Sinar matahari yang mulai meninggi ke langit menembus kaca jendela. Ruang kamar yang tadinya masih redup berubah seketika dan membuat makhluk yang tadi masih membuat gundukan dibawah selimut berwarna putih terbangun.Sepasang mata sipit yang mengerjab dan kening yang mengernyit membuktikan kalau pemilik tubuh itu belum siap untuk meninggalkan kasur.
Sadar akan sesuatu yang seharusnya ikut tertidur disampingnya tidak ada. Jimin bangkit dari kasur dan keluar dari kamar dengan muka toples khas bangun tidur.
Bahkan sesekali namja kelahiran sembilan lima itu menggaruk kepala bagian belakangnya karna masih belum sepenuhnya sadar.
Jimin berjalan ke dapur tidak peduli bagaimana penampakannya saat ini. Tubuhnya yang hanya menggunakan celana pendek berwarna hitam yang sekaligus mengartikan dia bertelanjang dada.
Entah nyawanya memang belum sepenuhnya berkumpul atau disengaja ingin mengganggu, Jimin memeluk Hanri dari belakang.
Melingkarkan tangannya di perut Hanri yang sebelumnya sedang membersihkan sayur sekarang membeku karna terkejut.
Suara serak yang bergumam di lehernya memberi tahunya dengan jelas kalau suaminya protes karna tidak dibangunkan dan dibiarkan tidur sendiri.
"Mandilah dan setelah itu bantu aku memasak"
"Sebentar lagi"
Hanri tersenyum kala Jimin memeluknya semakin erat dan menciumi lehernya. Bisa diekspresikan bak anak kucing yang mencari kehangatan di ketiak ibunya.
"Mandilah atau aku akan meninggalkanmu"
Detik itu juga Jimin melepas pelukannya dan berputar haluan melangkah untuk kembali ke kamar.
Beberapa langkah menjauh dari Hanri, Jimin menoleh kebelakang dan memperhatikan Hanri yang sekarang berpangku tangan ikut memperhatikannya.
"Tidak ada ancaman yang lain"
Dengan senyuman Hanri segera menggeleng. Dagunya ikut mengambil tugas menunjuk pintu kamar menyuruh Jimin untuk segera mandi.
Jimin sempat mendecih sebelum langkahnya dilanjutkan dan masuk ke dalam kamar.
Berkisar lima belas menit Jimin menghabiskan waktu untuk membersihkan dirinya. Keluar dari kamar dengan handuk kecil yang digantung di leher.
Sesekali Jimin masih mengibas-ngibaskan rambutnya dengan handuk berwarna putih itu.
"Kau mau memasak apa?"
"Aku sedang belajar memasak pancake"
"Pancake?"
"Mmm"
"Kau bukan memasak sarapan untukku?"
"Tadinya, tapi aku hangus merebus sayur"
Pernyataan Hanri benar adanya, Jimin meraih gagang panci yang dipakai Hanri untuk merebus. Masih utuh namun sudah berubah warna menjadi hitam.
Jimin melirik Hanri yang menekurkan kepala dan meremas jari jemarinya sendiri. Dapat dilihat Jimin juga kalau bibir Hanri manyun menunjukkan kalau dia kecewa pada dirinya sendiri.
"Kemarilah"
Jimin mematikan kompor yang masih menyala dan menarik Hanri. Dengan sepasang tanga kekarnya itu Jimin mengangkat tubuh Hanri untuk di dudukkan di atas meja makan.
Hanri sempat melongo sampai akhirnya dia kembali menekurkan kepala tidak berani menatap Jimin yang sekarang tepat berada dihadapannya.
"Mianhae aku tidak bisa menjadi istri seperti yang kau harapkan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Plans
RomansaJimin; I don't know who you are, just go! Hanri; And leave (19+) Update : 9 PM (Selasa&Rabu)