Tak memberi efek.

3K 195 15
                                    

Renata POV.

Disinilah aku sekarang. Di rumah orang tuaku.

Aku ingin merajuk. Ah bukan merajuk, tapi lebih minta perhatihan seorang suami. Aku Ingin Rendra peka apa yang ku rasakan.

Tadi setelah aku mendapat caci maki juga tamparan oleh ibu mertuaku, aku memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuaku.

Kenapa aku ditampar? Hanya masalah sepele, aku memecahkan guci kesayangan ibu mertuaku saat bersih-bersih itupun tidak sengaja.

Hingga aku mendengar ibu mengataiku mandul.

Bukan. Bukan aku ingin mengadu ke orang tuaku. Memang tak baik kita pergi tanpa ijin dari suami kita. Tapi aku hanya ingin melihat apa Rendra masih membutuhkanku apa tidak? Apa Rendra akan menanyakanku?

Aku ingin sekali mengeluarkan uneg-unegku apabila Rendra masih peduli padaku.

Bukan aku ingin mengadu domba anak juga ibu. Tapi, aku meminta perlindungan seorang suami kali ini. Karena ibunya sungguh keterlaluan.

"ayah dan ibu tidak ingin ikut campur nak, tapi saran Ayah. Bicara baik-baik ke Rendra. Dan kamu juga harus hormat pada ibunya, bagaimanapun sekarang beliau juga ibumu. Mungkin beliau begitu karena ada masalah. Kamu harus mendekatinya, jangan malah menganggapnya musuh. Api ketemu api yang ada terbakar"

Nasehat Ayahku.

Beginilah keluargaku, tak pernah membela siapapun yang di anggap salah. Bukan Ayah menyalahkanku, beliau hanya menjadi penengah.

Andai semua orang bisa begitu. Tak mungkin ada orang yang memiliki sakit hati.

"Ayah tak membenarkanmu yang malah menghindar dari masalah Ta. Kamu anak pertama Ayah. Ayah yakin kamu bisa mengatasi ini"

Ujar Ayah menatapku lembut.

"Aku.. Aku hanya ingin sedikit perhatian Rendra yang mulai hilang yah"
Ujarku yang tak mampu menahan laju air mataku setelah mengingat apa yang terjadi belakangan ini di pernikahanku.

Ayahku hanya menatapku lama dan membiarkanku untuk lebih tenang. Aku mengusap air mataku.

Sedangkan ibuku, ibuku tak di ijinkan ayah untuk mengikuti pembicaraan seorang ayah juga anak.

Ayahku tersenyum kepadaku.

"pernikahan bukan untuk saling rebut perhatian nak. Tapi saling mengerti dan memahami. Kamu seperti ini itu salah Ta, kamu seharusnya membuktikan ke mereka kalau kamu itu tidak seperti yang mereka pikirkan"

Ujar Ayahku bangkit dan duduk di sampingku.

"semua pernikahan punya masalahnya sendiri-sendiri. Tidak ada pernikahan yang cuma jalan lurus saja"
Lanjut Ayah membawaku dalam pelukan hangatnya.

"Terus aku harus bagaimana yah? Apa aku diem aja terus di salahkan? Rendra juga sekarang tidak pernah mau membelaku"

Tanyaku meminta solusi.

"Ayah cuma mau bilang. Kamu mengertilah, laki-laki juga terkadang risih kalau ada wanita yang dikit-dikit masalah kecil dibesarkan"

"tapi ini aku di tampar yah! Ayah bilang masalah kecil? Dan Rendra yang berubah"
Ujarku sedikit dengan nada geram.

"Ayah sekarang tanya Yang salah siapa? Mecahin guci yang salah siapa? Siapa tau itu guci ada kenangannya atau sejarahnya. Mungkin ibu mertua kamu spontan. Bukan maksud nampar"

Ujar Ayah yang membuatku memikirkan nasehatnya.

Tak lama setelah aku memikirkan semuanya. Aku merasa memang aku juga ikut andil, dan aku juga bersalah.

MANDULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang