10. Lamaranー1 (Flashback)

801 87 45
                                    

Hari itu entah kenapa Anthony gelisah. Tidur pun rasanya tidak nyenyak, guling kanan guling kiri sampai muter pun tidak mampu membuatnya memejamkan mata untuk tidur siang sejenak.

 Tidur pun rasanya tidak nyenyak, guling kanan guling kiri sampai muter pun tidak mampu membuatnya memejamkan mata untuk tidur siang sejenak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anthony pun mendudukkan tubuhnya, sebuah bantal kecil berwarna abu-abu pun ia peluk. "Aduh, pengen bobo siang kok susah banget sih!" sungutnya kesal. Tubuh mungil itu kembali menempel di kasur. Kali ini ia mencoba posisi tengkurap, wajah manis itu ia palingkan ke arah kanan.

Mencoba menutup kedua manik matanya sejenak. Lambat laun deru nafas teratur mulai terdengar, tubuh mungil itu terlihat rileks dengan gerakan naik turun yang stabil.

Perlahan pintu kesadaran menghilang. Dan gerbang penuh dengan tanaman bunga itu terbuka lebar untuk si manis jelajahi.

※※※

Tien Chen menarik nafas pelan, pemuda bermata sipit itu menatap gerah ke arah tiga pemuda di depannya.

"Ini bukan rencana yang bagus." kata pemuda Chou tersebut. Pemuda dengan tinggi semampai itu menyereput kopinya pelan, "Saya tidak suka berbagi."

Empat pasang mata itu saling memandang sengit.

"Dikira, kita juga suka gitu berbagi kak Onik. ." sahut seorang pemuda dengan kulit tan diantara mereka berempat. Sosok termuda itu mencibir pelan, "Dasar pak tua."

Tien Chen hanya balas tersenyum tipis namun dibawah meja, kaki panjangnya menendang tulang kering si pemuda Aswar ーsebut saja dia Aqsa.

Tanpa mempedulikan teriakan kesakitan dari sisi kirinya, pemuda dengan mata sipit yang duduk di sisi kiri Tien Chen bersuara, "Gue gak peduli!" Kento menggebrak pelan meja dihadapan mereka dengan tidak santai, "Yang penting gue jadi suaminya onik-chan!"

Satu-satunya pria bule disana menganggukkan kepalanya, entah maksudngya apa. "Sepertinya memang ini jalan satu-satunya agar Anthony menjadi milik kita." Mata biru itu terpejam sesaat sembati menghela nafas, "Cukup rasanya jika saingan dalam menarik perhatian Anthony hanyalah kita ber-empat."

Dalam hati ke-tiga pemuda di hadapan si bule mengiyakan.

Kento masih menggebu-gebu mengoceh, "Kita udah dapet restu dari Papa Ginting kan? Apalagi yang harus kita khawatirin sih!" Keliatan banget kalau manusia Jepang ini ngebet pengen nikah sama si mungil Ginting incarannya.

"Responnya kak Onik lah, Ajinomolto!" Aqsa menggeram kesal, pemuda berkulit tan menggeplak kepala Kento keras, "Kalau kak Onik nolak gimana dong!?"

Empat pemuda tampan yang tengah duduk melingkar itu dilanda kebingungan. Keempatnya adalah Chou Tien Chen, Viktor Axelsen, Kento Momota dan Aqsa Aswar. Empat pemuda yang terpincut hatinya akan sosok manis Anthony Sinisuka Ginting.

[⏯] HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang