Jisung mendongak dari teleponnya, mata berkerut saat sebuah senyum terukir di bibirnya. "Hei."
"Hai, untukmu juga," kata Felix sembari menjatuhkan diri ke kursi di samping Jisung. Saat ini mereka ada di kafetaria universitas, mereka beruntung dapat menempuh pendidikan di universitas yang sama dan meski jurusan mereka sangat berlainan jadwal mereka sangat mirip ditambah mereka merupakan teman sekamar.
Tiap hari mereka selalu menemukan waktu jeda untuk bertemu satu sama lain. Just because.
Sejak sekolah menengah, Felix telah berusaha mengenyahkan setiap insecurity yang ia miliki dan ia sekarang bahkan memiliki inner circle pertemanan yang sangat memadai. Hal itu juga mengubah bagaimana interaksinya dengan Jisung, hubungan mereka berubah menjadi sesuatu yang lebih nyaman dan mudah. Terutama setelah Felix menyadari bahwa Jisung lebih dari sekadar perspektif karakter yang ia bayangkan di kepalanya.
(Walau Felix masih yakin bahwa bila ada 'sosok sempurna' di dunia ini maka Jisung adalah orangnya.)
Jisung mengulurkan caramel macchiato ke arah Felix dan Felix menerimanya dengan rasa terimakasih. Mereka tahu selera masing-masing sekarang, apa yang mereka suka dan tidak suka. Felix terkadang berpikir bahwa Jisung mengenalnya lebih dari dirinya sendiri.
"Tebak siapa yang akhirnya melajang?" tanya Jisung, dengan nada bosan.
Felix menatap Jisung tak percaya, "tidak mungkin."
"Mhm," Jisung bersandar di kursinya, ia menyingkirkan anak rambut yang menutupi matanya. "Maksudku Jeongin adalah sosok yang manis, tapi kurasa kami tidak pernah punya waktu untuk satu sama lain. Dia menyempatkan dirinya sedangkan aku tidak bisa."
Sudut bibir Felix menukik turun, meski ada sebuah monster rasa bersalah yang bersembunyi dibawah kulitnya. Perasaan bersalah karena ia sedikit bahagia mendengar kabar itu. "Shame. He was really nice."
"He was," Jisung menghela nafas. "Bagaimana denganmu? Masih belum menemukan seseorang yang menarik perhatianmu?"
Felix meringis, "sepertinya aku butuh beberapa tahun agar lepas dari Hyunjin."
"Hmm... dia masih belum terima kalau kau memutuskannya." Jisung mengingat dengan sedih. "Jangan khawatir, lixie. Don’t let his occasional death stares stop you from getting laid."
Felix memutar mata, "ini seperti Hyunjin dengan ajaib punya kemampuan teleportasi sehingga ia selalu muncul disekitarku, hanya untuk membuatku kembali merasa bersalah."
Jisung berdecak, "cih..jahat." Jisung meminum americanonya sebelum melanjutkan. "Jujur saja kita sudah melalui begitu banyak hubungan gagal, we should just date each other if we ever get desperate enough." Komentar Jisung canggung, dan jari-jari Felix mengepal tanpa sadar.
"Jika aku cukup sinting untuk berkencan dengan seseorang yang bermental anak usia enam tahun maka aku sudah membuatmu melamarku," balas Felix.
Bibir Jisung membentuk sebuah pout dan alisnya menukik sebagai tanda ketidaksukaan. "I’m an adorable six year old, excuse you," katanya. Suara Jisung meninggi se-oktaf, mencoba membuat dirinya terdengar menggemaskan.
Dan itu berhasil.
Felix harus menggigit bibirnya untuk menghentikan senyum yang bisa muncul kapan saja. Ia menampilkan wajah jijik. "You keep telling yourself that, seungie."
Jisung menggapai leher Felix yang ada disebelahnya, mencoba mencekik leher si pemuda berfreckles yang baginya sangat menyebalkan itu sedangkan si target berusaha dengan sekuat tenaga untuk meraih lengan Jisung.
"Kau beruntung kau adalah sahabatku dan aku mencintaimu," Jisung menggerutu.
"Ya." Sudut bibir Felix terangkat keatas. "Aku tahu."
TBC
![](https://img.wattpad.com/cover/185071719-288-k859427.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Agape | Jilix ✔️
Fanfictionagape love (n): unconditional, selfless love that transcends and persists regardless of circumstance; faithfulness, commitment, sacrifice. Felix loves Jisung in five different ways, all amounting to the whole of his heart. © Appleclouds Start : 20/0...