Bolos

48 11 8
                                    

"Kau bisa memulainya dari sana Aldo," Tesa menunjuk-nunjuk bagian layar monitor yang amat rumit.

"Aku tahu!" Aldo mulai kesal.

Tesa memang seorang yang dianggap senior di klub komputer. Sudah banyak situs yang diretasnya, dan dia menghasilkan uang dengan pura-pura menawarkan jasa perbaikan pada pemilik situs yang diaretas. Licik sekali memang. Tapi menurut Aldo, kemampuan inilah yang dibutuhkan dari Tesa. Dan Ghina, dia setuju dengan rencana Aldo.

"Kenapa tidak bisa ya!?" Tesa mendengus kesal.

"Kalau bisa sudah kulakukan sejak tadi!" Aldo menyahut dengan nada tinggi.

Mereka berdua sulit sekali akur. Ghina hanya bisa menonton pertengkaran mereka yang tak habis-habis sejak tadi. Entah ada masalah apa di antara mereka. Yang pasti, keduanya tak pernah mau saling tatap. Selalu sinis satu sama lain.

"Kau jaga keamanannya, jangan sampai kita malah diretas balik!" Tesa mengingatkan sambil mengeluarkan laptop dari tasnya.

"Iya aku tahu!" Jawab Aldo ketus.

"Kalian ini kenapa sih dari tadi bertengkar terus?" Ghina mulai penasaran.

Keduanya tidak menjawab. Mereka fokus pada pekerjaannya. Ghina terlihat kesal. Tapi dia tak bisa berbuat banyak. Kebanyakan anggota klub komputer memang selalu bersikap seperti ini. Tak bisa diganggu ketika bekerja. Apalagi sistem yang mereka retas kali ini bukan sistem abal-abal. Keamanannya bahkan melebihi situs pemerintahan negara. Menakjubkan!

"Ah!" Teriak Tesa seraya menutup laptopnya.

Disusul Aldo yang menutup laptopnya juga. "Kita harus pergi!"

"Ada apa kalian!?" Ghina penasaran melihat mereka panik.

"Nanti saja kujelaskan! Kita harus bergegas!" Tesa menarik lengan Ghina dengan paksa.

🌀

Udara dingin mulai terasa menembus tulang, membawa butiran partikel-partikel air yang terbang bersama debu lembut. Kicau burung tak terdengar lagi, tanda kalau hari akan segera berakhir, berganti malam beberapa menit ke depan. Namun langit lebih dulu gelap sebelum waktunya, seperti akan hujan atau memang waktu bisa dipercepat.

Padahal hari masih belum terlalu sore, terlihat lebih gelap hanya karena awan mendung sudah siap mencurahkan air hujan berjuta-juta kubik dari langit. Tinggal menghitung detik, dan hujan akan segera membasahi bumi sore ini.

Kegiatan sekolah masih belum selesai. Tepat pukul tiga, jam istirahat ketiga untuk menunaikan ibadah salat ashar. Para siswa dan guru yang muslim sudah mengantre di tempat wudu sambil menyingsingkan lengan bajunya. Mereka terlihat ceria sambil berbincang dengan kawan-kawannya.

Tapi itu semua tidak berlaku untuk Ghina, Aldo, dan Tesa hari ini. Tepat ketika hujan turun, mereka melangkah masuk ke ruang BK. Guru yang mengajar di kelasnya mengadukan mereka bertiga karena membolos di jam pelajarannya.

"Benar kalian membolos di jam pelajaran Bu Lina?" Tanya Pak Geri, guru BK muda, gurunya memang banyak yang muda di sini.

"Benar Pak." Jawab Ghina dengan percaya diri.

"Kenapa? Kau tahu bukan membolos adalah kesalahan fatal di sekolah kita?" Pak Geri menggeleng-gelengkan kepalanya.

Ruangan senyap seketika. Ghina terlihat sedang berpikir keras. Tesa dan Aldo tak bisa membantu banyak. Mereka bahkan tak berani mengangkat muka sejak masuk dan duduk di ruang BK. Apalagi wajah Bu Lina yang merah padam saking marahnya amat menyeramkan untuk dilihat.

"Assalamualaikum..." Ucap seseorang dari pintu masuk.

"Pak Adnan!?" Teriak batin Ghina.

🌀🌀🌀

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Permainan Logika Afa (Perpustakaan Aurum 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang