Saya tidak menerima seorang teman di hidup saya, yang sebentar lagi akan ditinggalkan.
[Gemintang]
Saya terkejut dengan pengakuan gadis itu, dengan tampang tidak berdosanya, dia bernafas lega."Sori ya, btw bantuin lagi dong, kaki gue masih kejepit nih," cerewetnya. Saya hanya menaikan alis sebelah. Diam di tempat dengan pandangan lurus.
"Kok diem sih, woy?" teriaknya hampir membuat gendang telinga Saya ruksak.
"Ih sebel," gerutunya lagi, sementara Saya mengelus-ngelus telinga yang mendengung.
"Kamu nya turun dulu," ucap Saya.
"Gimana bisa, orang kakinya masih kejepit." Dia hampir menangis, matanya berkaca-kaca.
"Bisa."
"Nggak!"
Saya menghela nafas kasar, padahal jika dia mau merasakan sakit sedikit saja, kakinya bisa terlepas. Posisi kakinya memang terjepit, tapi jika diangkat bisa tebebas dengan catatan kendali sepedanya tetap sama.
"Bisa. Kamu angkat kakinya sedikit. Biar sepeda Saya pegangin."
Akhirnya dia menuruti saran Saya, sedikit menaikan kakinya yang masih terjepit ban depan sepedanya, sementara Saya memegang kendali stang, agar ketika kaki gadis itu terangkat, sepedanya tidak terlalu goyang.
"Bisa?" tanya Saya. Dia mengangguk. Saya bernafas lega. Namun kemudian sesuatu yang tidak terduga, Saya kehilangan kendali, tiba-tiba saja ketika kaki si gadis itu bisa terlepas, sepedanya oleng, hampir kembali terperosok. Reaksi gadis itu sontak memegang pundak Saya, untuk beberapa detik, kita seperti menjeda waktu.
Bola mata gadis membulat, antara terkejut karena oleng atau melihat Saya. Iris cokelat itu menusuk mata legam saya, sama sekali tidak berkedip.
Secepat mungkin, Saya menarik tubuh gadis itu untuk dihempaskan ke jalan, Saya tidak kuat lama dengan posisi seperti tadi.
"Aduh!" pekiknya. Saya berlalu sebelum gadis itu mulai memaki.
"Yakkk!"
Hanya itu yang Saya dengar. Selebihnya tidak tahu, karena buru-buru pergi. Semoga di masa depan, kita tidak lagi dipertemukan.
-*-
Benar saja, Saya terlambat dua puluh menit. Berurusan dengan gadis tadi membuat Saya berakhir mengenaskan. Saya belum sarapan dan akan melaksanakan hukuman. Semoga saja tidak, karena saya tidak pernah terlambat sebelumnya dan image saya dimata Guru cukup baik. Saya bisa saja beralasan untuk menyelamatkan diri dari hukuman nanti, tapi Saya bukan orang seperti itu, prinsip hidup Saya, ketika salah, ya salah. Jika memerlukan hukuman, kenapa tidak.
Tidak ada kata 'Pembelaan diri' jika di masa depan hanya akan membuat diri menjadi pengecut, karena berlindung dibalik alasan.
Pengecut itu berasal dari orang yang terlalu pintar. Ya, saking pintarnya selalu saja mempunyai alasan dan melakukan pembenaran atas dirinya sendiri. Kata lain, menyalahkan keadaan, orang lain atau faktor pemicu yang telah menjerumuskannya pada pokok permasalahan.
Bisa, kan. Jika Saya mengatakan, "Tadi Saya terlambat karena harus menolong teman yang jatuh ke dalam got.
Memang itu kenyataannya kok.
Namun, Saya sendiri juga andil dalam masalah itu hingga akhirnya menyebabkan Saya terlambat. Coba saja, tadi sedikit cepat membantunya, tanpa buang-buang waktu dengan berpikir apakah harus membantunya atau meninggalkan? Coba saja, tadi ... Saya tidak egois. Jika pun terlambat, tidak sampai dua puluh menit lamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Lurus
Teen FictionGaris Lurus. Jika Jarak tanpa tepi, maka garis lurus yang menjadi akhir dari segalanya. Namun, sebelum hari akhir itu tiba. Bisakah Saya merasakan kembali apa itu cinta. Meski Saya tidak yakin, cinta itu ada setelah Ibu dan adik perempuan Saya per...