03 - Family Reaction

330 52 4
                                    

Jennie menatap kesal ke arah Mino. Kejadian menyebalkan yang direncanakan oleh kakaknya itu membuat aura membunuhnya semakin kuat. Tatapan tajam milik Jennie sejak pulang sekolah membuat Mino sendiri merasa tidak nyaman dan berasa dihantui oleh pembunuh bayaran.

"Jennie, kenapa dari tadi ngelihatin Mas kamu seperti itu?" Zidan bertanya kepada anak bungsunya yang sejak tadi memperhatikan anak sulungnya seperti akan membunuh.

"Tidak ada apa-apa, Yah. Hanya sedang berlatih cara menjadi antagonis aja. Kalo dipikir-pikir Jennie ingin mencoba masuk ekstrakurikuler drama," jawab Jennie yang memandang lembut ayahnya dan kembali menatap tajam kakaknya.

Siti tersenyum mendengar jawaban dari anak bungsunya. "Sejak kapan adek tertarik mau ikut drama?" tanya Siti yang sebenarnya sudah tahu perkara awal kedua anaknya.

"Mau latihan jadi aktris. Siapa tahu bisa main drama Korea bareng Song Jong Ki oppa." Jennie menjawab dengan semangat.

"Kenapa keluarga ini terlalu mencintai Korea, Ya Allah. Apa salah hamba terlahir dalam keluarga ini," Mino berkata dengan meratapi nasibnya. Seolah-olah dia anak tiri yang teraniyaya.

Siti memukul pelan lengan anaknya. "Kamu ini bukannya bersyukur, malah bilang kayak gitu. Kalo kamu nggak lahir dari keluarga ini, mana mungkin kamu tahu Twice dan Redvelvet."

Zidan dan Jennie tertawa mendengar perkataan Siti. Mereka sangat heran dengan Mino, wajah sangar dan ketika di luar rumah sikapnya menunjukkan bahwa dia  tidak menyukai K-Pop. Tapi, kalau sudah masuk kamar, Mino tidak henti-hentinya memutar lagu Twice dan Redvelvet. Bahkan ia sampai bermain dengan light stick miliknya sendiri.

"Ibu apa, sih! Untung nggak ada Sirin. Kalo ada kan Mino malu," jawab Mino dengan wajahnya yang sedikit memerah.

"Percuma malu mas. Mbak Sirin juga udah tahu, adek kasih vidio mas lagi nari knock knock-nya Twice, terus katanya mas lucu," jawab Jennie tanpa dosa.

"Ka-kamu kasih tahu Sirin? Hancur sudah masa depan Mas, Dek! Eh, tapi tunggu!" Mino tersenyum licik, lalu mengeluarkan ponselnya.

Jennie lantas merasa was-was. Sebelum terjadi, ia pun segera mencegah Mino. "Mas! Jangan! Itu udah lama, masa mau balas dendam sekarang? Cukup Ibu aja yang tahu, Ayah jangan," kata Jennie dengan suara sedikit meninggi.

Zidan memperhatikan dengan heran. Penasaran akan rahasia yang disembunyikan Jennie hingga ia bersuara seperti itu. Siti yang sudah mengetahui sejak tadi sore hanya tersenyum geli melihat tingkah anaknya.

"Ayah harus lihat! Cowok ini pasangan yang sangat cocok buat Adek. Ibu aja setuju, apalagi katanya muka mirip boyband yang anggotanya banyak itu loh, Yah," kata Mino yang sudah menyerahkan ponsel miliknya.

"Mas! Awas ya! Besok aku bakal sebarin kalo aku adiknya Si Ketua Osis," ancam Jennie.

"Sebarin aja... Lagian MOS udah selesai," balas Mino santai.

"Mirip Wonwoo Seventeen ya, yah?"

Jennie dan Mino mendengar nama salah satu boyband yang disebut oleh Siti itu langsung melihat ke arah ibunya. Sedetik kemudian keduanya memperhatikan wajah Ayah mereka. Beliau terlihat serius dan terus memandang foto tersebut.

"Jennie."

Tubuh Jennie seketika merinding. Ia tahu apa yang akan dikatakan oleh ayahnya. Jennie menatap Mino dengan tatapan tajam, kemudian kembali melihat Zidan. Menunggu apa yang akan dikatakan oleh ayahnya.

YOU MAKE MY DAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang