Sayup-sayup aku mendengar sebuah suara yang khas. Suara yang sangat familiar bagiku.
Aku ingin membuka mataku, namun entah mengapa rasanya sulit sekali.
Butuh waktu yang cukup lama hingga aku benar benar bisa membuka mataku seutuhnya.
Hal pertama yang kulihat adalah lampu bohlam yang menyilaukan mata.
Aku berusaha duduk, kepalaku berdenyut nyeri dan pandanganku masih berkunang kunang.
Aku mengedarkan pandanganku dan menemukan seseorang yang sangat familiar bagiku.
Dia Tristan. Tristan Rex De Bextryn. Crown prince dari kerajaan tempatku berada saat ini. Ilory.
"Oh akhirnya kau sadar juga....kau ini memang babi ya?"ucapnya dengan wajah datarnya yang sialan tampan itu!
Ingin sekali rasanya aku untuk menimpuk wajahnya yang menyebalkan itu dengan bantal di belakangku.
Aku mendengus sebal.
"Oh terimakasih atas pujiannya tuan Tristan. Ah maksudku prince Rex" aku membalasnya dengan nada mengejek.
Sangat menyenangkan menggoda Tristan.
"Oh tentu saja nona Willson. Selain babi anda juga sangat ceroboh. Wah ideal sekali anda" oh sial! Dia malah balas mengejekku.
"Aku tidak ceroboh!" Sangkalku dengan nada kesal.
Tristan mengangkat sebelah alisnya yang tebal dan memandangku dengan tatapan remeh.
"Oh iya? Coba kupikirkan. Terpeleset di lumpur penghisap dan terjebak didalamnya, membangunkan singa hybdy, dan pingsan karena ular kecil. Ah sepertinya kau benar. Kau tidak seceroboh itu"
Sial. Bisa bisanya dia membalikkan ucapanku.
Aku mendengus kasar, terlalu lama bersama Tristan mungkin akan menyebabkan aku darah tinggi.
"Ular itu setinggi 15 kaki!" Pekikku sambil bergidik ngeri.
Lagipula oh astaga. Hari ini Tristan benar benar sangat cerewet.
Uhg sial! Tenggorokanku terasa sangat kering. Aku butuh segelas darah sekarang.
Tiba tiba aku mencium aroma darah Tristan yang sungguh manis dan menggoda.
Rasanya pasti sangat nikmat dan lezat, belum lagi aroma darahnya yang sangat luar biasa itu membuatku mulai kehilangan akal.
Aku haus.
Mataku berkilat terang. Oh tuhan aku tidak tahan lagi.
Aku menatap Tristan, dia tersenyum miring kepadaku.
"Kau haus hn?" Ucapnya dengan nada rendah.
Aku susah payah meneguk salivaku.
"T-tidak! Ah sudahlah. Kau sangat menyebalkan! Dasar cerewet!"
Aku sedikit mendorong tubuh Tristan agar tidak menghalangi pandanganku.
Aku berdiri dan berusaha berjalan menuju pintu keluar, mungkin lebih baik aku segera mengambil segelas darah hewan itu.
Yah walaupun rasanya tak seenak 'darahnya'. Tapi mungkin ini bisa menahan rasa hausku.
"Bruk"
tiba tiba Tristan mendorongku ke tembok dan mengungkung ku. Sontak aku langsung merasa gugup.
Apalagi aroma darahnya yang manis semakin terasa menggoda bagiku.
Aku menggigit bibir bawahku saat Tristan sedikit membungkuk dan memamerkan leher putih pucatnya yang mulus.
Oh sial! Jika begini terus aku tidak mungkin tahan lagi.
Aku meremas ujung pakaianku . Pasti darah Tristan terasa manis dan sangat enak.
Argh! Persetan dengan rasa kesalku, rasa hausku lebih harus diutamakan.
Aku perlahan mendekatkan wajahku pada lehernya. Perlahan kutancapkan taringku pada leher pucat Tristan.
Uhgh! Rasanya sangat manis dan enak! Darahnya adalah darah terenak yang pernah kurasakan.
Setelah aku merasa cukup aku menjauhkan wajahku dari lehernya.
Aku meletakkan tanganku di atas luka akibat taringku.
Perlahan sebuah cahaya berwarna biru melingkupi tanganku.
Aku memiliki teknik penyembuhan, walaupun belum sehebat para dokter vampire karena aku baru mendapatkan kemampuan baruku ini 4 bulan yang lalu.
Perlahan luka akibat gigitan ku menutup sempurna. Aku menarik kembali tanganku.
Aku menoleh kearah samping saat Tristan memandangku.
Wajahku pasti sudah memerah. Astaga aku malu sekali!.
"T-terima kasih " ucapku pada akhirnya.
Tristan bergumam kecil , kemudian dia menunduk dan berbisik tepat di telingaku.
"Aku akan mengambil jatahku nanti setelah selesai dengan urusan dari King Bextryn XIX. Jadi sebaiknya kau jangan bersikap ceroboh selama aku pergi" ucapnya dengan pelan, tapi entah mengapa aku merasakan ada nada jengkel yang terselip dalam ucapannya.
Aku hanya mengangguk mengiyakan. Tristan kembali menegakkan tubuhnya.
Dia mengusap rambutku pelan lalu melesat pergi dari dalam ruangan kami.
Aku menghembuskan nafas lega.bpaling tidak aku punya beberapa jam sendirian.
Ruangan kami? Oh iya tentu saja karena Tristan Rex De Bextryn adalah mate ku.
Dan kenapa darah lain terkesan terasa kurang enak bahkan hambar? Itu mudah.
Karena sejak seorang vampir menemukan matenya maka darah dari matenya adalah makanan pokok mereka dan karena itu darah yang lainnya terasa kurang lezat bahkan hambar.
Yeah. Tristan Rex De Bextryn adalah mate ku. Tristan sang pangeran Mahkota Ilory dengan segala kelebihan yang melekat pada dirinya.
Yang membuatku merasa tak pantas jika bersanding dengannya.
Aku menghela nafas pelan. Lebih baik aku mandi untuk menyegarkan tubuhku.
***************************
Ve29/4/19
Gimana?. Jangan lupa vote dan comment nya selalu ve tunggu. See you next chap😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Mate's
FantasyMate. Sebuah hubungan yang sudah ditakdirkan bagi kaum immortal seperti kami. Memang kebahagiaan terbesar bagi sebagian besar dari kami adalah dengan bertemu dengan mate nya. Begitupun aku. Jujur aku sering membayangkan bagaimana hubunganku nantiny...