Part 4

48 10 2
                                    

Kulangkahkan kakiku menuruni tangga dengan bungkus bento yang kubawa. Ibuku pagi ini memasakkan udang tempura kesukaanku ditambah nasi dan sayuran.

Duduk sendiri didepan lapangan sepak bola sekolah adalah hal terbaik, dan ini adalah ruang lingkup zona nyamanku tanpa harus mendengar banyak ocehan orang lain yang tidak kuketahui faktanya.

Beberapa kali ini aku selalu diingatkan oleh kejadian masa sekolah dasarku.

Terutama tentang kejadian Jimin.

Aku benar-benar tidak tahu dimana ia sekarang.

Namun karenanya, penyesalan selalu menghantuiku.

Karma seakan mengikuti jejak langkahku.

Ketakuan dan kesendirian seakan menjadi 'teman' ku.

Namun dengan begitu, setidaknya aku tidak melukai orang lain lagi kan?













.










.










.







"Jimin tidak masuk sekolah, ya?"

"Kemarin aku lihat ia pulang setelah istirahat dijemput ibunya. Aku tidak tahu kenapa, tapi guru bilang, Jimin sedang sakit."

"Sakit apa ya kira-kira?"

"Entahlah."

Yoongi membuka perlahan matanya dengan raut wajah yang hampa. Ia memangku dagunya dan melihat kearah kursi kosong didepannya. Kejadian kemarin membuatnya tidak bisa tidur semalaman hingga matanya terlihat sedikit memerah dan kepalanya pusing.

Sejak itu juga, Yoongi untuk pertama kalinya tidak ikut bermain disekitar sungai bersama Namjoon maupun Yeonjun, namun segera pulang kerumah dan bersembunyi dibalik selimutnya.

Pelajaran berlanjut, namun ketukan pintu dari luar membuat seisi kelas menoleh dan seketika pintu terbuka, menampilkan seorang pria paruh baya yang memakai jas dan pakaian rapih menjabat tangan wali kelas Seunghyun. Itu adalah kepala sekolah.

"Selamat pagi anak-anak."

"Pagi, pak kepala sekolah."

Yoongi segera bangun dari posisi favorit nya dan memperhatikan kepala sekolah yang jarang ia temui. Sementara sebagian orang berbisik tentang apa yang kepala sekolah mereka ingin sampaikan.

"Murid kelas empat yang bapak sayangi. Ada hal yang ingin bapak tanyakan tentang murid atau teman kalian yang bernama Park Jimin." Ujarnya dengan suara yang lembut namun tegas.

Yoongi mengerjapkan matanya memperhatikan.

"Bapak ingin kalian jujur tentang siapa yang melakukan tindak bullying atau mengerjai Park Jimin? Bapak menerima keluhan laporan dari orang tua Park Jimin jika alat bantu dengarnya hilang hingga delapan kali selama tiga bulan ini. Bapak dengar alat itu cukup mahal harga sepasangnya..."

Mendengar itu, seketika Yoongi merasa tak nyaman dan teringat tentang ibunya dirumah. Bagaimana ibunya membuka salon dan bercerita tentang pentingnya menabung sejak dini supaya memudahkannya ketika ingin membeli sesuatu. Bagaimana ekspresi wajah ibunya yang terlihat lelah karena harus membuka salon sendirian, ataupun ekspresi bosannya ketika tidak ada pelanggan yang datang hari itu.

"Bapak harap, siapapun yang mengetahui hal itu segera laporkan ke bapak, segera." Tutupnya.

Ekspresi anak sekelas terlihat jelas menutupi sesuatu sementara pak Seunghyun menggebrak papan tulis dibelakangnya karena tidak ada satupun yang bicara. Semua seketika terkejut dan menoleh kearah wali kelas yang dingin itu. Ia seakan menatap seseorang,

Love Myself [BTS FanFict]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang