" Tanpa titik dan tanya "
-Sakala Bramanthy
---"Tes tulis akan selesai 5 menit lagi. Dimohon para peserta meletakan kertas jawaban di pojok samping kanan meja" kata laki-laki paruh baya selaku pembina osis.
Pengurus osis yang bertugas mengunjungi setiap bangku dan mengambil kertas jawaban. Hingga salah satu perempuan tepat berhenti dibangku Gita.
"Haii" sapa Bela sambil menjulurkan tangan kepada Gita.
Gita menyambut baik tangan Bela dengan senyuman yang merekah disusut bibirnya. "Haii juga kak"
"Lu pacarnya Saka?" tanya Bela membuka pembicaraan.
Gita terkejut mendengar ucapan Bela. Menampakkan raut wajah dengan mata yang sedikit membuka lebar dan menangkap bayangannya pada mata Bela. "Enggak kok kak"balas Gita sambil sedikit gugup.
"Enggak salah lagi kan?"
"Gue udah tau duluan kok. Saka itu sahabat gue. Jadi lu gausah nutupin itu dan semoga lu bisa ngadepin dia"
"Nanti kita lanjutin lagi ya. Gue ke depan dulu" ucap Bela.Gita hanya mengelengkan kepala mengisyaratkan kepada Bela. Jika dia tidak dalam posisi yang dikatakannya. Hingga seorang laki-laki masuk kedalam ruangan dan berjalan ke arah Gita.
"Nanti lu ikut gue" ajak Saka sambil meninggalkan Gita.
Gita hanya tertunduk memikirkan. Untuk apa Saka mengajaknya.
***
Saka mengajak Gita ke sebuah kafe di dalam pusat pembelajaan terbesar di Yogyakarta.
Saka berjalan terlebih dulu, meninggalkan Gita dibelakang yang masih sibuk dengan promosi buku-buku murah di depan pintu masuk.
Sampai Saka pada tempat tujuan tanpa menyadari jika Gita tertinggal karena kesibukannnya. Saka mengelengkan kepala dan terus mencari Gita. Dan benar Gita sibuk dengan kegiatannya.
Saka memanggil Gita "ehh, ogeb. Lu ngapain disini" tidak ada jawaban dari Gita. Saka memutuskan menarik Gita ke dalam tangannya dengan jari-jari yang saling mengikat. Gita terkejut melihat sikap Saka.
Saka menyadari ekpresi yang ditunjukan Gita. "Biar lu gk ketinggalan lagi" ucap Saka sambil terus berjalan beriringan dengan Gita.
Mereka sampai pada sebuah kafe. Dan menuju bangku tempat duduk dekat jendela bening tembus pemandangan kota Yogyakarta.
Tidak ada obrolan antara Saka dan Gita sampai makanan yang dipesan ada dihadapan.
***
Saka mendahului Gita yang masih saja berlari menyesejajarkan langkah Saka yang lebar menuju parkiran motor. "Kak, tungguin" kata Gita.
Saka tidak mempedulikan Gita hingga tidak ada lagi suara Gita yang terdengar.
Saka menoleh, Gita terlihat sedang berbicara dengan laki-laki didepannya. Membuat Saka tidak terlalu jelas melihat orang iti. Saka memutuskan menghampiri dan menarik Gita.
Saka menatap sinis Aksa yang sedang melihatnya dengan tatapan heran. "Lu kesini sama Gita, Sak" ucap Aksa kepada Saka.
"Hem. Menurut lu"
"Kita balik dulu" ucap Saka meninggalkan Aksa yang masih menatap dan tersenyum kepada Gita.***
"Kak, kok lu mau nganterin gue pulangkan?. Bukannya lu ninggalin gue tadi" ucap Gita membuka percakapan diatas motor yang sedikit terdengar karena angin berhembus kencang.
"Gue cemburu lu deket sama Aksa. Jadi lu jangan pernah deket Aksa lagi. Apalagi mau dideketin Aksa" balas Saka.
"Kok lu yang ngatur-ngatur hidup gue. Emang lu siapa" sahut Gita dengan nada tinggi kepada Saka.
"Gue pacar lu. Dan lu pacar gue" Aksa menjawab pernyataan Gita.
"Sejak kapan?. Gue gak merasa tuh" balasan Gita.
"Sejak gue mulai sayang sama lu tanpa titik dan tanya" kata Saka sambil memberhentikan sepeda motor dipinggir jalanan penuh pohon-pohon rindang. "Turun" perintah Saka.
@erisanur_
KAMU SEDANG MEMBACA
Charvaka
Roman d'amour"Cahaya menjadikan gelap lebih hidup. Gelap butuh cahaya sebagai pelengkap"- Sakala Bramanty . Aku masih mengingatnya tentang yang pernah kamu lakukan padaku dulu. Teringat kenangan yang menjadi alasan hidupnya kalimat, "Aku mulai mencintai mu saat...