Part 3

45 10 3
                                    

Pembelajaran bahasa isyarat itu hanya diadakan satu kali.

Hanya sebuah pengenalan kepada siswa-siswa sebagai gambaran seputar bahasa isyarat yang mereka bisa pelajari sendiri di komunitas khusus maupun internet. Namun meski begitu, semangat Choi Soobin sungguhlah tinggi. Ia mempelajari sedikit demi sedikit saat dirumah ataupun disela pembelajaran seperti saat ini.

Dengan melihat contoh langsung dua hari yang lalu, ia semakin giat berlatih meskipun terasa sulit untuk dilakukan. Ia sungguh tertarik dalam mempelajarinya.

"Jimin!" Panggilnya melambaikan tangan setelah pelajaran usai. Ia menghampiri Jimin yang duduk pada urutan kursi kedua dari belakang, menggerakkan tangannya membentuk sebuah tanda yang tentu saja Jimin pahami.

"Apa yang tadi kulakukan itu benar?" Tanya Soobin memastikan dan Jimin tersenyum, mengangguk.

Melihat keakraban Soobin yang tidak merasa terintimidasi dengan kehadiran Jimin, membuat Yoongi hanya menatap malas. Hingga perlahan-lahan Soobin dan Jimin kian dekat dan main bersama saat istirahat ataupun berdiskusi saat pembelajaran berlangsung. Soobin bahkan meminta dengan wali kelas agar orang yang duduk disebelah Jimin bertukar posisi dengannya. Soobin dan Jimin berteman baik.

"Kim Taehyung, tolong bacakan paragraf pertama dengan suara yang keras." Titah guru Seunghyun disusul anggukan Taehyung.

Ia membaca kata perkata dengan cukup bagus mengingat Taehyung adalah murid dengan nilai terbaik yang selalu masuk dalam deretan tiga terbesar kelasnya. Tidak heran dengan sikapnya yang supel membuat ia mudah berkomunikasi dengan siapapun. Namun, Taehyung juga adalah tipe orang yang kompetitif dan tidak ingin merugikan dirinya sendiri. Sehingga kini ia tidak lagi ingin mencatatkan materi pelajaran untuk seseorang yang duduk dikursi depannya, Jimin.

"Baik. Paragraf berikutnya, Park Jimin." Pinta pak Seunghyun sementara Jimin menunjuk kalimat yang akan dibacanya. Menarik nafas dalam dan tersenyum.

Semua mata menatap kearah Jimin. Namun suasana begitu hening kecuali beberapa kekehan kecil yang tertahan. Apalagi Yoongi. Ia tertawa lepas barang sedetik hingga mendapat tatapan tajam dari wali kelas yang terkenal selalu dingin itu. Karena baginya, suara Jimin sangat tidak jelas dan tidak enak didengar. Tapi meski begitu, guru Seunghyun tidak menghentikan Jimin, ia justru memberikannya kesempatan hingga paragraf tersebut selesai. Meski ia mendengar jelas kekehan tawa dari muridnya.

"Yoongi. Sekarang giliranmu."

"Baik, pak!"

Yoongi tersenyum kecil dan membaca dengan cara bicara Jimin yang membuat teman sekelasnya tertawa. Namun pak Seunghyun menatap tajam kearahnya, "Yoongi!" panggilnya sementara Yoongi membacanya kembali dari ulang. Namun ia tetap melakukan cara membaca yang sama seperti Jimin seakan membuat lelucon membuat satu kelas pecah menertawakannya.

Soobin melirik Jimin dengan tatapan kikuknya yang kini menunduk menatap bukunya. Ia menautkan jemarinya diatas meja sesekali memainkan kuku jarinya.

Semenjak itu, Jimin semakin di olok.

Dan semenjak itu juga bagi Jimin, Soobin kini terasa lebih pendiam saat dikelas. Ataupun kini ia jarang masuk sekolah lagi entah kenapa, hingga kursinya selalu sepi dan pak Seunghyun mengatakan jika Soobin telah pindah kesekolah umum dan Jimin kini kembali duduk seorang diri.

Tiap istirahat berlangsung, Yoongi selalu melakukan tindakan nyeleneh-nya terhadap Jimin. Beberapa kali ia menarik alat bantu dengar Jimin dan membuangnya keluar jendela dibantu Taehyung, Namjoon dan Yeonjun. Namun, Jimin selalu diam tanpa perlawanan apapun. Setiap pagi, ia selalu datang kekelas dengan ceria dan menebarkan senyum kepada siapapun termasuk ke empat orang anak yang sering menjahilinya. Tapi sikap Jimin yang seperti itu membuat Yoongi geram hingga tiap Jimin mendapati sepasang alat bantu baru, ia selalu membuangnya, mencoret isi buku komunikasinya dengan gambar dan tulisan, ataupun berteriak ditelinganya.

Love Myself [BTS FanFict]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang