Jam dinding menunjukkan pukul 8 malam. Detak jarum jam mengisi kekosongan ruangan yang kini tengah di huni Jimin. Jimin duduk di kursi empuk berwarna putih tulang tempat biasa dimana lantainya digunakan Hanri untuk belajar.Tangannya memegang selembar kertas dan matanya memeriksa satu persatu setiap inci kalimat yang tertera. Detik berikutnya Jimin menarik sudut bibir untuk tersenyum tipis.
Sampai kehadiran Hanri yang baru selesai mandi menarik perhatian Jimin. Hanri berdiri tidak jauh dari posisinya sekarang. Rambut yang masih basah khas seseorang selesai mandi, dan handuk kecil yang mengalun dileher. Tubuh Hanri sendiri dibungkus piyama berwarna biru.
"Hasil ujian mu sangat memuaskan" sapa Jimin.
"Mmm" jawab Hanri masih canggung.
"Duduklah, ada yang ingin kubicarakan"
Hanri tidak perlu menjawab dan mematuhi perintah Jimin. Duduk di kursi yang sama namun tempat yang berbeda.
"Aku tidak akan pulang selama 2 bulan, kami akan melanjutkan tour, apa kau mau kucarikan seseorang untuk menemanimu?"
"Aniya"
Hanri tercekat sendiri dengan ucapannya. Lantaran karna melihat ekspresi wajah Jimin yang begitu heran menatapnya.
"Aku. Aku tidak ingin merepotkan orang lain" tambah Hanri diikuti kepalanya yang menekur.
"Baiklah, sepertinya kau memang ingin sendiri, aku tahu kau tidak akan suka jika ada orang mengganggumu saat belajar"
Hanri mengangkat kepalanya kembali menatap Jimin. Kali ini Jimin tidak mengintimidasinya, ada senyum tipis di bibir Jimin.
"Ini" mendorong kotak berukuran sedang di atas meja "ini ponsel baru untukmu, ponselmu tidak bisa diperbaiki lagi, jadi kubelikan saja yang baru"
"Aku...."
"Ambil saja, anggap itu hadiah karna nilai IP mu begitu memuaskan"
Hanri memandangi Jimin begitu dalam, berniat ingin menemukan maksud dan tujuan Jimin berbuat baik padanya. Namun setelah itu Hanri kembali menekurkan kepala.
"Wae? Kau tidak suka modelnya?"
"Mianhae, aku merepotkanmu"
Jimin diam, di tidak menyangka kalau Hanri akan bersikap merendah seperti ini padanya. Setelah beberapa waktu belakangan ini dia memandang Hanri dari sisi yang begitu dingin sebagai seorang perempuan. Selalu tenang tanpa ekspresi.
Detik ini Jimin sadar kalau Hanri bersikap seperti itu karna dia merasa tertekan akan banyak hal. Bahkan sekarang pun tekanan itu masih belum sepenuhnya berakhir.
"Tidurlah, kau harus istirahat" ujar Jimin menyapa Hanri lagi.
"Aku belum mau tidur"
"Wae?"
"Ada sesuatu yang harus kutemukan, aku tidak ingin menundanya"
"Apa? Kau kehilangan sesuatu?"
"Aniy, aku harus mencari buku opthamology di online shop, aku sudah berkeliling seharian tapi tidam menemukan di toko buku manapun"
Jimin mengerjap beberapa kali, dia kembali sadar kalau gadis ini begitu gila akan pelajaran. Entah buku apa itu yang barusan didengarnya Jimin sudah tidak ingat lagi.
Hanri sendiri sekarang sudah pindah ke karpet lembut langganannya. Menatap monitor laptop mencari online shop yang mungkin saja menjual buku yang diinginkannya.
Kembali Jimin menarik sudut bibirnya untuk tersenyum setelah melihat betapa fokus perempuan di hadapannya sekarang. Hanya untuk menemukan sebuah buku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Plans
RomanceJimin; I don't know who you are, just go! Hanri; And leave (19+) Update : 9 PM (Selasa&Rabu)