Pisah?

3.5K 250 59
                                    

Author pov

"Kamu duluan masuk"

Itu adalah suara ribut berupa bisikan seseorang yang sekarang berada sebuah pintu yang tertutup.

Seseorang yang di ajak berbicara hanya.memutar bola matanya kesal.

"anaknya itu kamu!"

Ujar orang yang sedari tadi di dorong-dorong untuk segera membuka pintu itu.

Ya mereka adalah Rendra dan Renata.

Sedari tadi mereka meributkan sesuatu hal yang tidak begitu penting, yaitu membuka pintu kamar mama mertua. Alias mama dari Rendra.

"Ta.. Aku suami kamu. Kamu harus nurut"
Ujar Rendra sedikit merengek.

"Ck. Gak usah bawa-bawa itu bisa gak? Kesel aku sama kamu! Kita balik aja ke kamar"
Ujar Renata yang akan berbalik pergi tapi di cegah oleh Rendra.

"Oke. Temenin"
Ujar Rendra tegas dan menggenggam erat tangan Renata Rendra manatap dalam mata istrinya.

Renata hanya mengangguk meyakinkan.

Rendra menghela nafasnya perlahan dan memegang handle pintu.

Tak lama pintu yang sedari tadi membuat mereka ribut akhirnya terbuka.

Terlihat ada seseorang yang tertidur di atas ranjang dengan badan mulai ringkih.

Renata tertegun melihatnya. Kenapa selama ini dia tak sadar, kalau mertuanya itu dalam keadaan tak baik-baik saja?

Demi tuhan, dia merasakan sesak di dadanya. Dia mengingat apa saja omelan yang selama ini mampir di telinganya.

Dia tak pernah merasa seburuk ini menjadi menantu.

Dia bilang dia sayang juga kepada mertuanya? Tapi apa? Bahkan saat sakit parah seperti ini dia sama sekali tak tau.

Padahal setiap hari dia satu atap dengan mertuanya, dia juga selalu berinteraksi dengan beliau. Walaupun akhir-akhir ini Renata memang kesal pada beliau. Karena mama mertuanya itu selalu membuatnya darah tinggi. Tapi melihatnya seperti ini, Renata merasa sangat berdosa.

Renata memegang erat tangan suaminya. Rendra menoleh dan melihat wajah istrinya yang di penuhi kabut kesedihan.

"Aku gak bisa"
Bisik lirih Renata.

Renata tak sanggup kalau harus melihat mertuanya dan membantah permintaan seorang ibu yang ingin anaknya bahagia.

"Kamu temenin"
Ujar Rendra menatap dalam mata istrinya.

Renata hanya diam dan merasakan tangannya berkeringat karena eratnya genggaman tangan suaminya.

Rendra berjalan perlahan sambil menggandeng Renata menuju ranjang sang Ibu.

"Ma.."
Rendra memanggil pelan sang mama yang memunggunginya.

Tak ada sahutan sama sekali.

Sedangkan Renata merasa dadanya berdebar kencang. Entah kenapa.

"Ma.. Ini Rendra. Rendra mau bicara"
Rendra membangunkan mamanya dengan menggoyangkan lengan ibunya pelan.

Tak ada sahutan.

Renata yang merasa firasatnya tak enak ikut memegang pundak mertuanya dan membangunkan mertuanya.

"Ma. Bangun. Ini Renata"
Dan Renata terkaget saat badan mertuanya tiba-tiba telentang dengan wajah yang sangat pucat.

Rendra juga kaget melihat ibunya.
"Maa! Jangan bercanda. Bangun"
Rendra menggoncang tubuh mamanya gelisah.

Renata memegang leher mertuanya dan mengecek nadi mertuanya.

MANDULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang