Kemarahan memuncak.

3K 246 19
                                    

Renata POV.

"PUAS KAMU TA?"

Rendra menutup pintu kamar dengan kencang setelah kembalinya Rendra mengantar mamanya.

Aku hanya menunduk dan mengusap air mataku.

Aku merasa bersalah, tapi dalam sisi lain aku juga merasa itu hal benar.

"Nangis! Nangis aja terus! Kamu pikir dengan kamu nangis, aku bisa lupain caci maki kamu terhadap keluargaku?! Hah?"

Ujar Rendra tetap dengan nada tinggi

"Dari awal aku di jodohin, aku tetap bertahan sama kamu. Karena aku tau kamu paling mengerti aku. Tapi apa? Dan ini yang aku dapetin? Inget Ta, aku nikahin kamu karna mama yang akhirnya luluh. Dan merestui kita. Tapi kamu? Kamu udah keterlaluan injak harga diri kami"

Aku hanya terus menangis dan menundukkan kepalaku tak berani untuk mengangkatnya.

"Apa kita..."

"NGGAK!"
Jawabku memotongnya dan menatap dalam matanya yang dipenuhi rasa kecewa juga marah.

"Kenapa? Bukannya keluargaku hancur? Kenapa kita gak.."

"RENDRA STOP!"

ujarku berteriak dan menutup telingaku.

"Aku gak mau!"
Ujarku lagi dengan sesak yang kurasakan di dadaku.

"Terus mau kamu apa? Kamu mau terus-terusan ngungkit keluargaku ini? Dan kamu berharap aku bakal diem aja Ta? Jangan harap Ta! Mamaku adalah wanita satu-satunya yang gak akan aku sakitin dan akan aku lindungi. Sekalipun itu dari kamu!"

DEG

"Jadi kamu bakal lebih milih nyakitin aku?"
Tanyaku semakin berurai air mata.

"Pasti. Aku gak akan diem aja mamaku di injak sama kamu. Kamu emang siapa? Inget kamu hanya Orang lain yang singgah di keluarga ini. Gak ada mantan anak, hanya ada mantan istri"

Ancamnya yang kali ini terdengar mengerikan di telingaku.

Aku tak mengenal sosok Rendra yang sabar. Tak mengenal wajah pria yang sangat aku cintai.

Aku hanya melihat monster di depanku.

Benar kata orang, jangan coba-coba pancing marahnya orang sabar. Karena sungguh menakutkan

Apakah ini sosok asli Rendra yang tersembunyi?

"Aku hanya orang lain yang singgah mas? AKU ISTRI KAMU!"

"Kamu masih nganggep aku suami kamu? sedangkan kamu melukai harga diriku. Apa kamu gak malu?"

Sungguh sekarang aku yang tadinya merasa bersalah. Sekarang yang ku rasakan aku ingin menampar mulutnya.

Sakit saat aku tidak di anggap seperti ini.

"Malu mas? Kamu ingin aku malu? Sebenarnya aku malu kenapa? Sudah ngatain keluarga kamu hancur? Apa kamu yang malu mengakui itu?"

Ujarku mengusap air mataku kasar.

Aku mendekat ke arahnya.

"dan masalah kamu akan nyakitin aku? Oh sungguh dari dulu kamu seperti itu. Aku sudah kebal. Bahkan kamu gak pernah membelaku terang-terangan di depan mama. Mangkanya mama kamu jadi seperti itu. Dan kamu yang anak mami, aku benarkan memang surgamu di telapak kakinya. Sedangkan aku? Aku berada di bawah kakimu yang terus kamu injak!"

Ujarku tak terkontrol dan Rendra diam menatapku.

"Kamu mau kita berpisah? Oke. Tapi aku mau kita periksa dulu. Biar aku tidak selalu di tuduh mandul. Padahal kita sendiri aja gak pernah periksa. Mama kamu yang suci dan seperti tuhan sangat lancang ngatain anak orang mandul!"

MANDULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang