"Aku hanya tidak ingin lagi. Karena alasan yang sama"
---Gita berada di ruangan bertuliskan uks didepan pintu masuk dan keluarnya. Ruangan yang berisi beberapa tempat tidur panjang yang cukup digunakan hanya 1 orang.
Gita perlahan membuka matanya. Menantap lemari kaca didepannya sebagai titik temu matanya pada seorang laki-laki yang terduduk pada bangku dengan beberapa data uks dan poster kesehatan.
Hingga seorang laki-laki, Aksara tersadar jika Gita sudah terbangun dari pingsan yang masih membuatnya sedikit pusing.
"lu udah bangun?" tanya Aksa sambil menghapiri Gita.
Tidak ada jawaban dari Gita. Gita hanya menatap lurus pantulan kaca didepannya. Hingga Aksa menepuk bahu Gita membuatnya menoleh padanya.
"Norma mana?"
"Dan lu siapa?" balas gita ketika tersadar dan menatap Aksa.Aksa tersenyum ditambahi lesung pipit di kedua pipinya yang tidak terlalu terlihat disebabkan lengkungan indah sebagai perlengkap gigi gingsul terletak pada gigi taring sebelah kiri yang membuat siapa saja berdecak kagum melihat hasilnya.
"Temen lu lagi ikut penilaian ulangan harian dikelasnya. Jadi gue yang jaga lu disini" lanjut Aksa.
"Oh.. Oke makasih kak Aksara" ucapan terima kasih Gita sambil melihat nama yang berada di seragam sekolahnya. "Kenalin gue Anantasya Sasragita dan lu bisa manggil gue apa aja" perkenalan dirinya.
"Senang mengenalmu Sasra" ucap Aksa sambil menjabat tangannya.
***
"Git. Lu udah sembuh?" tanya Norma melihat Gita masuk kedalam kelas."Menurut lu?" tanya balik Gita.
Norma hanya mengeleng-geleng kepala melihat sikap sahabatanya itu. Hingga Gita terduduk disampingnya.
Gita memulai percakapan. Ia tau jika temennya tersinggung terhadap apa yang baru saja dilakukannya. "Norma. Tadi yang jagain gue siapa?"
Norma menoleh, antusias menjawab Gita. "Dia adalah Aksara Baslom. Anak tunggal pemegang saham terbesar sekolah kita, Herlambang Baslom. Dan seorang ketua osis, kelas 12-Ipa1"
"Emang kenapa?"
"Lu suka ya sama kak Aksa ya? " tanya gita curiga kepada Gita sambil menimaliskan sudut matanya seperti sedang mengevakuasinya."Gak. Cuma nanya" jawab Gita.
Norma masih menyimpitkan matanya sambil mencerna kalimat Gita. "Oke.. Jangan lupa nanti ada pemilihan osis kelas 10 di lab bahasa"
Tak ada jawaban Gita hanya berpangku tangan menengelamkan wajahnya pada bangku kelas sebagai tempat bersandarnya. Ia tertidur, ia masih merasa pusing dan demam.
Norma baru saja tersadar jika Gita ketiduran. Ia memeriksa suhu tubuh gita dengan tangannya."Masih panas"
***
"Sebelum kita mulai kegiatan ini, sebaiknya kita berdoa sesuai kepercayaan masing-masing. Berdoa mulai" ucap Aksa sebagai ketua osis untuk pembukaan.
"Git. Itu yang lu maksud?" tunjuk Norma kepada Aksa.
"Lu bisa diem gak sih" balas Gita tanpa memperdulikan.
Norma tidak memperdulikan jawaban Gita. Ia melihat sekeliling dan memperhatikan situasi sampai tepat berhenti pada seorang laki-laki disamping Gita, Saka. "Git sebelah lu. Aa.. Daa" memberitahu Gita.
"Gue bilang diem Norma. Ini mau dimulai" jawab Gita sambil menengok Norma yang menunjukan pelototan mata pada bangku samping kirinya.
Gita menoleh, melihat Saka terduduk dan menoleh padanya dengan senyum khas miliknya.
"Haii pacar. Ikut tes osis juga ternyata" sapa Saka.
"Ngapain lu disini" balas sinis Gita.
Saka tidak menjawab pertanyaan Gita. Ia hanya menatap ke depan memperhatikan kegiatan pembagian soal tes pemilihan osis. Hingga namanya disebut dengan michrophone oleh Aksa. "selanjutnya adalah tata cara dan petunjuk cara pekerjaannya oleh waketos periode tahun ini, Sakala bramanty". Suara tepuk tangan mengerumuh memenuhi seisi ruangan dengan suitan para siswi yang terpesona oleh Aksa dan Saka berada didepan ruangan.
Gita terkejut mengingat ucapan Norma yang telah memberitahunya bahwa Saka adalah waketos, yang berarti dia adalah kakak tingkatannya. Dia menutupi keterkejutannya dengan bersikap seolah biasa saja.
Saka maju ke depan. Melewati depan bangku Gita yang masih saja tanpa ekspresi.
"Selamat siang. Saat mengerjakan saya mohon utamakan kejujuran. Kerjakan pada lembaran jawaban yang telah disediakan. Setelah kegiatan tes tulis dilakukan. Kegiatan selanjutnya adalah tes kepemimpinan dan wawancara yang dilaksanakan lusa besok. Hmm.. selanjutnya maaf. Saya agak terganggu dengan ekspresi wanita dibelakang pojok sana. Sebelum dia tersenyum, tes tulis ini tidak akan dimulai"
Gita terpelonjak kaget mendengar akhir kalimat Saka membuat seisi ruangan menantapnya dan sebagai tanda pengibaran bendera perang. Tidak ada pilihan bagi Gita jika ingin memberhentikan tatapan mata penghuni ruangan tersebut. Ia memutuskan ternyum pada setiap tatapan mata. Dan terkhusus Saka dengan gambaran senyuman pait terpaksa.
"Okee. Tes tulis pemihan osis tahun pelajaran baru dimulai. Kerjakan sebaik-baiknya" kata Saka ketika melihat senyuman terpaksa Gita.
Aksa hanya bingung apa yang dilakukan Saka. Membuatnya menarik tangan Saka keluar dari Lab bahasa.
@erisanur_
KAMU SEDANG MEMBACA
Charvaka
Romance"Cahaya menjadikan gelap lebih hidup. Gelap butuh cahaya sebagai pelengkap"- Sakala Bramanty . Aku masih mengingatnya tentang yang pernah kamu lakukan padaku dulu. Teringat kenangan yang menjadi alasan hidupnya kalimat, "Aku mulai mencintai mu saat...