4 - Jealous?

76 14 13
                                    

"Lu ngapa bengong mulu sih kingkong," ujar Jaemin sambil mengusap wajah Renjun yang asem dari tadi.

Renjun tidak menghiraukannya. Ia sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam tas, bersiap untuk pulang sekolah. Setelah selesai pun ia langsung keluar kelas meninggalkan Jaemin. Membuat lelaki itu mengumpat tertahan dibelakangnya.

Keluar sekolah memang harus melewati uks karena posisi uks ada di dekat lobby. Dan saat melewati tempat itu, Renjun melirik sebentar dan berdecak kesal.

Jaemin yang heran pun langsung megikuti arah pandangan Renjun. Lalu tersenyum geli, "Gara-gara itu lo jadi nggak mood daritadi?" tanya Jaemin sambil merangkul pundak Renjun.

Entah kenapa Renjun jadi kesel sama Jaemin, dia ngehempasin tangan Jaemin trus jalan duluan ke parkiran.

"Renjun!" teriak Jaemin sambil lari ngejar Renjun.

Dan dari dalam uks, Hana mendengar teriakan Jaemin. Sontak dia melihat ke arah pintu uks dan masih sempet ngeliat punggung Renjun.

Renjun? Katanya mau nyusulin gue, batin Hana.

Hyunjin mengikuti arah pandangan kekasihnya, "Siapa Han?" Hana menggeleng.

~~~

Renjun masih melamun sampai saat ini, dua hari setelahnya. Duduk santai di balkon ditemani secangkir coklat panas. Kalo biasanya orang-orang milih kopi atau teh, tapi tidak dengan Renjun. Dia lebih memilih coklat panas daripada dua minuman itu.

Kemudian dia mengacak rambutnya kasar, "Gue kenapa sihhhh."

"Oke Renjun, lo harus inget, dia mantan lo, Hana mantan lo, Hana udah punya cowok, dan lupain dia. Nggak seharusnya lo bersikap berlebihan kayak gini. Dia cuma mantan, cuma masa lalu yang harus lo lupain, oke," nasihat Renjun pada dirinya sendiri.

Renjun menyeruput coklat panasnya, "Aduh panas anjritt." Iya langsung diseruput padahal jelas-jelas masih ngebul tuh asep.

Dia masuk ke dalam kamar dan mengambil gitar kesayangannya, lalu kembali ke balkon. Karena bosan, dia mulai memetik gitarnya.

"Ku tak bahagia melihat kau bahagia dengannya
Aku terluka tak bisa dapatkan kau sepenuhnya
Aku terluka melihat kau bermesraan dengannya
Ku tak bahagia melihat kau bahagia.

Harusnya aku yang di sana, dampingimu dan bukan dia
Harusnya aku yang kau cinta dan bukan dia
Harusnya kau tahu bahwa cintaku lebih darinya
Harusnya yang kau pilih bukan dia."

(Play video di mulmed, bayangin aja yang nyanyi Renjun:v)

Kalian tau, nyanyi sambil mikirin mantan itu sakit, right?

Line!

Suara notifikasi line masuk ke indra pendengaran Renjun. Dia menaruh gitarnya dan meraih ponselnya.

Hana
Njun bisa ketemu?
Sekarang, di apartemen gue

Apartemen gaesss bukan rumah.

"Mati guaaaa" Renjun lemes duluan.

Renjun
Y

Sok-sokan disingkatin!

Setelah itu Renjun bersiap-siap dan langsung ngebud ke apartemen Hana. Nggak jauh sih, deket banget malah, kepleset ingusnya kai aja nyampe. Dan karena itu Hana milih ketemu disitu.

Sampai di depan apartemen Hana, dia ragu mau langsung mencet password apa mencet bel dulu. Yaa dia bukan siapa-siapanya lagi, masa langsung masuk ke rumah orang.

Line!

Hana
Langsung masuk aja
Masih inget passwordnya kan?

Ya gimana bisa lupa orang passwordnya tanggal jadian mereka??!

Renjun mencet passwordnya trus masuk. Apartemennya sepiiiii banget, Renjun tidak menemukan tanda-tanda kehidupan. Tapi dia tau, kalo Hana nggak ada di dalem pasti lagi di balkon samping kamarnya.

And gotcha!

Renjun duduk di kursi depan Hana, membuat gadis itu tersadar akan lamunannya.

"Kenapa?" tanya Renjun.

Hana menggeleng, "Pengen ngobrol aja."

"Ngapain nyuruh gue kesini? Gue ga bisa lama-lama, gue sibuk."

Hana menunduk sejenak, "Lo ngehindarin gue?"

Renjun mengernyitkan dahinya, "Nggak."

"Trus?"

"Trus apa?"

"Kenapa nggak nyusul ke uks? Padahal lo bilang mau nyusulin gue."

Renjun menghela nafas, "Yaa… udah ada cowok lo kan? Ngapain gue disitu. Jadi nyamuk? Dih, mending mati kesemprot baygon gua."

Hana mendecak pelan, "Gapapa Njun. Cowok gue juga… ga tau kalo lo mantan gue."

Renjun kaget, "Hah?! Sumpah lo?"

Hana mengangguk, "Kenapa nggak nyusulin gue?"

"Kan gue udah bilang ada cowok lo. Gue nggak mau ganggu."

"Ya oke jawaban masih bisa diterima. Tapi kenapa ngehindarin gue? Kenapa nggak nyaut setiap gue ajak ngomong? Bangke lo jadi gue kan yang ngerjain tugas kelompok!" sungut Hana. Kemarin ada tugas kelompok, dan mereka satu kelompok tanpa di sengaja.

Renjun gelagapan. Mau jujur, tapi nggak tau mau jawab apa.

"Gue takut lo jauhin gue kalo jujur," lirih Renjun sambil nunduk.

"Apaan sih Njun. Lo salah apa sampe gue jauhin?"

Renjun mengangkat kepalanya. Mengarahkan pandangannya ke arah gadis di depannya, menatapnya cukup lama, "Kalo gue bilang cemburu, apa lo bakal percaya?"

Your Home | Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang