Baikan

3K 216 17
                                    

RENATA POV

"Gak perlu kamu ngeluarin air mata seperti ini. Dengan kamu seperti ini aku bisa lupa? Nggak!"

"Aku di hina mama aku cuma bisa diem. Mungkin aku bisa cari ketenangan dan akan lupa dengan sendirinya. Tapi kamu? Kamu yang harusnya lindungin aku, bisa berkata seperti itu. Dan itu gak mungkin bisa aku lupain sekalipun kamu nangis begini"
Ujarku lebih kejam.
Aku tak ingin di anggap lemah dengannya.

"Maaf Ta.. Maaf"

"emang aku sebagai istri kurang sempurna. Di matamu maupun di mata mama kamu. Aku ini apa? Cuma istri yang gak berhak dapet perlindungan karena tidak bisa mengandung. Sungguh picik pikiran kamu maupun mama kamu. Kamu nilai aku sebatas itu"

"Istighfar Ta.. Jangan ngomong gitu. Aku gak mau kamu ngomong gitu. Kamu sempurna dimataku"

"Sempurna? Kalau aku sempurna kenapa kamu bisa ngomong mau nyakitin aku juga mau jadiin aku mantan istri?"

Ujarku menatapnya sengit.

"Kalau kamu mau kita pisah. Oke. Aku permudah segalanya. Aku kecewa sama kamu sebagai kepala keluarga. Untung aku belum punya anak, andaikan aku dan kamu di kasih sebuah kepercayaan seorang anak. Aku..."

"CUKUP TA!"
ujarnya menatapku dengan sorot penyesalan. Dan kedua mata itu juga menyorot kemarahan.

"Apa? Kamu gak terima aku ngomong gini? Gimana rasanya? Aku setiap hari mas di gituin sama mama. Aku diem aku gak pernah ngadu, aku pendam sendiri. Karena aku berpegangan sama kamu. Tapi Nyatanya? yang jadi penompangku malah ingin buang aku"

"Terus mau kamu apa Ta? Jangan gini. Aku sakit denger kamu ngomong gitu."
Ujarnya memohon dan berusaha memegang tanganku tapi selalu ku tepis.
"Apa kita pindah?"
Ujarnya memberi usul yang membuatku semakin tersenyum sinis.

"kamu mau bawa aku ke neraka? Aku gak mau nanti dosa gara-gara misahin anak juga ibunya. Aku saja yang mengalah biar kalian bahagia. Kita pisah ajalah Mas"

Ujarku berbalik lagi mengambil baju untukku masukkan koper. Aku bersikap acuh saat sekilas kulihat Rendra menarik nafas kasar.

"RENATA!"
Sentaknya menendang koper hingga bajuku berceceran.

Aku tersentak kaget.

"AKU BISA ATASIN! KAMU DIEM DISINI! BIAR AKU YANG BILANG KE MAMA. JANGAN PERGI!"
Ujarnya ingin berbalik pergi dengan aku melihat air matanya menetes.

Sakit kan? Sama.

Itu yang aku rasain.

Aku menarik bajunya setelah dia berada di ambang pintu.

"Gak perlu"
Ujarku menggeleng

"LEPAS! BIAR AKU BILANG KE MAMA! KAMU MAU AKU MARAH KE MAMA KAN?"

Ujarnya dengan sorot yang tampak bukan dirinya. Dia juga kesakitan. Liatlah mata itu!

Aku tau, dia sangat menyayangi mama. Bahkan untuk membentak mama aku tak pernah melihatnya. Aku tak yakin dia akan mampu membentak mama.

Dan kali ini, aku tau dia ingin menunjukkan kalau dia berada di sampingku untuk melawan mama.

Bukan ini yang kuinginkan.

"kalau kamu lakuin itu, sama aja kamu ingin aku semakin di benci sama mama"
Ujarku menarik bajunya semakin kuat.

"Terus aku harus apa Ta? Apa? Aku gak mau kamu pergi Ta.. Jangan lakuin itu"
Ujarnya memegang tanganku dan jatuh berlutut.
"Aku gak bisa jauh dari kamu"

Aku hanya diam dan menatapnya yang mendongak dengan air mata yang sesekali menetes.

"aku cuma singgah kan mas?"
Ujarku akhirnya dengan menggigit bibirku untuk mengalihkan rasa sakit di dadaku mengingat perkataannya.

MANDULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang