Tanpa Kabar

18 0 0
                                    

"Jika kamu memilih cara dengan menghindar, aku memilih cara dengan berhenti untuk peduli. Sekarang impas, bukan?"

📖

Telah tiga hari Gleet berhasil menghilangkan diri dari Clair. Lost contact, biasanya kaum awam mengganggap seperti itu. Hari ini adalah hari dimana Gleet akan diangkat menjadi ketua OSIS, entah ada angin ribut apa ia bertekad untuk tidak main-main dengan jabatan yang sebentar lagi ia emban.

Lima menit lagi upacara akan segera dimulai. Clair menatap kekasihnya itu dengan nanar. Gleet berdiri di atas podium, menjelajahi seluruh siswa Maldava yang kini sedang berbaris. Mata Gleet tidak sengaja menangkap gadis yang juga sedang menatapnya. Ia melempar tatapan kebencian kepada Clair dan membuang tatapannya.

"Kenapa jadi begini?!" batin Clair menjerit.

Upacara mulai dilaksanakan dengan tertib dan lancar.

***

"Selamat, brother! Ketos baruku," Salim, anggota OSIS menyalami Gleet.

"Thanks," Gleet menjabat tangan Salim dengan ramah.

"Kenalin gue Becca, nama panjangnya Rebecca Anastasya Rhasit. Di OSIS gue menjabat jadi sekretaris dan sekarang gue seneng banget lu jadi ketos gue," Becca mendekati Gleet dan menggodanya.

Gleet hanya membalas dengan senyum hangatnya.

"Please, jangan senyum!" perintah Becca yang tiba-tiba menatap Gleet tajam.

"Kenapa?!" Gleet terkejut.

"Soalnya senyum lu maut," Becca tertawa malu.

Gleet melebarkan bibirnya, ia tersenyum lepas.

"Woi, Becca cabe! Dia udah punya pacar," Salim memperingati Becca dengan galak.

"Yaelah, baru pacar bukan istri!" protes Becca tidak mau terkalahkan.

Gleet hanya membeku di sebelah Becca yang sedari tadi tidak ingin melepas lengannya.

"Gleet, gue ada di 12 IPS 3. Lu bisa cari gue kalo lu udah mulai suka sama gue!" Becca mencubit pipi Gleet gemas.

Gleet tersenyum dan mengacungkan jempolnya. Tanpa ia sadari Clair telah mengamatinya dari kejauhan. Mengamatinya sedari tadi asyik bercanda gurau dengan perempuan lain.

"Gleet, selamat ya!" suara itu membuat Gleet menoleh.

Gleet cepat-cepat pergi setelah mengetahui pemilik suara itu, ia mencoba menghindar.

"Gleet, kita perlu bicara!" Clair mencoba mengejar Gleet dan meraih lengan Gleet.

"Lepas!" Gleet menarik lengannya kasar.

Clair terdiam dengan perasaan campur aduk. Gleet seketika ikut terdiam dan menghentikan langkahnya.

"Jangan sentuh. Gu-gue!" ketus Gleet.

Clair terdiam melihat tubuh Gleet yang perlahan menghilang dari pandangannya. Gleet pergi begitu saja meninggalkan Clair di keramaian. Air matanya tidak bisa mendustakan perasaannya, Clair menangis. Ia berlari meninggalkan lapangan dan menutupi matanya yang sudah basah.

ClaetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang