"Ibu. Aku pulang."
Kuletakkan sepedaku didepan salon yang terdapat jarak untuk lahan parkir pengunjung setelah memutari jalanan untuk mengirim barang jualan tetanggaku. Ini hari yang cukup melelahkan, namun cukup membuatku lega karena uang yang terkumpul bertambah banyak. Aku berniat untuk memberikannya pada ibu setelah makan malam. Didalam sana masih ada pengunjung dan ibuku yang cantik terlihat sibuk meski salon ini kecil.
Aku menyayanginya.
Aku tidak ingin mengecewakannya lagi.
Aku ingin meninggalkan kenangan baikku untuknya.
"Kau sudah bekerja keras, mandilah dulu Yoongi." Ucapnya menoleh sekilas kearahku dengan senyumannya yang tak pernah lelah. Suara lembutnya sangat menenangkanku. Hal yang ingin selalu kuingat.
"Baik, bu."
Kamarku terletak dilantai atas, lebih tepatnya loteng yang disulap menjadi kamar. Rumah kami adalah ruko dipinggir jalan dengan bisnis salon rambut dilantai bawah menghubungkan kamar juga ruangan lainnya. Terkadang, bibiku mampir untuk menitipkan anak perempuannya yang masih kecil selagi ia dan suaminya bekerja saat siang sampai sore hari. Namun, weekend seperti sekarang mereka ada lengkap. Naomi tidak dititipkan oleh mereka disini.
Ya, Naomi. Namanya terdengar seperti orang Jepang. Itu karena ayahnya adalah orang Jepang dan bibiku menikah dengannya. Sedikit banyak kuketahui tentang cara mendidik pamanku kepada Naomi. Begitu disiplin namun lembut, mengingatkanku tentang sosok ayah yang kini... telah tiada.
Kudorong kenop pintu setelah menaiki anak tangga dan meletakkan tasku pada paku yang tersemat dibelakang pintu kamarku. Ruangan ini dialaskan oleh karpet berwarna kelabu dengan kasur kecil yang dapat dilipat atau dilebarkan jika kubutuh. Lalu ada lemari kayu berisi pakaian dan buku pelajaran sekolahku, meja kecil untuk membaca dan kalender yang kusimpan di dinding bawah jendela.
Kuambil spidol hitamku dari spiral yang mengaitkan kalender tersebut, menyilangkan tanggalan hari ini.
Ya, tanggal yang kusilang jumlahnya setara dengan usaha bunuh diriku yang kesekian kalinya. Kini ia gagal.
Pikiranku terdistrak dengan kembang api yang menyala dilangit senja dan orang yang berlalu lalang dekat jembatan tadi, sebelum perjalanan pulangku. Aku tidak mengerti kenapa dadaku terasa sesak tiap ingatan masa laluku muncul. Ingatanku tentang disekolah dasar yang membuat diriku berubah drastis.
Aku hanya berpikir jika orang sepertiku, pantas mendapatkan sebuah karma.
"Ugi!"
"Ugi, bangun!"
Kubuka mataku dan melihat dekat wajah Naomi, bocah taman kanak-kanak yang menaiki perutku dengan tubuhnya yang kecil. Ia tersenyum dan detik berikutnya suara pintu berdecit membuat kami menoleh kesumber suara dimana ada ibuku yang menatapku tajam.
"Kenapa tidur dilantai seperti itu? Apa kau sudah mandi? Ayo segera bersihkan dirimu. Kau sudah melewatkan makan malam keluarga."
"Apa paman dan bibi datang? Kenapa ada Naomi?" kupaksa diriku bangun seraya menggendong Naomi dan meletakkannya disamping. Mencubit kecil gemas pipinya dan tersenyum. Menarik handuk dan menyelampirkan dibahu.
"Ibu sudah membangunkanmu, tapi kau tidak bangun juga. Ibu ingin bicara denganmu setelah ini." Ujar ibuku dengan suara bergetar. Berjalan masuk untuk menggendong Naomi dan turun dari kamarku.
Apa yang ingin ia bicarakan?
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Myself [BTS FanFict]
Fanfiction"Jika kau membenci dirimu sendiri, itu sama halnya denganku. Aku juga membenci diriku lebih dari apapun. Namun, itu sudah cukup. Kejadian ini sudah menjadi akhir. Kau adalah temanku sekarang, jadi jangan lagi seperti itu. Aku ingin kau membantuku ke...