SEORANG PRIA berpakaian hitam - hitam memilih mendaratkan bokongnya dianak tangga yang sudah agak berlumut.
Tanpa rasa jijik, ia langsung mengistirahatkan bokongnya di sana. Matanya yang tertutup kacamata hitam, memandang jalan yang tampak sepi.
Suara aliran sungai yang mengenai batu - batu besar cukup untuk menenangkan pikiran sang pria.
Bibirnya mengukir senyum tipis dibalik masker putih miliknya. Pria itu membenarkan posisi topinya, lalu berdeham pelan.
Matanya beralih menatap beberapa orang yang berlalu - lalang jauh di hadapannya. Gerak - geriknya sedikit gelisah.
Si pria pasti sedang menunggu seseorang.
"Hei." panggil seorang gadis dari belakangnya. Dengan cepat pria itu berdiri dan menoleh menatap si gadis.
Ia membuka maskernya, "Hai, Bos kecil." Pria yang dipanggil 'pria mungil' itu segera menepuk - nepuk bokongnya.
"Ah~ Di sana saja." Si pria mungil menunjuk suatu tempat yang mungkin lebih nyaman untuk sekedar berbincang.
Dengan dorongan pelan pada punggungnya, Cataleya mengikuti kemauan pria tersebut untuk berdiri di depan pembatas besi yang membatasi pinggir sungai.
Kedua insan itu kini terdiam, sebelum akhirnya suara si gadis memecahkan keheningan.
"Apa kau sudah lama menunggu?"
"Ah? Tidak, aku baru sampai."
Pohon - pohon tua membuat suasana di tempat itu menjadi tambah sejuk, belum lagi ada suara aliran sungai yang cukup deras, dan semilir angin yang berhembus pelan.
Suasana itu seolah mendukung dua orang yang sudah cukup lama tidak bertemu.
Si pria mungil melirik Cataleya sekilas, "Kenapa tidak di hotel saja? Mungkin lebih privasi."
"Tidak, terima kasih. Di sini sudah cukup tenang."
"Pasti karena Jin hyung dan Jungkook, ya?"
"Tidak, Jimin. Hanya saja aku lebih menyukai tempat ini,"
"Kenapa kau berpakaian hitam - hitam? Itu akan lebih mencolok untuk dilihat orang sekitar." Cataleya memandang Jimin dari ujung rambutnya hingga ujung sepatunya.
Pria yang dipanggil Jimin itu tertawa, "Entah kenapa aku selalu begitu. Setiap keluar diam - diam, pasti memakai warna gelap. Mungkin sudah kebiasaan."
"Tapi, ini 'kan Indonesia, bukan Korea, Jim."
"Benar, Korea lebih menyeramkan." Jimin berdeham, ia melipat kedua tangannya di depan dadanya. Matanya memandang lurus arus sungai.
"Kau tidak berubah," Satu kalimat yang keluar dari bibir gadis itu membuat mata Jimin sedikit melebar.
Cataleya tersenyum tipis, "Sejak dulu, kau selalu saja seperti ini. Takut akan dunia luar yang terus menguntitmu."
Jimin terkekeh pelan, "Kupikir aku sudah berubah saat tidak bersamamu, Cat. Nyatanya aku masih sama saat bertemu denganmu lagi. Kau benar - benar mengenal diriku."
Cataleya tersenyum kecut mendengarnya. Sebenarnya ia tidak mau membahas masa lalunya dengan Jimin. Namun, apa boleh buat jika Jimin kembali mulai membahasnya lagi.
Ya, Cataleya dan Jimin pernah menjalin hubungan asmara selama 2 tahun.
Namun, hubungan keduanya kandas karena gadis itu tidak ingin reputasi Jimin yang sedang naik daun menjadi rusak karena namanya. Belum lagi karena skandal Jimin dengan gadis lain.
Banyak hal yang telah kedua insan itu lalui. Hingga akhirnya mereka menyerah pada hubungannya. Dan, bohong jika mereka tidak menyesalinya hingga sekarang.
Terutama Jimin.
Jimin kembali berdeham, ia mencoba untuk menetralkan degup jantungnya yang berdebar kencang.
Melihat respon Cataleya yang hanya diam saja, ia memilih untuk mengalihkan pembicaraan. "Taehyung masih bersamamu?"
Pria mungil itu adalah satu - satunya orang yang tahu kalau Taehyung tinggal bersama Cataleya.
Tentu saja karena Jimin yang membantu Cataleya untuk menarik Taehyung masuk ke dalam jebakannya. Pria itu juga yang selalu memberitahu jadwal BTS dimana pun dan kapan pun.
Jadi, tidak terlalu sulit bagi Cataleya untuk menculik seorang Kim Taehyung. Padahal Jimin melakukannya demi bisa kembali bersama dengan Cataleya.
Namun, sepertinya si gadis tidak merespon apa yang diinginkan Jimin.
"Ya, ia masih aman bersamaku."
Jimin bernapas lega, ia memegang besi pembatas yang sudah sedikit berkarat itu. Sembari kedua matanya sesekali melirik Cataleya. "Jadi, bagaimana kabarmu? Setelah sekian lama kita berpisah."
"Berhentilah mengatakan hal yang memalukan Jim," Gadis itu ikut melipat tangannya di dada.
"Aku baik - baik saja, kau sendiri? Ah, tentunya kau baik. Karirmu selalu naik, pasti uang juga terus mengalir 'kan?"
Jimin tertawa kencang, lalu ia menoyor kepala Cataleya ke samping, "Dasar perempuan! Berhenti membicarakan uang."
Gadis itu hanya tersenyum menanggapinya. "Aku lebih tua darimu, ingat itu."
Jimin mengabaikan ucapan si gadis dan memilih menatap Cataleya dari samping, "Setelah nanti BTS kembali ke Korea, kau juga akan kembali 'kan?"
"Ya, tentu saja. Aku masih harus mampir ke rumah lama." jawab Cataleya seraya tersenyum samar menenangkan Jimin yang memasang raut wajah cemas.
Pria mungil itu kemudian mengacak - acak rambut Cataleya, hingga sekarang rambut si gadis menjadi sedikit berantakan.
"Jimin!"
Hanya seorang Park Jimin yang berani menjahili seorang Cataleya. Mungkin pria itu memiliki keberanian yang melampaui manusia pada umumnya.
Cataleya merapihkan rambutnya, ia menyisirnya ke belakang dengan jari - jemarinya seraya menatap Jimin dengan kesal. Sedangkan yang ditatap justru menatapnya santai dan masih tertawa.
Cataleya menaikkan kedua alisnya, "Kau tahu siapa aku, Park Jimin. Berhentilah bercanda berlebihan." ucapnya dengan dingin.
"Hei! Aku tidak perduli siapapun dirimu." Jimin kembali terbahak, bahkan sampai letak kacamatanya sudah tidak berada di tempat yang seharusnya.
Nyatanya ucapan sedingin itu tidak mampu menahan sikap jahil seorang Jimin.
Cataleya merotasikan bola matanya, "Diamlah."
Perlahan - lahan tawa Jimin mereda, pria itu kini menghadap Cataleya dan menarik tubuh gadis itu masuk ke dalam dekapannya. Ia memeluknya erat.
"Aku tidak perduli siapapun dirimu di mata orang lain, aku tetap mencintaimu. Bahkan walaupun kau adalah seorang monster atau pembunuh yang dikatakan orang - orang."
Jimin mengusap lembut kepala Cataleya, sedangkan gadis itu hanya diam dalam dekapan Jimin.
Cataleya merasa nyaman, secara perlahan tangannya ikut melingkar di pinggang Jimin dan menenggelamkan kepalanya lebih dalam pada dada bidang milik mantan kekasihnya itu.
"Dan lagi, tolong maafkan Taehyung. Aku tahu ia salah telah mengkritikmu, apalagi di media sosial. Ia hanya seorang pria lugu yang mencoba menjadi pahlawan."
Jimin mengecup sekilas pucuk kepala Cataleya, lalu melepaskan pelukannya dan menangkup wajah gadis itu.
"Kau benar. Aku tidak berubah. Karena aku masih mencintaimu."
Lalu, bagaimana? Apakah Cataleya akan kembali mengukir kisahnya dengan Jimin yang sempat terputus, atau memilih untuk membuat cerita hidupnya yang baru?
Gadis yang selalu tenggelam dalam masa lalunya itu terlihat memprihatinkan.
※ ※ ※
t b c.
🌷, from Cataleya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CATALEYA || BTS
Fanfiction[SLOW UPDATE] She is so genius, mysterious, strong, cruel, and full of secrets. Because, she is Cataleya. [c] © jexezust, 2019.