Rumah Tiada Akhir - 5

1.3K 22 0
                                        

David terhuyung-huyung ke mobilnya dalam keadaan linglung. Ingatan beberapa jam terakhir tampak kabur. Bayangan itu melintas di benaknya dengan samar, perlahan mengingatkan kembali akan neraka yang sekarang dia tinggalkan. Dia mengambil ponsel di sakunya dan hendak menelepon 911. Mustahil baginya untuk menjelaskan semua yang terjadi, tetapi untuk beberapa alasan dia ingin menelepon--mungkin mereka bisa datang dan memastikan bahwa itu tidak lebih dari rumah biasa. Mereka bisa membuat pikirannya tenang dan dia bisa pulang, hidup normal dengan--

Kemudian dia teringat. Tanah berhamburan ketika David berlari ke rumah itu.

Maggie.

Maggie ada di sana. Ketika dia berlari, dia membalik ponselnya - melihat pesan lama yang telah dia kirim. Namun pesan itu kosong. Tulisan yang terbaca hanya, untuk Maggie, dari Maggie. David mencapai pintu dan mencoba memutar gagang pintu, tetapi pintu tidak terbuka. Dia menggedor pintu dengan kedua tangan, meneriaki nama Maggie. Tidak ada yang terjadi. Kepalan tangan memerah dengan rasa panas, dan David berlutut, kepalan tangannya turun dari pintu. Setelah beberapa saat, David merasakan rasa perih di mata. Dia meninggalkannya di sana. Wanita yang dicintai masuk ke sana dengan nekat hanya untuk menyelamatkannya, dan menggantikannya. Dia harus menemukan cara untuk masuk. Pasti ada cara lain. David berdiri dengan semangat baru, tetapi sebelum dia sempat bergerak, dia merasakan ponselnya bergetar. Dia melihat ada satu pesan masuk, dan melihat nama yang membuatnya merasa lega.

Pesan itu dari Peter Terry. Mungkin dia bisa membantu.


Hei, Dave. Kau baik-baik saja? Aku belum mendengar kabarmu belakangan ini.

Peter, ya tuhan, dimana kau?

Aku di dalam Rumah ini. Aku masuk untuk mencarimu, bro. Aku kan sudah bilang padamu untuk tidak pergi ke NoEnd House.

Terserah sekarang sudah terjadi, tetapi peter aku harus masuk kembali ke dalam,  apa kau tahu bagaimana caranya?

Lihatlah ke sekelilingmu - ada pohon ek di samping rumah ini dengan pintu kolong di bawahnya. Pergilah ke sana, itu adalah pintu masuk khusus.

Apa?, kenapa tempat aneh seperti ini punya pintu masuk khusus

Yang penting kau harus pergi ke pohon itu, bro. Aku sedang mencoba untuk membantu.

David tidak punya banyak waktu untuk bertanya. Dia berlari menuruni serambi, melompati pagar dan mendarat di tanah. Dia bisa melihat pohon itu berada tak jauh - pohon itu sangat besar sehingga perkiraan kedalamannya sulit untuk dibayangkan. Dan bahkan apakah pohon itu sudah ada di sana sebelumnya? Yah, pikirannya tadi mungkin belum fokus, dan dia tidak memerhatikan pohon itu, tetapi pohon yang satu ini - sangat besar. Dia berlari ke samping rumah dan sampai di depan pohon itu - ada sebuah pintu kayu kecil di bawahnya, seperti salah satu pintu di rumah lamanya yang digunakan untuk memasuki ruang bawah tanah. David melihat ke belakang, dan dia bahkan tidak tahu kenapa. Dia hanya menganggap itu sebagai perasaan tak jelas. Setelah menghela napas, David menarik pegangan pintu. Engsel berkarat berderit dengan suara yang mengganggu, tetapi kemudian, apa yang dia lihat adalah kegelapan pekat. Perlahan David menuruni tangga.

Ya Tuhan, di bawah sangat gelap. Dengan segera David mencium bau yang mengganggu. Bau seperti rambut terbakar yang dilumuri kotoran dan jamur. Dia meludah - merasa terganggu dengan bau busuk itu. David mengeluarkan ponsel dan meningkatkan kecerahan cahaya. Dengan cahaya redup, David melihat sesuatu yang aneh. Dia tidak berpikir bahwa dia sedang berada di terowongan bawah tanah, agar tidak bingung, dia berasumsi bahwa dinding pasti dilapisi tanah, lumpur, atau semacamnya. Dia tidak tahu dinding apa itu sebenarnya, tetapi sepertinya bukan buatan manusia, atau bisa jadi memang dindingnya dilapisi tanah. Dia semakin penasaran, dan mengulurkan ponsel ke salah satu sisi dinding. Dia mendekat, dengan ponsel hampir menyentuh dinding. Mata David melebar. Tidak. Dengan tangan yang satunya lagi, David menyentuh dinding. Terasa cukup padat. Dia teringat dengan bau itu, dan dia sekarang tahu. Itu adalah daging. Dinding terowongan dilapisi kulit yang terbakar. David menjauhkan ponselnya beberapa inci dan mengikuti cahaya ponsel. Dia melihat ada kulit yang berbeda dijahit dengan tali metalik, hampir seperti kawat tembaga. Salah satu bagian dinding membuat perutnya mual. Itu adalah wajah. Wajah manusia, dengan mata dan mulut yang dijahit tertutup. Tanpa hidung yang seolah-oleh telah dicabut, dan lubang dari pencabutan hidung juga dijahit. Mungkin itu yang menjadi sumber bau, tetapi David sudah tidak tahan. Dia berpaling dan muntah.

Terowongan yang sangat panjang. Padahal ini hanya berlangsung selama beberapa menit, tetapi seolah-olah berlangsung selama berjam-jam. Dia harus masuk dan menyelamatkan Maggie. Tidak ada hal lain yang penting baginya. Peter adalah temannya, tetapi jika Peter ada di sana, Maggie yang pertama akan dia selamatkan. David juga tak akan segan-segan membiarkan Peter membusuk di sana. Kemudian, David teringat bahwa Peter yang memberi tahu jalan ini. Perdebatan mental David terhenti setelah sesuatu dari belakang menyentuhnya. Dia berbalik dan tidak melihat apa pun. Kebingungan, David mengangkat ponselnya dan mengulurkan tangan ke kegelapan. Tidak ada. Tidak ada apa pun, kecuali dinding. Dinding itu tidak ada pada dua menit yang lalu, busuk dan dilapisi daging. David berteriak dan melayangkan pukulan ke dinding di hadapannya, dinding tampak sedikit kesakitan. Lorong menyusut dan menjebaknya. Membentur David. Dia sedang berada di terowongan khusus, tetapi seolah-olah berada di dalam rumah itu. Ya, dia sedang berada di dalam rumah itu. Tidak ada jalan untuk pulang, rumah itu menyedotnya dan menikmati pemandangan seorang David yang kebingungan.

Tentu saja, David merasa terganggu. Dia terjebak di sana, di terowongan neraka. Dia telah mengetahui apa yang bisa dilakukan oleh tempat ini - atau begitulah setidaknya. Sekarang, ketika David berjalan, dia bisa mendengar terowongan menyusut dari belakang. Suara penggilingan daging membuatnya merasa tidak nyaman lagi, tetapi dia hanya merespon dengan mempercepat langkah. Beberapa saat kemudian, dia berhenti melangkah karena mendengar sesuatu. Terdengar suara seorang gadis - dan bukan suara Maggie.

"Kenapa kau kembali? Kenapa kau kembali?"

David hanya berdiri mematung. Seolah-olah suara datang dari segala arah.

"Kenapa kau kembali? KENAPA?"

Teriakan itu semakin dekat dan David bersandar di dinding belakang. Segera setelah itu dia mendengar langkah seseorang yang berlari ke arahnya. Dan kemudian dia melihatnya. Seorang gadis, usianya tidak lebih dari tiga belas tahun, dia berlari ke arahnya sambil berteriak bertanya. David hanya berdiri mematung. Gadis itu berlari ke arahnya dan mulai memukul dadanya, awalnya keras, tetapi semakin melemah - seperti gadis manja yang memukul lantai ketika tidak mendapatkan apa yang diinginkan.

"Kenapa, David... kenapa kau kembali...?"

Gadis itu berlutut di hadapannya, dengan satu pukulan terakhir ke kaki David. David hanya berdiri mematung dengan terkejut, tangannya sedikit terangkat dan tegang. Ketakutannya mulai mereda. Gadis itu tidak berbahaya, dan tidak tampak seperti hantu atau apa pun.

"Hei," David mulai berbicara, "kau baik-baik saja? Siapa kau?" Gadis itu terkejut dengan apa yang dikatakan David. Perlahan dia mengangkat kepala. Hati David seolah-olah tenggelam ketika melihat wajahnya. Tidak ada mata di wajah gadis itu. Hanya Kegelapan yang pekat. Dan ketika dia berbicara, dia bisa melihat bagian dalam mulutnya. Tidak ada lidah dan gigi, hanya kehampaan.

"Kau pasti datang untuk menyelamatkan kami... bukankah begitu?"

NosleepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang