part 4 - Noven

37 9 0
                                    

Aku adalah hujan,jika kamu tidak suka. Tidak apa-apa.
Silahkan berteduh.

Pintu gerbang berhasil vio buka. Tanpa berfikir panjang,vio menyegerakan langkah kakinya. Seringkali vio berlari-lari kecil untuk mencari pusat perkumpulan teman barunya.

Sebelum masuk ke kelas masing-masing. Mereka mendapatkan pengarahan dan beberapa penyampaian penting dari pihak sekolah.

"Wuihhh,lapangannya full. Gimana gue masuk?".

Vio memiringkan kepalanya ke kiri dan kekanan,mencari celah yang cukup untuk menyempitkan tubuh kecilnya ditengah kerumunan orang. Namun,hasilnya NIHIL.

"Kenapa dek?". Tanya orang beralmamater yang sekarang sedang berada dibelakang vio.

"Anuuu kak". Jawab vio gugup.

Takut sekaligus was-was membuat rona merah pada wajah vio semenjak kakak beralmamater itu kini bertatapan dengannya.

"Anjrr. Hari ini 2 orang menyebalkan muncul satu per satu". Gumam vio dalam hati.
"Sebegitu menakutkannya yah tampang gue".

Mampus,dia bisa baca pikiran
"Ih nggak kak,nggak gitu".
"Ya Terus". Tanyanya heran.
"Tadi aku tuh terlambat,terus didepan ditahan sama kak Thomas. Kak Thomas tu bicaranya bikin ngeri". Jelas vio panjang lebar.
"Ouhhhh". Kakak itu mengangguk-angguk tanda mengerti.
"Thomas emang gitu dek. Dia tuh sebenernya nggak banyak bicara. Tapi sekali bicara bikin sakit ati". Ucapnya menjelaskan bagaimana sikap rekan organisasinya itu.
"Nama kamu siapa BTW?". lanjutnya .

Ahh,sepertinya hampir semua orang disini kalau ketemu orang baru basa basi dulu. Habis itu pasti nanya nama. Atau mungkin hal seperti ini menjadi adat orang disini. Sudahlah. Itu tidak penting.

"Vio Devalhopa kak. Panggil aja vio". Balasnya ramah.
"Oh iya vio. Kalau ada apa-apa atau mau nanya sesuatu tanya ke aku aja yah. Kita kan sama-sama cewek,jadi santai aja. Seneng bisa kenal sama kamu". Kaka itu tersenyum.
"Ini nomer wa ku". Lanjutnya sambil memberikan vio secarik kertas

NOVEN
08xxxxxxxxxx

"Ohh,namanya kak Noven". Katanya nyaris tanpa suara.

Vio menyimpan kertas pemberian kak Noven di kantong seragamnya.

"Kak. Vio boleh minta tolong?". Tanya vio dengan nada cemas
"Apa?".
"Boleh anterin vio gabung di barisan itu nggak?. Vio takut". Ucapnya sambil menunjuk barisan yang ditempati oleh Dona.
"Ouhh. Oke oke".

Noven mengantar vio ke barisan yang dimaksud. Namun tiba tiba----

"Ehh,November". Tegur seseorang
"Apa kenth". Jawab Noven

Vio ikut membalikkan badannya.
"Mampus!! Dapat banyak ceramah hari ini nih gue".

Kenth memasang matanya sinis
"Ini kenapa keluar barisan?" Kenth menunjuk ke arah vio.

Tidak ada suara.--- baik itu dari viu ataupun Noven.
"Pasti kami terlambat kan?". Kenth menebak.

Aww. Pake aku kamu:v

"I...iya kak". Jawab vio gugup.

Kenth tidak bersuara. Hanya sorot matanya yang menatap tajam ke arah vio. Tatapan tajam itu memiliki makna tersirat yang bercabang. Apakah kenth marah atau hanya menegur.

This is My JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang