Bab6- Hanya

18 0 0
                                    

            Lu cuma hanya saja, bukan                        sebenarnya hadir-A.S
                              ----
Gita berjalan melewati lorong yang penuh piala disisi kanan dan kirinya. Hingga menuju gerbang perbatasan kelas 11 dan 12 menuju kelas bahasa-1 , kelasnya.

Gita tidak menyadari seorang laki-laki tersenyum dibelakangnya berusaha menyejajarkan badannya tepat disamping Gita.

Gitaa tidak peduli terhadap Saka dan terus berjalan cepat menuju kelasnya. Saka masih mengikutinya tepat sampe dibangku didalam kelasnya.

Kelas yang sebelumnya gaduh berubah hening ketika menyadari Saka masuk didalam ruangan bernuansa sastra sebagai ciri khasnya.

Tidak ada yang memulai percakapan, hingga akhirnya Saka membuka kalimat bisikan tepat ditelinga Gitaa "Gue anter lu pulang nanti"

Jarak mereka sangat dekat. Terasa hembusan nafas Saka dan detak jantung Gita yang tak bisa dicontrol sendiri.

Saka meninggalkan Gitaa dan menetralis suasana teman-teman Gita yang masih terdiam "Maaf gue ganggu"

Tidak ada jawaban yang dilontarkan penghuni bahasa hanya sebagian anggukan kecil sebagai jawaban atas pernyataan Saka.
                             ***
Saka melewati lorong gelap dengan langkah santai menuju ruang osis. Disebelah sebrangnya terliat gadis berambut dibawah bahu lurus menatapnya dengan raut kaget dan berusaha menghindarinya.

Saka beteriak menghentikan langkah Gita "Gitaa" tak ada jawaban balasannya.

"Anatasya Sasrawalgitaa" teriak Saka memanggil nama lengkapnya yang berhasil membuat Gita terpaku diam ditempat.

Saka berusaha disamping posisi Gitaa yang tetap memandang kosong menghadap depan. "Git segitu marahnya lu sama gue"

"Apa lu nggangep gue orang berhati dingin yang gak bisa mencintai tulus. Gue cinta lu Gitt, terserah lu percaya atau enggak" kata Saka berhasil membuat Gita menoleh.

Gita menatap tajam mata hitam bening Saka dengan jatung yang berdetak begitu cepat tanpa kendali yang tak pernah ia rasakan, atau mungkin Saka dapat mendengernya.

Tak ada jawaban hanya suara angin berhembus disela-sela telinga dan membuat rambut mereka bergerak tertitup.

Wajah Gita setengah tertutup rambutnya masih terdiam menikmati mata Saka yang berhasil menangkap dan menguncinya.

"Gue anggap lu terima gue keduakalinya. Gue tunggu lu diparkiran dan gaada kata lama, kalo lu telat 10 detik, gue akan jemput nanti malem dirumah lu" ucap Saka meninggalkan Gita lagi.

                             ***
Di bangku dalam kelas, tepat pada bangku tengah dari barisan 5 bangku dipojok ruangan. Gita memandang kertas bermotif bertuliskan undangam mirip undangan ulang tahun.

"Ma, ini punya lu bukan" tanyanya pada Norma.

"Bukan itu punya lu dari kak Bela, dia nitipnya ke elu. Masa lu doang yang diundang dikelas 10. Mana nitipnya digue lagi, tapi gue gak diundang anying" celoteh Norma dengan ekspresi dan tempo nyerocos tanpa jeda.

Gita segera membuka undangan. Terdapat tulisan namanya yang tercantum dibaliknya. Undangan ulang tahun yang diberikan kepadanya.

Gita bingung kenapa dia yang hanya diundang, "Ma, gue kagak ikut acara kak Bela. Gue ngapain disana anjir, kayak orang tolol cuma celinguk-celinguk aja"

"Yakan ada kak Saka, ngapain lu bingung. Lu kan pacarnya" ucap Norma dengan sedikit penekanan pada kata pacar.

Gita cepat membalas ucapan Norma "gue bukan pacar dia"

"Yaelah Git, sama sahabat sendiri boong. Gue sahabat lu git, lu cerita kalo ada apa-apa. Dan soal lu gak ikut ke acara kak Bela, mending lu bilang ke kak Bela takut dia salah paham" saran Norma.
                              ***
Bel berbunyi, Saka segera berjalan keluar menuju lapangan parkir di samping sekolah.

Saka terhenti ketika melihat Bela repot membawa persiapan pestanya. Barang-barangnya terjatuh dan terlempar ke sisi yang berbeda dan tepat didepan Saka.

Bela yang sibuk merapikan tidak tau, Saka didepannya dan masih mencari barang-barangnya yg terjatuh. Hingga ia melihat sepatu converse hitam dan mendongkak ke atas terlihar Saka dengan melipat tangannya.

"Lu ya Sak, kenapa gak bantuin gue. Malah diem gak ada niatan bantuin gue" kata Bela sambil berdiri dan meletakan barang-barang yang dipegangnya pada telapak tangan Saka.

"Hem ini mau dibawa kemana?" tanya Saka.

"Lu kebiasaan ya Sak, kita temenan dari smp dan selalu lupa ulang tahun gue. Lusa ulang tahun gue Sak, dan lu harus bantu gue hariini dan besok" balas Bela.

"Yehh lu juga gak ngundang gue" pembelaan Saka menghindari amukan Bela.

"Gue kira lu udah tau, gue gak ngundang lu juga pasti dateng. Dan sebagai hukumannya lu terima permintaan tolong gue, dan anter gue pulang" jawab Bela.

Saka menganguk sebagai jawaban pernyataan dan perintah Bela.
                             ***

Gita menunggu di parkiran tepat didepan pagar sekolah. Ia menunggu Saka, Ia memang lama tadi dan berpikir membuat Saka menunggunya.

Terik mata hari membuat rambutnya lepek dan keringat mengalir jatuh dan mangalir diatas permukaan kulitnya "Kak Saka mana?" tanyanya pada dirinya dan tak ada jawaban.

"Gue gak kepikiran telpon dari tadi anjay" Gita mulai mencari kontak Saka pada whatsappnya. Dan tak ada nomer Saka, ia lupa tak punya nomer Saka.

"Apess, guekan gak punya nomernya" ucapnya sambil mengusap keringat didahinya.

Gita berjalan ke kelas Saka dan bertemu dengan teman sekelas Saka, Andre. "Kak, permisi kak Sakanya masih ada didalam kelas gak?" tanya Gita.

"Gak ada udah pulang daritadi, lu yang pacarnya Saka itu?" tanya balik yang spontan dijawab Gita tolakan "Bu..bukan kak"

"Yaudah makasih ya kak" ucap makasih Gita yang dibales dengan anggukan.

Gue tau lu cumaa hanya saja bukan sebenarnya, batin Gita dan melangkah menjauhi Andre.

@erisanur_

CharvakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang