair.

"Maaf untuk beberapa hari lalu, tingkah aku seperti anak-anak, childish, egois..." Clair menjedakan ucapannya.

"Sssttt!" perintah Gleet sambil memberi kode kepada Clair yang masih menyeloteh ria.

"Banyak hal yang gak kamu suka dari aku kan? Tapi aku yakin banget kamu mana mungkin putusin aku begitu aja dan aku juga yakin..." Clair berhenti berbicara karena melirik Gleet yang sedang berusaha memerintahkannya untuk menghentikan ucapannya.

"Aku juga yakin kalau kamu akan sabar dan akan selalu sabar membimbing aku untuk lebih baik. Aku sekarang mengerti kenapa beberapa hari lalu kamu balik cuekin aku," Clair menambahi ucapannya.

"Kenapa?" kini Gleet mulai membuka suaranya.

"Kamu lagi uji aku kan? Uji aku, apa aku bakal rindu kamu atau gak? Apa aku bakal sanggup bernafas tanpa kabar dari kamu? Pasti kamu juga tahu mana bisa aku jalani semuanya tanpa ada kita," jawab Clair mantap dan menatap Gleet dengan senyum lebarnya.

ClaetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang