Dua

2.4K 92 2
                                    

Leona pov

Setelah menidurkan Gibran, aku kembali kemarku. Mendudukan tubuhku di ranjang yang selama ini aku tiduri. Apakah keputusanku sudah tepat untuk pulang ke indonesia ? Tanganku menggengam erat kalung yang kupakai. Barang terakhir pemberian orang yang begitu aku cintai. Dalam bandul kalung ini ada fotoku dan dia 7 tahun yang lalu.
Tak bisa kupungkiri aku begitu merindukannya dan merindukan indonesia. 7 tahun di Inggris bukanlah hal yang mudah untukku, apalagi masa masa saat aku mengandung Gibran. Terpaksa aku harus mengundur kuliahku pada tahun berikutnya. Tapi tak bisa ku ingkari aku begitu bahagia memiliki Gibran. Wajah dan sifatnya sama persis dengan ayahnya. Meski sampai sekarang aku belum memberitahu Gibran siapa Ayahnya.

Tak jarang Gibran menanyakan tentang keberadaan ayahnya, dan saat itulah hatiku seakan koyak. Aku belum bisa menjelaskan siapa sebenarnya Ayahnya. Hanya maaf yang bisa kukatakan pada Gibran atau terkadang aku langsung mengalihkan pembicaraan ke hal hal yang lain. Sungguh aku belum siap.

Leona pov end

Bandara soekarno hatta, jakarta
13 november 2019

"Perhatian semuanya, sebentar lagi pesawat akan mendarat"

Terdengar pemberitahuan dari awak pesawat bahwa sebentar lagi pesawat yang Leona naiki akan mendarat. 8 jam duduk dipesawat bukanlah hal yang ia maupun gibran sukai. Sedari tadi gibran sudah rewel dipangkuannya.

"Mom apa orang - orang Disini mengerti bahasaku sekarang ? Atau kita bicara dengan bahasa inggris ?"

"Kamu bisa gunakan bahasa kita sehari - hari dirumah boy, itu bahasa dinegara ini sayang"

"Benarkah,? Baiklah kalau begitu" Bagaimanapun juga Leona menerapkan penggunaan bahasa indonesia setiap hari harinya pada Gibran. Ia hanya menyuruh Gibran menggunakan bahasa inggris jika bersosialisasi di luar rumahnya dulu selama di inggris.

Setelah mendarat, Leona dan Gibran menunggu Dara yang akan menjemput mereka. Dara bilang dia masih terjebak macet.
Gibran mengalihkan pandangannya dari game di hp nya menjadi fokus memandangi momy nya yg terlihat gelisah
"Kenapa momy gelisah terus ?" Tanya Gibran 

"Entahlah Gib, perut momy nggak enak rasanya, momy butuh ke toilet tapi aunty belum juga datang. Mom tidak mungkin  meninggalkan kamu sendirian boy"

"Mom Gibran sudah besar. Mom ke toiletlah. Gibran tidak akan kemana mana. Gibran tidak akan nakal. Sungguh ?"

"Mommy fine. Okey !"

"Mom, gibran tidak tega melihat momi gelisah terus seperti itu. Momy tidak cantik loh kalau begitu"

"Oh boy, kamu berjanji akan terus disini sampai momy kembali ? "
"Of course mom"
" Baiklah jangan kemana-mana. Jika ada sesuatu atau kamu ketakutan cepat telefon momy okey ?"

"Ayay captain"
"Good  boy! Momy sayang kamu gib"
Leona mengecup kening putra nya lalu bergegas ke toilet. Ia sudah tidak tahan ingin muntah. Ia sungguh mual sekali.

_________
Gibran pov

"Good boy! Momy sayang kamu gib" Momy mengecup keningku. aku hanya mengangguk ketika momy lekas beranjak pergi.

Momy adalah satu satunya yang kumiliki. Aku sangat menyayanginya. Aku tidak tega melihat momi yang kesakitan seperti tadi. Aku menengok ke kanan dan kiri. Orang-orang berlalu lalang melewatiku. Akupun kembali bermain game di ponselku yang dibelikan momy bulan lalu.

Sampai aku merasakan ada seorang om-om yang duduk disebelahku
Kurasa dia seumuran momy, dia tampan. Tapi masih tampan aku pastinya.

"Hey boy. Kenapa memandangku seperti itu ?" Tanya om - om itu padaku

"Uncle tampan. Tapi masih tampan aku"
Kulihat om itu terkejut dengan jawabanku. Aku tak peduli

"Wow wow wow, uncle suka jawabanmu boy, dimana orang tuamu ?"

"Toilet"

"Siapa namamu ?"
"Gibran"
"Usiamu ?"
"6 tahun"
"Kamu terlalu dewasa untuk usiamu boy"
"Aku jenius uncle"

"Percaya dari sekali, nama uncle dastim, mau berkenalan ?" Aku memandang aneh om ini. Dia sudah bertanya namaku dan menyebutkan namanya bukankah itu sudah kenalan  ? Kenapa sekarang dia mengulurkan tanganya ?

"Kamu tidak ingin menjabat tangan uncle ?"

Akupun menjabat tangan om dastim. Tak sengaja mataku melihat kalung yang menggantung dilehernya. Kalung itu mirip milik momy.

"Kalungnya bagus"

Om dastim reflek memegangi kalungnya

"Tidak hanya bagus, kalung ini sangat berarti boy" Seakan teringat sesuatu om dastim dengan cepat bangun dari duduknya

"Oh maafkan uncle gibran. Uncle harus bekerja. Tetap disini sampai orang tuamu kembali ok?"

"Tentu"

"Good boy! Sampai ketemu lagi"

"Ok uncle tampan"

Om dastim mengusap kepalaku sayang lalu bergegas pergi. Dia kelihatannya orang baik.

"Ada yang menarik sayang ?"
Aku melihat momy sudah duduk disampingku lagi

"Nothink mom. "

"Baiklah kita akan keparkiran. Aunty ara sudah menunggu kita"

Gibran pov end

-PARKIRAN
__________

"Leona gue kangenn!!" Teriak gadis yang bernama Dara sambil berlari memeluk leona. Sungguh mereka terlihat seperti teletabis saat berpelukan

"Aku bisa kehabisan nafas dar jika kau terus memelukku"

"Oh okey sorry, astaga Gibran kamu !!!"

"Aunty seperti tidak merindukanku" Ucap gibran. Dia ngambek.

"Oh bukan begitu sayang, aunty sangat merindukanmu. Aunty hanya terkejut kamu juga ikut kemari"

"Memang nya tidak boleh ?"

"Sudah lah dara, aku dan gibran lelah. We must go home now." Potong Leona . Ia sedang tidak ingin melihat pertengakaran putra dan sahabatnya itu.

"Okey sorry again. we are go home now"

Selama perjalanan Gibran tidur dipangkuan Leona, sedangkan Dara ia fokus menyetir mobil sambil sesekali melirik ke arah Leona yang entah dimana fikirannya sekarang

"Na.."
"Ona"
"Leona May Lin"
"Ah ..kau membuatku kaget dar"
"Salah sendiri lo ngelamun."
"Kenapa?"
"Kenapa lo bawa Gibran ? Lo harusnya tau resikonya kalau lo bawa dia ke indonesia"
"Aku udan mikirin ini mateng- mateng dar, mau sampai kapan aku harus nyembunyiin semua ini dari kalian ? "
"Ya emang tapi apa lo udah siap? Gimana dengan Gibran ?"
"Aku yakin, aku sama gibran bisa lewatin ini semua, semoga." Ucap Leona lesu

Dara hanya bisa memandang kasihan sahabatnya itu. Dia tidak tahu bagimana takdir begitu tega mempermainkan cinta sahabatnya.
"Gue salalu ada di pihak lo kalo lo pengen tahu"
"I know dar, thanks"
"Sekarang kita kemana ? Ke rumah gue atau ke cafe lo ?"

"Kita ke cafe aja"

"Ok"

Dara pun kembali fokus pada jalanan. Ia mengendarai mobilnya dengan lihai. Tak sampai satu jam, akhirnya mereka sampai di cafe milik Leona. Cafe yang ia titipkan pada sahabatnya, sedangkan ia pergi keluar  negeri.

"Ting" Lonceng di pintu masuk berbunyi mendakan ada orang yang masuk atau keluar dari cafe itu

"Selamat datang di garage food"...

You and My SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang