Best Part

10 1 0
                                    

"Yang kamu lakukan begitu dahsyat nyaris seperti bom atom di Hiroshima dan Nagasaki."

💔

"Gleet!" Clair memanggil Gleet lirih.

"Clair?" sontak Gleet terkejut menghentikan kesibukannya.

"Tega kamu!" Clair melempar tatapan maut dengan air mata yang terus mengalir deras.

Clair berlari sejadinya tidak peduli dengan suara-suara sekitar. Tidak peduli kakinya mungkin sudah berdarah. Tidak peduli dengan penampilannya yang sangat berantakan. Sudah sangat tidak peduli dengan lelaki yang masih setia mengejarnya dari belakang.

Drap!

Lelaki berkemeja hitam itu merengkuh tubuhnya yang meletih dan jatuh begitu saja. Gleet meraih tubuh Clair dengan cepat, tidak akan pernah ia membiarkan kekasihnya terjatuh.

"Lepas! Aku benci kamu!" tegas Clair sambil memukul lengan kekar milik Gleet.

"Dengar penjelasan aku, Clair!" Gleet enggan melepaskan pelukannya dan semakin mempereratnya.

"Penjelasan apa? Penjelasan kalo kamu selingkuh iya?" isak tangis Clair membuat suaranya bergetar.

"Aku bisa jelasin," sekujur tubuh Gleet ikut bergetar merasakan tangisan Clair seperti cambuk baginya.

"Kita putus!" kata itu dengan mulus keluar begitu saja dari mulut Clair.

Entah perkataan Clair berhasil membuat Gleet kelewat kaget, seperti beban berat menimpanya bertubi-tubi. Lengannya lemas, ia mulai meregangkan pelukannya. Clair terjatuh karena tidak tersadar Gleet melepaskan pelukannya.

"CLAIR!" sentak Gleet sambil ikut terjatuh ke tanah bersama dengan Clair yang kacau.

"Kita putus!" ulang Clair sambil terus memukul dada bidang Gleet.

"KAMU BERASUMSI SENDIRI, CLAIR! KAMU HARUS DENGAR PENJELASAN AKU!" Gleet berteriak histeris sambil memeluk erat tubuh Clair yang masih memukul dada bidangnya.

"Lepaaas! Jangan sentuh aku! Aku benci kamu! Sangat benci! Kenapa kamu lakuin ini di hari spesial bagi aku!" makian Clair yang membuat Gleet semakin geram.

"Enggak, Clair! Enggak sama sekali!" Gleet membebaskan air matanya terjatuh sambil terus mencium puncak kepala Clair.

"Aku benci kamu! Anggap kita gak pernah kenal!" Clair mendorong tubuh Gleet.

Gleet membiarkan tubuhnya terhempas karena dorongan dari Clair, ia seketika menikmati luka menganga akibat tancapan berkali-kali di hari ini.

"Happy birthday, Clairent Demanda! Selamat ulang tahun pacarku, ralat mantanku. Aku sayang kamu hingga ujung ahiratku nanti!" Gleet mengejar Clair dan meraih lengannya cepat. Mengucapkan kata-kata itu dengan kepedihan. Mungkin ini akan menjadi hari terakhir ia berbicara dengan Clair.

Clair sejenak terdiam, menikmati kata-kata Gleet yang menyayat hatinya. Ia menepis kasar tangan Gleet, ia berlari meninggalkan Gleet yang masih mematung disana.

Mereka telah selesai.

"Lho? Lu kenapa Clair? Erlin dimana?" Mina memeluk sahabatnya yang datang dengan keadaan yang kacau.

Rambutnya berantakan, make up yang sudah meluntur, mata merah, dan sembab.

"GUE HAMPIR DIPERKOSA!" Clair histeris.

"Tenang, tenang. Minum, Clair!" Rachel menuntun Clair untuk duduk dan memberikan segelas air.

"Tapi lu baik-baik aja kan?" Mina mengelus lembut lengan Clair mencoba menenangkan.

"Gue baik aja," Clair selesai meminum segelas air dan meletakkannya di atas meja.

"Gue ketemu Gleet..." nafasnya kini terengah-engah.

"Tarik nafas. Atur nafas, Clair!" Rachel menggenggam erat tangan sahabatnya itu.

"Gleet jahat!" tangisnya kembali pecah, Clair memendam wajahnya ke dalam pelukan Rachel.

"Jagain, Clair. Gue mau samper Gleet," Mina memasang wajah sangarnya, tidak terima melihat sahabatnya menangis begitu pedih baginya.

"Kemana?" tanya Rachel yang masih kebingungan.

Mina melangkahkan kakinya tegas dan mantap. Matanya berkelana ke segala arah mencari keberadaan lelaki yang bernama Gleet itu. Ia tidak menunggu aba-aba lagi saat mendapati lelaki berkemeja hitam itu sedang berdiri mematung di tengah taman, iya itu Gleet.

"GLEET! LU LUPA YA? LU UDAH JANJI GAK BAKALAN BUAT NANGIS SAHABAT GUE! LU TUH YA, GAK LEBIH DARI SEORANG HARKA!" Mina berhasil melemparkan satu tamparan yang mendarat tepat pada pipi mulus Gleet.

"Kok lu jadi marah ke gue, Min?" Gleet masih memegangi pipinya yang terasa panas dan perih.

"BRENGSEK!" Mina melemparkan tatapan penuh kebencian dan melayangkan satu tamparan dari tangan mulusnya.

"Gue belum jelasin apapun, Min! Ini salah paham," Gleet terlihat frustasi sambil memegangi pipinya yang panas dan memerah.

"LU MAU CARI PEMBELAAN DARI GUE? MULAI DETIK INI GUE PERINTAHKAN UNTUK LU JAUH-JAUH DARI CLAIR!" perintah Mina penuh penekanan.

Mina meninggalkan Gleet yang yang masih mematung disana. Ia seperti merasakan kemarahan sahabatnya, Mina memaki Gleet seperti ia sedang benar-benar di posisi Clair. Ia tidak ingin Clair merasakan kesedihannya sendiri, Mina selalu bersedia menemani Clair dalam kesedihannya.

"Erlin dimana?" tanya Mina mendekati Clair dan Rachel.

"Kita harus cari Erlin!" tegas Rachel bangkit dari tempat duduknya.

***

Bagaimana sodara-sodara? Semoga suka! Kzl gak sama Gleet? Moga aje kzl bgt ha!

Maap part ini bener-bener singkat, tapi jangan lupa enjoy ya!

Thanks udah baca ♥️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ClaetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang