"JIKA bukan karena dirimu, wanita hamil itu tidak akan mati, Andrew."
"Aku tidak bersalah, Cat! Wanita itulah yang salah. Aku sudah mengobati tangan dan kakinya yang buntung. Ia bunuh diri, Cataleya."
Pria bernama Andrew itu masih saja mengomel, ia terus mengelak bahwa kematian wanita hamil itu adalah kesalahan dirinya.
"Kau terus - menerus menjadikannya budak seksmu. Padahal tangan dan kakinya buntung!"
"Aku ingin Venus mati secara perlahan. Begitukah susahnya kau menjaga wanita itu?" Cataleya mengambil sebatang rokok, diselipkannya di antara kedua bibirnya dan ia mulai menyulutnya secara perlahan.
"Cataleya, suaminya sudah mati ditanganmu, anaknya sudah mati ditangan mafia besar Jepang. Keluarganya sudah habis dibunuh oleh kita. Dendammu sudah terbalas bukan? Memangnya apalagi salah Venus di matamu?"
Cataleya menghembuskan asap rokoknya ke udara, mata berlensa merah darah miliknya menatap Andrew, warna lensa itu asli. "Aku ingin Venus merasakan bagaimana dirinya mati secara perlahan. Keponakanku mati ditangannya dengan cara disiksa."
"Dan sekarang Venus sudah mati, Cataleya."
Cataleya mengangguk pelan, ia menatap sebuah lukisan di belakang Andrew. "Dan dendamku masih belum terbalas."
"Kau bukan monster 'kan?"
Mata Cataleya kembali beralih menatap Andrew dengan cepat, senyum samar ia ukir melalui bibirnya. "I'm not a monster."
Andrew mengangguk paham, "Aku permisi." Setelah itu, ia bergegas pergi keluar ruangan milik Cataleya. Di pojok ruangan terdapat seseorang berdiam diri di balik kegelapan.
"Singkirkan Andrew. Hidupkan kembali Venus. Aku tidak mau tahu bagaimanapun caranya ia harus hidup."
※ ※ ※
"Diketahui bahwa idol grup Korea Selatan, BTS, sudah sampai di Bandara Soekarno-Hatta, Indonesia."
Layar sebesar 40inc itu menampilkan bagaimana para personel BTS sedang berjalan melewati kerumunan fans yang mencoba untuk menghampiri mereka. Untungnya ada para bodyguard yang sigap menjaga personel BTS.
"Kim Taehyung.."
Tok Tok Tok
Ceklek.
Seorang pria bertubuh tegap masuk ke dalam ruangan dan segera membungkuk hormat, "Mr. Antonio is waiting for you."
Cataleya segera bangkit berdiri dari sofa yang didudukinya, ia berjalan keluar dengan santai dan diikuti oleh Fransisco, tangan kanannya yang barusan memanggilnya. Ia menyusuri lorong-lorong kecil, sebelum akhirnya sampai di ruangan remang-remang dimana ada Antonio dan beberapa anak buahnya di sana.
Antonio adalah seorang Bos Mafia besar di Italia, ialah yang memegang kekuasaan Mafia di Italia. Belum lagi kakaknya adalah seorang Mentri, dan itu sangat menguntungkan bagi Antonio sendiri.
Antonio membungkuk hormat kala Cataleya sudah berada di hadapannya, ia mempersilahkan Cataleya untuk duduk, lalu ia juga segera duduk di hadapan Cataleya.
Cataleya mengangkat salah satu kakinya agar bertumpu dengan kakinya yang satu lagi. "Jadi, bagaimana persenjataannya?"
"Kakakku berkata kalau itu ilegal, namun ia mengizinkannya. Lagipula itu juga berkatnya aku bisa berada di sini lengkap dengan persenjataannya." jawab Antonio, ia terkekeh pelan. Wajahnya sedikit menunduk tak berani menatap Cataleya, seseorang yang sangat berpengaruh di seluruh dunia.
Cataleya mengangguk pelan, ia menginterupsi Fransisco untuk memberi Antonio bayarannya. "Berikan ia seratus ribu dolar Amerika Serikat."
Fransisco segera memberikan 2 tas kotak berwarna hitam pada Antonio, dan Antonio sendiri menginterupsikan anak buahnya untuk menghitung jumlah uang di dalam tas itu. "Tidak apa 'kan jika aku menghitungnya?"
Cataleya terkekeh, "Kau orang yang kaya raya, namun rupanya sangat perhitungan."
Antonio segera menggeleng, "Aku melakukan ini untuk aku donasikan kepada Gereja."
"Murah hati sekali. Baiklah. Tidak apa."
"Persenjataannya sudah ada di gudang, kau bisa memeriksanya sendiri. Bahkan di sana ada Samurai yang dikirim asli dari Jepang." ujar Antonio, ia mengunyah permen karetnya dengan perlahan.
"Ada Fransisco yang akan memeriksa."
Antonio mengangguk, ia melirik sekilas uang di meja hadapannya, lalu kembali menatap Cataleya. "Aku dengar kalau kau sedang menyandera Venus, istri dari Morgan. Benarkah itu?"
Cataleya menatap Antonio dengan tenang, "Venus sudah mati." Gerak tubuhnya menjawab dengan santai seolah nyawa Venus tidak ada artinya.
Antonio mendelik, mulutnya bahkan setengah menganga mendengar penuturan Cataleya. Tidak, ini bukan yang pertama kali. Ini adalah yang ke sekian ribu kalinya. Jadi, Antonio harus tetap tenang.
"Kau.. serius?"
Cataleya menyulut sebatang rokok, lagi, "Kau pikir aku pernah bermain - main?"
"Hanya ia saksinya bukan? Kenapa kau membunuhnya? Lagipula ia sedang hamil tua, Cataleya. Kau tidak kasihan padanya?"
Cataleya menjentikkan abu rokok dengan sembarang, "Andrew yang membunuhnya."
Antonio bergerak lega, ia menyandarkan punggungnya seraya menunggu anak buahnya menghitung uang. "Lalu, dimana Andrew?"
"Mati."
※ ※ ※
"Dua puluh wartawan mati, tiga reporter mati, tiga puluh satu wanita hamil mati, ribuan pria dan wanita mati. Berapa lagi jumlah yang akan kau tambah, Cataleya?!" Seorang wanita paruh baya berteriak marah pada Cataleya, hanya wanita itulah yang berani menatap Cataleya tepat dimata, dan berani meneriakinya.
Wanita paruh baya bernama Javelin Vossenaar itu berkacak pinggang dan menatap Cataleya dengan putus asa. "Cataleya, tolong berhenti."
"Tidak, aku tidak akan berhenti."
"SAMPAI KAPAN, CATALEYA?!"
"Sampai aku mati."
Javelin mendelik dan menatap anak semata wayangnya itu dengan tatapan penuh amarah. "CATALEYA! [1] JE PAPA IS VERMOORD VANWEGE JE DOEN! Omdat je het aan de Siciliaanse maffia verschuldigd bent!"
[1][CATALEYA! AYAHMU SUDAH MATI TERBUNUH AKIBAT ULAHMU! Karena dirimu yang berhutang dengan mafia Sisilia!]
Cataleya yang dibentak seperti itu hanya memasang wajah penuh ketenangan, bahkan gerak-gerik tubuhnya masih menunjukkan bahwa ia terlihat santai.
"[2] Zwijg, Mam. Ik wil niet ruzie maken."
[2][Diamlah, Bu. Aku tidak ingin berdebat.]
"[3] Houd je niet van je papa? Stop alsjeblieft voor je papa."
[3][Apakah kau tidak mencintai ayahmu? Tolong berhenti untuk ayahmu.]
Cataleya mengibaskan tangannya ke udara, lalu ia berdiri dan menatap Ibunya dengan tajam. "[4] Stop met praten over papa voor me. Begrijp?"
[4][Berhenti berbicara tentang ayah di depanku. Mengerti?]
Javelin menghembuskan napasnya dengan kasar, ia sedikit menunduk. "[5] Ik begrijp."
[5][Aku mengerti.]
"Sampai kapan kau terus begini, Cataleya? Min Yoongi..., tolong aku urus anak yang benar - benar keras kepala ini..."
※ ※ ※
t b c.
🌷, from Cataleya.
NEXT TIDAK?
KAMU SEDANG MEMBACA
CATALEYA || BTS
Fanfiction[SLOW UPDATE] She is so genius, mysterious, strong, cruel, and full of secrets. Because, she is Cataleya. [c] © jexezust, 2019.