Part 2

52 11 0
                                        

Api itu...

Uangnya telah terbakar setengahnya. Itu tidak bisa digunakan. Seharusnya aku tidak membiarkan ibu melakukannya lebih awal.

"Maafkan ibu." Ujar ibuku dengan suara yang terlampau kecil membuatku mengangguk pasrah dan melahap makan malam dalam hening.

"Tidak apa."

Kami berdua menatap nahas amplop hitam dengan lembaran won gosong ditengah meja makan setelah percakapan malam yang cukup panjang.

Membuatku tersadar jika ibu sangat menyayangiku dan menginginkanku selalu berada didekatnya. Begitu halnya denganku.

Aku bukan tipe orang yang bisa berbicara panjang lebar juga mencurahkan isi hatiku saat ini.

Aku hanya mengamati dan mendengarkan.

Semenjak itu... aku jadi penakut yang menyedihkan.

Aku, Min Yoongi.

***

Beberapa hari terlewati seperti biasanya. Jika ada pelajaran yang dijelaskan lewat lisan, Kim Taehyung selalu membantu Jimin untuk menuliskan dibukunya. Itu karena Jimin tidak bisa mendengar apapun dan tidak ada orang lain disampingnya. Sementara Yoongi hanya memperhatikan kebaikan Taehyung hingga merasa muak.

Yoongi tertawa saat mengobrol, memakan makanan manisnya ditemani Namjoon dan Yeonjun, bersiap untuk kekelas. Ia menyingsingkan lengan baju seragamnya seakan terlihat seperti berandal cilik tiap istirahat berlangsung.

"Aku melewatkan pelajaran lagi karena Jimin." Ujar Taehyung melewati ketiga teman sekelasnya, berbicara dengan Seokjin.

"Ujian sebentar lagi dimulai, Tae. Aku akan pinjamkan catatanku untukmu tapi nanti segera kembalikan ya?"

"Benarkah? Terimakasih, Jin."

"Itu bukan masalah."

Si tuli sialan. Akan kubalas kau.

Hari berikutnya, saat guru Seunghyun masuk kedalam kelas dan memberi materi pelajaran yang dipegangnya, disana ada Yoongi masih dengan kebiasaannya menekan ujung pensil hingga isi pensilnya keluar, memangku wajahnya dengan sebelah tangan. Tatapannya selalu sayu seakan kurang tidur. Anak itu selalu bermain bahkan setelah usai sekolah dan kelelahan saat pelajaran berlangsung. Namun, bola matanya sedari tadi memperhatikan bagian belakang Jimin. Pundaknya, rambutnya.

Ia segera menggulung buku tulis miliknya sementara pak Seunghyung menulis materi di papan tulis membelakangi murid.

Yoongi mendekatkan mulutnya diujung celah bolongan buku sementara ujung lainnya ia dekatkan ditelinga kiri Park Jimin.

Taehyung menoleh, tersenyum. Beberapa anak yang melihat apa yang Yoongi lakukan juga terkekeh kecil dan itu membuat Yoongi semakin bersemangat.

"GRRAAAAA!" Teriaknya kencang dan seketika seluruh kelas menoleh kearah Yoongi ataupun Jimin yang terlihat shock. Disusul guru Seunghyun yang mengenal betul dari mana suara tersebut berasal.

"Yoongi. Pelajaran baru saja dimulai. Jangan bercanda." Ujarnya dengan suara yang berat dan berwibawa disusul Yoongi yang bersandar pada meja dan menundukkan kepala disana, ia melipat tangannya kearah atas untuk menumpu keningnya, sementara Taehyung terkekeh dan hampir semua siswa sekelas tertawa melihat aksi Yoongi yang mengagetkan. "Maaf, pak." Ujarnya setengah tertawa.

Hari demi hari terlewati.

Setiap ada kegiatan ekstra kulikuler atau tugas kelompok, tidak ada yang mendekati Jimin karena rumor yang beredar membuat siapapun malas, ya; 'kalian akan susah jika didekatnya'. Namun tidak semua orang berlaku seperti itu. Sisanya, adalah orang yang menganggap Jimin sebagai teman biasa, namun tidak ingin terlalu dekat sehingga saat bermain, Jimin lebih sering mengekori Taehyung ataupun Seokjin dan lainnya. Orang yang dianggapnya dekat dan sering membantunya.

Love Myself [BTS FanFict]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang