BAB 7 : Si Perampok Tampan

41 8 0
                                    

Setelah perdebatan kecil dengan majikannya mengenai uang belanja dan ongkos pulang, Anne tidak langsung pulang ke rumah. Dia menyuruh sopir taxi untuk berhenti di toko terdekat, dia tahu bahan-bahan makanan di rumah sudah menipis dan hanya tersisa satu pack roti tawar serta sejergen susu sapi. Setidaknya dia tidak menggunakan uang belanja itu di jalan yang buruk. Lagipula, apa yang akan dia beli dengan uang lima lembar? Oh baiklah, mungkin beberapa pencuci muka murah dan sabun batangan.

Jadi, dia sudah merinci semua. Dia tidak akan menggunakan taxi saat pulang, lebih baik bus untuk menghemat agar dia bisa mengambil sisanya nanti.

Anne tersenyum licik.

Diapun membuat daftar belanjaan di kepalanya dan bergegas memasuki toko. Tokonya cukup ramai dan Anne berusaha mendapatkan barang-barang yang diperlukan secepat mungkin serta membayarnya dengan beberapa helai uang yang dia bawa.

Ketika tiba di rumah, sebuah BMW hitam terparkir di dalam halaman. Anne tidak yakin itu mobil Chris, masalahnya Chris tidak mempunyai mobil semahal ini. Jantung Anne berdetak kencang, perasaan takut dan penasaran menyelimutinya. Dia meninggalkan pagar dan rumah dalam keadaan terkunci, tidak ada yang memiliki kunci cadangan selain orang rumah dan Chris sudah mempercayainya dengan itu walau belum cukup seminggu dia bekerja sebagai pengasuh anak di rumah keluarga Hook.

Chris orang yang cukup bijak, menurut Anne. Tapi itu tidak menghapus kebenciannya pada duda lima anak tersebut, camkan itu! Anne membencinya karena pria itu mencoba mendekati kakaknya yang cantik nan baik hati dan Anne membencinya karena pria itu selalu berbicara seakan-akan Anne anak kecil idiot yang harus diajari perlahan-lahan.

Lupakan soal si duda lima anak, pikiran Anne masih berpacu pada misteri terbukanya pagar dan pintu rumah dan meraih tongkat bisbol yang sengaja Charles simpan di samping tembok. Dia melangkah pelan-pelan ke dalam rumah, dan sekarang dia yang terlihat seperti pencuri kecil.

Apa yang akan menunggunya di dalam sana?

Apakah itu perampok? Tidak, perampok tidak memiliki mobil mewah, menurut filosopinya.

Atau bisa saja psychopath gila yang mencoba menculik gadis muda untuk dijadikan bahan siksaannya. Tidak! Tidak! Tidak!

Pintu terbuka lebar, sepasang sepatu hitam berkilap tersimpan rapi di sudut pintu.

"Perampok yang penuh sopan santun. Jika aku yang jadi perampoknya, persetan dengan sopan santun." gumam Anne.

Kakinya mengendap-endap perlahan, suara kerincing gelas dan ketel yang menguap terdengar di telinga Anne. Baik, mungkin perampoknya sedang ingin minum teh atau menyiapkan air panas untuk disiram pada dia! Dengan gerakan super cepat yang Anne yakini bisa memenangkan lomba lari jarak pendek, diangkatnya pemukul bisbol tersebut sambil berteriak.

Dia harus memusnahkan perampok ini sebelum dia yang dimusnahkan duluan dengan cara—cara keji seperti di film-film.

"Hei!! Berhenti sekarang juga! Apa yang kau lakukan?!" geram pria itu sambil menutupi kepalanya dan bagian-bagian tubuhnya yang hendak diserang Anne.

Anne tidak peduli, apapun itu untuk mempertahankan rumah ini. Jika dia mati atau harta benda rumah majikannya di curi, maka dia tidak akan mendapat gaji.

Pria itu berhasil merebut tongkat bisbolnya, satu-satunya pertahanan diri yang dipunya Anne. Dia bisa karate, tapi pria ini sepertinya bisa melakukan hal-hal untuk menghindari Anne. Lalu, dia menyambar sebuah vas bunga dan berbalik lagi untuk menghadapi si perampok dengan percaya diri. Seorang pria tinggi, kuat, berbaju hitam, dan tampan namun tampak familiar.

SPRINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang