Bagian Duabelas (ending)

29 3 1
                                    

Mobil pelaku berputar 180° karena ban kiri belakangnya berhasil Kaia tembak. Kaia membuka matanya dan langsung mendapatkan senyuman dari Daffa. Tak mempedulikan senyuman Daffa Kaia melempar pistol dengan kasar sehingga pistol jatuh ke bawah jok mobil. Kaia masih belum sepenuhnya sadar saat Daffa keluar dari mobilnya. Sebelumnya Daffa menghubungi rekannya guna meminta bantuan. Kaia yang melihat Daffa berlari menuju mobil sang pelaku langsung ikut keluar mengikuti Daffa.

Belum sempat Daffa mendapatkan sang pelaku, sang pelaku lebih dulu berlari menghindari kejaran Daffa. Mereka berkejaran di gang sempit di temani hujan deras. Di belakang Kaia pun terus mengikuti Daffa sambil memanggil namanya.

"Kak Daffa" panggil Kaia terus. Yang di panggil terus mengejar pelaku pembunuhan tanpa mempedulikan panggilan Kaia. Hingga ia kehilangan jejaknya di sebuah rumah kosong. Di belakangnya Kaia keluar dari gang sempit ingin menghampiri Daffa namun seseorang menyeretnya. Kaia menengok ke arah orang yang kini telah membekap mulutnya. Mata Kaia melotot saat tahu sang pembunuh psikopatlah yang membekap mulutnya.

"Apa yang kamu cari?" tanya sang pelaku pada Daffa. Daffa berbalik dan mendapati Kaia berada di dekapan pelaku. Di lehernya telah menempel pisau lipat yang Daffa yakini cukup tajam. Dalam dekapan sang pelaku Kaia memandang Daffa seakan meminta tolong lewat tatapan matanya.

"Lepaskan dia, dia tidak ada hubungannya dengan kasusmu" ucap Daffa masih tenang.

"Tidak ada yah? lalu siapa gadis yang lusa lalu berpapasan denganku di Jalan Melati, siapa juga gadis yang mencoba menggali informasi tentangku di kampung halamanku?" tanya pelaku memandang Kaia dengan sorotan mata tajamnya. Kaia tak mampu balik memandangnya karena takut. Bahkan ia tak bergerak sedikit pun takut pisau lipat di lehernya melukainya.

"Baiklah, lepaskan dia dan kamu boleh pergi, aku tak akan mengejarmu" tawar Daffa.

"Untuk apa? kamu bisa mengejarku kapan pun kamu mau, karena sekarang kamu sudah tahu identitasku karena gadis ini" ucap pelaku menolak tawaran Daffa.

"Tapi kamu tidak akan bisa menangkapku hahaha" lanjut pelaku sambil tertawa keras. Daffa memanfaatkan kesempatan itu dengan menendang kepala sang pelaku sehingga dekapannya terlepas dengan Kaia. Namun sayang pisau lipat itu berhasil menyayat leher Kaia tepat di urat nadinya. Darah segar yang berbau anyir langsung tercium di indra penciuman Kaia.

Kaia memegangi lehernya yang terluka. Ia syok melihat darah di tangannya. Semakin lama tubuhnya semakin melemah karena terlalu banyak darah yang keluar dari sayatan pisau sang pelaku pembunuhan. Tak lama Kaia ambruk tanpa Daffa sadari. Daffa tengah memukul membabi buta sang pelaku. Ia baru melihat keadaan
Kaia saat sang pelaku telah tak sadarkan diri.

"Kaia" panggilnya cepat lalu segera menghampiri tubuh Kaia di tanah. Ia mengangkat kepala Kaia ke panggkuannya. Kaia yang masih memiliki sedikit kesadaran mengelus lemah pipi kanan Daffa. Seketika pipi Daffa dipenuhi darah segar Kaia yang berasal dari tangan kecil Kaia. Daffa tak mampu menahan isaknya. Air matanya bercampur dengan air hujan yang menetes tanpa henti.

"Kak Daffa tolong jangan pernah lagi membenci hujan, hujan adalah berkah kak, hujan juga bisa menjadi sahabat kita di saat kita tengah sendiri, karena hujan pula akhirnya kak Daffa bisa menangkap pembunuh psikopat itu" ucap Kaia terbata-bata. Daffa menggeleng keras tak setuju akan ucapan Kaia.

"Tidak Kai, hujan kembali merenggut seseorang yang aku sa_" ucapan Daffa terpotong karena tangan Kaia jatuh lemas. Kaia telah menghembuskan nafas terakhirnya di pangkuan seseorang yang ia sayangi dan di bawah guyuran hujan yang ia sukai.

"Kaia" panggil Daffa menepuk pelan pipi Kaia. Namun Kaia tak merespon apa pun. Daffa menangis histeris. Tak lupa ia terus mencoba membangunkan Kaia dengan terus memanggil nama Kaia tanpa henti dengan teriakan memilukan yang Daffa miliki.

"Kali ini hujan pun kembali merenggrut seseorang yang aku sayangi dan cintai, Kaia Luvena Maysun" ucap Daffa setelah lelah berteriak menyesali kepergian Kaia.

TAMAT

Maaf ya kalo endingnya mengecewakan🙏🙏
Pesan aku sih jangan menyiayiakan seseorang yang menyayangi kita dengan segala kekurangan yang kita miliki. 
Ketemu lagi di cerita aku selanjutnya yah😘

Salam dari penulis amatir
Indria

Sahabat Hujan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang