[22]

331 16 5
                                    

"Dia?dia siapa ya?" Farel yang kini berada di balkon depan kelasnya sedang berpikir keras mengenai curhatan Ravelia-walaupun belum sepenuhnya tercurahkan.

"Sumpah deh, gimana gue bisa tau si dia itu siapa kalo gue gak punya clue sama sekali," Farel menggerutu kemudian mengacak-acak rambutnya frustasi.

"Bosen hidup, Rel?" tanya Wishnu yang tiba-tiba berada di sampingnya.

Farel berjengit sebentar. "Gak, gue lagi pusing aja."

"Lo keliatan frustasi banget. Ada masalah?"

"Ada, sebenernya bukan masalah gue. Tapi, gue merasa kayak ini tuh masalah gue," balas Farel lagi.

"Ravelia, huh?" tebak Wishnu dengan raut muka sangat yakin.

"Jangan nyalain kemampuan mind reader lo saat ini, Nu, please."

Wishnu kemudian tertawa sebentar. "Ravelia ada masalah apa emang?"

Farel langsung menarik tangan Wishnu dan berhenti di depan pintu kelas kemudian melihat ke arah Ravelia yang sedang mengobrol bersama Daffa dengan asiknya.

"Liat deh, Nu, menurut lo apa yang berbeda dari Ravelia?" tanya Farel sambil bersidekap.

Wishnu berpikir sebentar sambil mengamati Ravelia dengan serius. "Cara dia ketawa. Dia mungkin senyum atau ketawa, tapi mata dia sama sekali gak menyorotkan itu."

Farel menjetikkan jarinya semangat. "Pinter! Nah itu yang lagi gue permasalahin," kemudian Farel mulai bercerita, "jadi, kemarin abis pulang sekolah gue ngajak Ravelia buat main ke rumah,"

Wishnu memperhatikan Farel dengan serius. "Terus?"

"Terus kita nonton film, udah setengah jam film itu berjalan, dia sama sekali gak merhatiin film itu dari awal. Dia cuma ngelamun dan gue yakin dia ada masalah, karena dari pagi juga, dia udah bete gitu," lanjut Farel.

Wishnu mengangguk-angguk mengerti dan meminta Farel untuk melanjutkan ceritanya.

"Akhirnya gue matiin filmnya, terus gue tanya dia ada masalah apa. Dan akhirnya, dia cerita, walaupun cuma dikit, at least dia ngasih gue sedikit clue soal masalah dia,"

"Apa itu clue-nya?"

"Masalah dia itu berkaitan dengan satu orang. Karena dia bilang gini, 'ini semua karena dia'. Nah, si dia itu yang sampe sekarang masih gue permasalahkan. Lo bisa menganalisis gak dia itu siapa?" tanya Farel.

Wishnu berpikir sebentar kemudian menggeleng. "Gak, untuk menganalisis siapa dia itu, kita harus punya clue kedua, Rel."

Hembusan napas berat dari Farel kemudian terdengar. Ia kembali mengacak-acak rambutnya, tampak lebih frustasi lagi.

"Gue gak pernah melihat lo se-frustasi ini sebelumnya, Rel. Lo suka ya sama Ravelia?" tanya Wishnu sambil tersenyum misterius.

Farel menatap Wishnu kaget. "Suka? Yang bener aja. Gue care sama dia karena dia temen deket gue, temen deket kita juga."

Wishnu tak membalas, ia masih saja menyunggingkan senyum misteriusnya.

"Hapus kek senyum misterius lo itu, nyeremin tau. Bikin gue berpikir yang aneh-aneh," balas Farel kemudian meninggalkan Wishnu masuk ke dalam kelas.

***

Bel istirahat berbunyi dengan nyaringnya. Guru-guru mulai keluar dari kelas begitupun dengan anak-anak. Ravelia langsung melangkahkan kakinya keluar kelas menuju kantin sendirian, sampai akhirnya seseorang merangkulnya dengan akrab. Milan.

Countless [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang