02 : PENCULIKAN - 납치범

58 28 124
                                    

CATALEYA mengangkat sebuah foto berbingkai kayu yang berukuran kecil. Ia menatapnya lamat-lamat. Dipeluknya sebentar foto itu, dadanya terasa sesak. Namun, matanya menatap tajam lurus. Air matanya seolah kering terbawa oleh Ayahnya yang telah pergi meninggalkannya.

Ia tidak pernah menangis lagi semenjak pemakaman Ayahnya 10 tahun yang lalu.

"[1] Appa, bogoshipeo.."

[1][Ayah, aku merindukanmu..]

"Cataleya." panggil Fransisco, ia menunduk hormat dan meminta izin untuk duduk di hadapan Cataleya.

Fransisco sudah seperti saudara sejak kecil, saat itu Ayah Cataleya, Min Yoongi, menemukan Fransisco di pinggir jalan. Sejak itu, Fransisco dibawa ke rumah dan diangkat menjadi anak oleh Min Yoongi dan Javelin Vossenaar.

Ia diberikan nama Min Fransisco Vossenaar oleh orang tua Cataleya. Ia diberi nama Fransisco karena ia sendiri yang berkata bahwa dirinya adalah orang Italia. Oleh sebab itu, Fransisco adalah namanya hingga sekarang. Sejak saat itu pula, Fransisco menjadi adik Cataleya... dan tangan kanannya.

"Ada apa, Frans?"

Fransisco mengeratkan kepalan tangannya, ia takut untuk mengatakan suatu hal yang ia sembunyikan beberapa hari belakangan ini.

"Bolehkah aku menikah?"

Ya, Fransisco sudah mempunyai kekasih. Dan mereka sudah bertunangan sejak 2 tahun yang lalu. Nama kekasihnya adalah Felisia Alexandra.

"Dengan Felis?" tanya Cataleya, ia meneguk tehnya dengan perlahan tanpa melepaskan pandangannya dari Fransisco.

Sedangkan Fransisco meneguk salivanya dengan susah payah, sebenarnya Cataleya tidak pernah menyinggung soal pernikahan. Bahkan pertunangan Fransisco dan Felisia 2 tahun lalu ia sahkan begitu saja.

Hanya saja Fransisco takut, ia takut bahwa Cataleya akan berpikir kalau Felisia bisa menghancurkan bisnisnya atau reputasinya atau segala macam yang bisa menjatuhkan keluarga Cataleya dan Fransisco.

Fransisco melirik Cataleya dengan takut-takut, sedangkan Cataleya hanya diam saja. Bahkan mata merahnya kembali menatap sebuah lukisan di belakang Fransisco. Tidak lagi menatap adik semata wayangnya.

"Kau mau melangkahiku?" tanya Cataleya dengan telak. Tubuh Fransisco merasa lemas, benar dugaannya. Cataleya tidak mengizinkannya untuk menikah.

"Berani?" Cataleya kembali bertanya dengan nada tenang, namun tetap saja Fransisco ketakutan mendengarnya. Biarpun Fransisco adalah pembunuh berantai, tetap saja jika berhadapan dengan Cataleya, nyalinya akan menciut.

"Tidak."


※ ※ ※


"Pria itu sedang berada di hotel dengan grup dan rekan - rekannya. Kurasa akan cukup sulit untuk menerobosnya."

Cataleya menghisap rokoknya kuat-kuat, lalu ia menghembuskan asapnya ke udara seolah sengaja menghasilkan polusi. "Kau benar - benar tidak bisa menerobosnya? Padahal aku sudah bekerja sama dengan beberapa rekannya."

"Tidak bisa. Penjaganya juga lumayan banyak. Ah- benarkah?"

"C'mon, Frans. That is Simon's hotel. That mean is mine too. Kau tinggal menunjukkan surat warisan Simon kepada resepsionisnya. Kalau perlu kau temui manajer hotelnya. Aku tidak mau tahu, pria itu sudah harus ada di kediamanku malam ini juga."

"Baiklah. Akan kucoba."

"MEMANG HARUS DICOBA, BODOH!!"

Cataleya membanting ponselnya ke dinding, ia menghembuskan napasnya dengan kasar. Orang yang ingin ia culik adalah seorang idol, dan itu cukup sulit, karena ia sangat terkenal.

Ia melirik sekilas lukisan yang berada di ujung ruangan. Lukisan itu sebenarnya diambil dari sebuah foto seorang idol. "Sebentar lagi kau akan bertemu denganku. Kuharap kau akan senang."

Gadis itu mengambil sebatang rokok dan mulai menyulutnya. Ia harus tenang. Namun, jantungnya berdegup kencang, baru kali ini ia sedikit gugup kala ingin bertemu dengan korbannya yang baru.

Tok Tok Tok

Ceklek.

Seorang pria bertubuh tegap membungkuk hormat, "Ada pesan dari Fransisco, Bos."

Cataleya mengangguk pelan, "Katakan apa pesannya."

Pria itu segera menyalakan ponselnya, menunjukkan sebuah pesan suara.

"Misi selesai. Kami sedang menuju ke kediamanmu."

Cataleya segera berdiri dan tersenyum puas, "Good."

"Kalau begitu... aku harus bersiap - siap, ya."


※ ※ ※


Bruk!

Cataleya menarik sebuah kursi kayu, lalu menempatkannya tepat di hadapan seorang pria yang bertekuk lutut dengan kepala ditutup oleh sarung berwarna coklat dan kedua tangan yang diikat.

Gadis itu menginterupsikan Fransisco untuk membuka penutup kepalanya.

"Annyeonghaseyo, Kim Taehyung.."

Pria bernama Kim Taehyung itu mendelik, ia melihat ke arah sekitar dimana ada beberapa orang berjas hitam yang menatapnya tanpa ekspresi. Matanya kembali beralih menatap seorang gadis di hadapannya.

Ia tahu gadis itu.

"Begini saja, kau tahu aku, dan aku tahu kau. Jadi, bukankah harusnya kita saling mengenal?"

"Mppphhh!"

Cataleya tersenyum samar, "Ayolah, Kim Taehyung. Jangan pernah menolak tawaranku."

"Mmppphhh!"

Gadis itu menghembuskan napas pelan, "Aku pusing mendengarnya yang seperti mendesah. Frans, bisakah kau gunting saja eung- yang di mulutnya itu?"

Fransisco mengangguk paham. Ia segera mengambil gunting dan mendekatkannya pada wajah Taehyung. Sontak saja Taehyung berdiri dan menendang Fransisco, membuat Fransisco terhuyung ke belakang.

Cataleya menahan tawanya kala Taehyung berlari mencari pintu keluar. Namun, tentu saja anak buah Cataleya kembali berhasil menahannya dan mengembalikannya tepat di hadapan Cataleya.

"APA MAUMU?!" bentak Taehyung. Sebenarnya pria berumur 24 tahun itu ingin sekali menangis, dalam hatinya ia selalu berdoa agar Tuhan membantunya keluar dari tempat terkutuk itu. Ia benar - benar ketakutan saat melihat sosok asli Cataleya yang lebih menyeramkan dibandingkan dengan omongan - omongan orang.

Cataleya terkekeh, "Kim Taehyung. Perhatikan nada bicaramu di sini. Aku yakin kau tidak sebodoh itu."

Keringat dingin sudah membasahi wajah serta tubuh Taehyung, matanya mulai berkaca - kaca. "Tolong.. kumohon.. keluarkan aku.."

"Setelah kau mencari masalah dengan mengkritikku di media sosial, kau ingin aku membebaskanmu begitu saja?"

Lagi - lagi Taehyung tertohok, benar. Ia pernah mengkritik Cataleya di media sosial, bagaimana Cataleya seringkali membunuh banyak orang namun tidak ada yang berani menyentuhnya. Bahkan seorang presiden pun begitu. Seolah semuanya tak berkutik jika Cataleya sudah memainkan jari - jemarinya.

Taehyung memohon dengan suara memelas, wajahnya benar - benar memohon dan meminta belas kasihan. "Tapi.. itu sudah lama sekali! Kumohon.. keluarkan aku.."

Tubuhnya terasa sangat lemas, sebelum pandangannya menggelap, Taehyung samar - samar mendengar ucapan terakhir yang diucapkan Cataleya.



"Maafkan aku, Taehyung. Aku tidak bisa melakukannya."




※ ※ ※
t b c.
🌷, from Cataleya.

CATALEYA || BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang