BAB 6 : Dolores, Bukan Anne.

39 7 0
                                    

Untuk sesaat Chris berpikir bagaimana cara menghilangkan kebiasaan mulut pedas pengasuh baru anak-anaknya. Terutama jika menyangkut aksen Australia-nya, Anne tidak akan bisa tahan untuk tidak mengganggunya jika dia mulai berbicara. Chris sadar aksen Australia masih melekat di dirinya, walaupun anak-anaknya tidak mengikuti aksen itu dan dia cukup bersyukur.

Mengingat Australia, dia kembali bernostalgia dan merindukan padang rumput yang ada di rumahnya, dia merindukan orang tuanya dan keluarga besarnya. Mungkin Emily benar, mereka harus sekali-kali berlibur ke sana nanti.

Jam istirahat siang sudah berlalu lima menit lalu, Chris mau tidak mau harus mencari Anne dan menuntaskan janjinya, dia tidak pernah ingkar janji dan ia pula menerapkan hal itu pada anak-anaknya. Dia ragu Anne sudah pulang, mengingat kata-kata terakhirnya mengenai ongkos pulang. Anne pasti masih berkeliaran di kantor dan membuat masalah baru. Namun, saat dia sampai di kantin dan hendak mengisi perutnya, seorang pelayan pria datang menghampirinya dengan terburu-buru seakan-akan dia sedang berutang.

"Mr. Hook!" panggil pelayan itu.

Chris menoleh dari piringnya. "Yah?" Sebelum berbicara, pelayan pria itu menunjukan sebuah foto dan kartu tanda pengenal seseorang padanya dan dia tahu siapa yang berada di dalam foto tersebut. "Apa yang dilakukan gadis ini?"

"Anda mengenalnya, kan?" tanya pelayan memastikan.

Chris mengangguk sambil memeriksa kartu tersebut dan berani bersumpah pelayan itu menghambuskan napas leganya.

"Dia bilang namanya Anne Clarke, ini tagihan makanannya dan dia menyuruhku untuk menagih pada Anda, Mr. Hook." kata pelayan itu sambil menyerahkan tagihan makanan tersebut pada Chris.

Sudah Chris duga.

Annastasia Clarke, kenapa dia di panggil Anne? Mungkin hanya nama panggilan, sama seperti Adreanna yang sering dipanggil Anna. Mereka berdua hampir memiliki nama panggilan yang sama.

Setelah pelayan itu menyebutkan jumlah nominal yang harus Chris bayar, Chris mengeluarkan beberapa uang kertas dan menyerahkannya pada si pelayan. Dia sudah tidak peduli apa yang Anne lakukan di luar sana, gadis itu sudah berani menguras dompetnya dan sekarang berkeliaran seperti anak ayam yang tersesat. Seharusnya tadi dia tidak membiarkannya keluar dari ruangan dan memesan makanan besar-besaran, seharusnya tidak.

Chris kembali menikmati makanannya dan rekan-rekan kerja yang lain ikut bergabung termasuk sahabatnya, Rickon Beale.

"Bagaimana dengan tempat pengasuh anak yang ku rekomendasikan? Bagus, bukan?" tanya Rickon saat mereka sama-sama menyantap makanan enak di depannya.

"Lumayan." jawab Chris seadanya.

"Kenapa lumayan? Istriku bahkan mengatakan jasa mereka sungguh membantu."

"Jika untuk anak-anakku yah itu sangat membantu, masalahnya pengasuh baruku yang satu ini sangat-sangat cerewet, kekanak-kanakan....dan sering menghina aksen Australia-ku."

Untuk sesaat Rickon tertawa terbahak-bahak. "Apa kau sedang mencari calon istri?"

"Bukan itu maksudku, jika aku ingin mencari calon istri, aku akan mendekati kakaknya. Kami sudah pernah bertemu sebelumnya dan dia yang menyarankan anak-anak perempuanku untuk belajar bela diri."

"Maksudmu gadis yang kau ceritakan setelah pulang dari Bristol itu?" ujar Rickon terkejut.

Chris meraih seteguk penuh air mineral di sampingnya. "Yah, betapa kebetulannya."

SPRINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang