Mending jadi jahat. Dari pada pura pura baik. Pencitraan!
~Audy~"Bajingan! Lo apain gua?hah?" Audy menarik kuat rambut Kenzo, setelah sebelumnya memasang kancingnya.
"Aw! Anjing!" Kenzo mengaduh. "Gak gua apa-apain!"
"Bohong lo! Maling mana ada yang ngaku!"
"Iyalah. Ntar penjara penuh." balas Kenzo asal.
"Ih!" Audy sudah bersiap melayangkan pukulan, namun tehenti karena Kenzo menunjukan foto yang ia gunakan untuk mengancam Aldo tadi. "Nih!"
"Brengsek!" umpat Audy menghembuskan napas kasar dengan mata yang hampir keluar dari tempatnya.
"Udah cepetan! Dimana rumah lo?" tanya Kenzo. Dan dalam keadaan marah yang membuncah, Audy memberi tahu jalan menuju rumahnya.
Dalam perjalanan, Kenzo tak henti-hentinya memandang gadis disampingnya yang ia beri julukan 'cewek bar-bar' itu.
Cantik. Munafik bila Kenzo berkata dia jelek ataupun biasa saja. Hidung mancung, bibir tipis, mata coklat, serta alis tebal yang terukir indah. Kenzo yakin siapapun yang melihat cewek itu, pasti akan berpikir bahwa dia bidadari. Tapi sayang, hatinya tidak secantik wajahnya.Merasa diperhatikan, Audy menoleh mendapati Kenzo yang menatapnya dengan tatapan yang tak bisa diartikan. "Apa lo liat-liat?!"
Alis kenzo mencuram. Dahinya berkerut dalam. "GR lo!"
⭐
"Aw! Sakit, yah.. A-aku gak keluyuran, tadi ak- aw!"
Tamparan dan pukulan bertubi-tubi melayang. Adam selalu terlihat menyeramkan kapanpun itu. "Siapa yang minta kamu bicara? Hah?! Anak tidak tau diri!" Audy terisak pasrah, saat hantaman dari ikat pinggang mengenai kakinya.
Bugh
Badan Audy ditendang dengan kuat oleh ayahnya. Ia hanya diam, sambil terus terisak. Air mata sudah membanjiri wajah cantik itu.
Sesaat ia bisa mendengar suara dari arah dapur. Ia tahu itu pasti Mbak Marni, pembantu yang bekerja di rumahnya. Mbak marni sering kali ingin membantu Audy di saat-saat seperti ini, tapi Audy selalu melarangnya. Audy tak mau jika pembantunya itu harus kehilangan pekerjaannya.
Sudah banyak asisten rumah tangga di rumah itu yang mencoba untuk menolong Audy, bukannya menyelamatkan mereka malah dipecat oleh sang tuan, Adam.
Audy tak mau Mbak Marni bernasib sama seperti yang lain. Ia tau jika Mbak Marni sangat membutuhkan pekerjaan ini untuk menghidupi anak-anaknya."Tuan, mobilnya sudah siap." dia Pak Udin, supir yang bekerja di rumahnya sejak ia masih SD.
"Baik," Adam menyudahi kegiatannya. Kemudian pergi begitu saja, tidak peduli dengan Audy yang saat ini menangis menahan sakit. Demi apapun, Audy ingin berterima kasih pada Pak Udin saat ini juga.
Malam ini, Adam akan pergi ke Dubai untuk urusan pekerjaannya. Mungkin ia akan tinggal selama seminggu atau lebih. Yang jelas Audy sangat senang jika pria ini pergi ke luar negeri, karena kepulangannya hanya akan membuat Audy serasa di neraka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Brittleness
JugendliteraturTakdir seorang Audy Zevanca Bramantio. Gadis remaja yang hidup dengan sejuta luka dan derita. Dirawat dan dibesarkan dengan penuh kebencian oleh sang ayah. Merasa dialah penyebabnya. Penyebab dari semua masalah yang terjadi, termasuk kematian istrin...