Apa itu Jimin?
Sepertinya begitu.
Apa aku harus menghampirinya?
Kurasa harus.
Ya, aku harus.
'JIMIN!' panggilku berteriak ketika melihat seseorang memiliki rambut dan wajah yang familiar dari arah samping, memakai alat bantu dengarnya sedang duduk dalam sebuah ruang baca dengan tumpukan buku didekatnya.
Ia melihatku sekilas dan pintu segera tertutup dengan cepat membuat kakiku seakan berat untuk melangkah.
Ruangan itu kini berubah menjadi ruang kelas sekolah dasarku dulu dengan semua orang mengelilingiku dan menertawakanku. Semua orang memperlakukanku seakan aku adalah penjahat setelah insiden terakhir telinga Park Jimin mengeluarkan darah. Namun sayangnya, tidak ada seorangpun dari mereka yang kukenal.
Siapa mereka?
Siapa?
Mereka... bukan temanku.
"Yoongi!"
"Yoongi bangun nak, kenapa kau masih tidur dilantai? Pamanmu akan pulang."
"Kakak, biarkan saja dia tidur. Dia begitu lelah..."
Mimpi?
Jadi itu hanya mimpi.
"Paman akan pulang?" ujarku mengerjapkan mata untuk mendapat pandanganku kembali dengan jelas. Kepalaku sedikit pusing karena guncangan ibuku yang membangunkan dengan tiba-tiba. Rupanya aku tertidur dilantai setelah bercerita panjang lebar dengan paman tentang Jepang dan masa lalu paman disana. Masa lalu yang cukup menyenangkan. Tidak sepertiku.
Bukan sepertiku.
***
Kakinya secara kontinu mengayuh pedal sepeda melewati jalanan yang sering dilewatinya menuju sekolah. Wajahnya terlihat tidak senang, pun kesal. Namun hanya datar. Ekspresi yang menurutnya seperti hal yang seharusnya dilakukan oleh seorang Min Yoongi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Myself [BTS FanFict]
Fanfic"Jika kau membenci dirimu sendiri, itu sama halnya denganku. Aku juga membenci diriku lebih dari apapun. Namun, itu sudah cukup. Kejadian ini sudah menjadi akhir. Kau adalah temanku sekarang, jadi jangan lagi seperti itu. Aku ingin kau membantuku ke...