3 - Sick

82 14 2
                                    

"Renjun kantin yokk!" ajak Jeno sambil teriak-teriak dari depan kelas Renjun. Mereka beda kelas btw.

Renjun melirik ke arah bangku Jaemin, orangnya udah ilang, udah duluan ke kantin berarti. Ya gitu kalo punya perut karet.

Langkahnya terhenti begitu melihat Hana yang tertidur di bangkunya, "Duluan aja Jen gue nyusul!" teriaknya pada Jeno dan langsung diacungin jempol sama Jeno.

Hana mendongak lalu mendecak, "Jangan teriak-teriak Njun!" Trus nelungkupin kepalanya lagi.

Renjun duduk di bangku depan Hana, "Kenapa neng? Pusing? Masuk angin? Gue bilang juga apa, jangan kelam—"

"Cot!"

"Aduh kerad," gumam Renjun pelan sambil garuk tengkuknya. "Kemaren cowok lo kemana?"

Hana menggeleng.

"Nggak jemput? Aduh Han, kalo ga jadi dijemput kan bisa telfon gue, gue balik lagi ke sekolah."

"Idih, lo bilang ga bakal dengerin gue," cibir Hana.

"Kan kalo lo teriak, beda lagi kalo telfon. Gengsi lo nelfon gue? Pilih nurutin gengsi apa sakit? Sekarang udah sakit gini bingung kan."

Omelannya masih sama, batin Hana.

"Uks sana," suruh Renjun, Hana menggeleng. "Tempatnya orang sakit tuh di uks, bukan di kelas."

"Ga mau Njun."

"Lo mau sampe kapan keras kepala begini? Lo sadar nggak keberadaan gue disini? Lo hargain nggak? Gue cuma mau lo ngehargain gue… termasuk perasaan."

Hana terkejut. Ia langsung duduk tegap dan menatap Renjun, "Maksud lo?"

Renjun menggeleng, "Itu udah masa lalu, nggak usah diulangin lagi."

Hana mengernyit, "Apaan sih tiba-tiba masa lalu."

"Uks sono, ntar gue temenin. Mayan nih ditemenin cogan. Ye gak?"

"Gue bilang nggak ya ngg—"

"Jalan sendiri apa gua gendong?"

"Bangke lo," umpatnya lirih lalu berjalan pelan menuju uks, masih lemes. Dengan Renjun yang mengekorinya.

Kening Hana mengernyit begitu menyadari Renjun tidak mengikutinya ke uks. Dia menghela nafas, "Pede banget sih gua, berharap dijagain," lalu berbaring di brankar uks.

Memang Renjun mengikutinya keluar kelas, tapi tidak ke uks. Ia langsung menuju kantin untuk sekedar membeli roti dan susu kotak. Tentu ia beli untuk Hana, siapa lagi? Masa bongshik, seol, nal?

Iykwim.

Setelah membeli itu Renjun tidak langsung ke uks, dia ngobrol dulu sama Jaemin Jeno di kantin. Karna dia pikir, mungkin aja Hana lagi tidur atau apa. Makanya dia kesananya agak siangan. Kebetulan jamkos sampai pulsek.

"Tu roti ama susu buat siapa Njun?" tanya Jeno.

Renjun melihat roti dan susu itu sejenak lalu tersenyum tipis, "Buat orang sakit."

Mendengar jawaban Renjun, Jaemin melotot seketika, "Buat Hana kan??" Jeno mengernyit mendengar pertanyaan yang dilontarkan Jaemin ke Renjun.

"Bukannya lo udah putus sama dia?" tanya Jeno.

"Putus bukan berarti hilang perhatian kan?"

Jeno tertawa kecil, "Gamon bro? Bucin sih."

"Gua gampar ntar lu Jen"

"Kasian si Hana"

"Kenapa?" tanya Renjun cepet.

"Widihhh perhatian banget lu ama mantan," kata Jaemin sambil ketawa-ketawa ga jelas.

"Gue kan satu komplek sama dia, lo berdua tau kan ada taman di depan rumah gue. Nah gue pernah liat dia nangis disitu sendirian malem-malem," jelas Jeno, "Pengen nyamperin tapi takut, ya lo pada taulah kalo cewek nangis gimana."

Renjun tiba-tiba melamun.

"Eh, Njun," Jaemin menyikut Renjun hingga lamunannya terbuyar, Renjun menoleh dan mengangkat dagunya. Jaemin balas menunjuk seorang perempuan di depannya dengan dagu.

Renjun mendongak melihat cewek itu yang berdiri di depannya, siapa ya? Anak baru?

"Kenapa?" tanya Renjun.

Cewek itu terus tersenyum, "Lupa ya?"

Renjun mengerutkan dahinya, "Lupa apa?"

"Lo lupa sama gue?"

Renjun semakin dibuat bingung, "Hah? Sorry gue ga pernah ketemu sama lo."

"Gue Shuhua."

Mata Renjun melebar seketika, ia sangat terkejut, "Shuhua?" Cewek itu mengangguk. "Lo beneran Shuhua?" tanya Renjun dengan senyum yang mengembang dan mata yang berbinar.

Shuhua mengangguk lagi.

"Wah lo kemana aja sih?" tanya Renjun, "Pergi ga ada ngabarin, pulang juga ga ngabarin. Mau lo apa bocahhh." Dia nyubit pipi Shuhua. Membuat rahang Jaemin dan Jeno terjatuh.

"Ya sorry Njun, mendadak banget waktu itu." Lalu pandangan Shuhua mengarah ke Jeno dan Jaemin.

"Oh, kenalin ini temen gue, ini Jaemin yang bongsor itu Jeno. Jen, Jaem ini Shuhua, temen gue dari kecil."

Mereka berdua jabatan tangan sama Shuhua. Tapi waktu Shuhua salaman sama Jeno, ada… yang beda gitu.

"Udah udah woy, gue tau Jeno ganteng, biasa aja kali," kata Renjun sambil narik tangan Shuhua trus disuruh duduk di sebelahnya.

Jeno terkekeh, "Cemburu lo?"

"Mati aja lo Jen. Lo udah punya temen Wa?" Dulu Renjun suka manggil Shuhua 'Wawa'.

Jauh banget kan? Ya gimana lagi, author bingung mau manggil Shuhua gimana :")

"Udah"

"Siapa?"

"Hina"

"BEBEBKUUU!" seru Jaemin. Langsung ditoyor sama Jeno.

Shuhua ketawa, "Cewek lo Jaem?" Jaemin nyengir trus ngangguk kecil.

"Halah, bukan. Hinanya nolak terus, dianya aja ngarep!" kata Jeno sambil ketawa sampe keliatan eye smilenya.

Dan tanpa sadar Shuhua mukul-mukul paha Renjun waktu liat senyum Jeno. "Apa sih Wa?! Sakit!" pekik Renjun kesakitan.

"Manis banget tolong." Renjun hanya merotasikan bola matanya.

"Shuhua! Ayo!" teriak Hina ke Shuhua, karena makanan mereka udah jadi. Tapi Hina langsung nyesel teriak karna tau ada Jaemin disitu.

"Hina sayang!" goda Jaemin membuat Hina membuang muka. Jijik bor.

"Gue kesana dulu ya," kata Shuhua trus nyamperin Hina.

"Njun," panggil Jeno yang hanya ditanggapi deheman oleh Renjun, "Lupa itu roti sama susu buat siapa?"

Sontak Renjun melotot dan langsung lari ke uks. Bisa-bisanya dia lupa sama itu?

Tapi begitu di ambang pintu uks, dia melihat Hana dengan seorang laki-laki yang ia yakini itu pacarnya. Okay, mood nya hancur. Dia balik badan dan kembali ke kelasnya. Masa bodo sama roti dan susu, kasih ke Echan kelar.

Your Home | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang