06

104 37 8
                                    

"gue suka fotografi, makanya seneng jalan-jalan buat hunting foto," ucapnya setelah kami turun dari bus.

oh.

pantas dia bilang mau menemaniku pergi ke mana saja.

aku menengadahkan kepala dan memperhatikan big ben di hadapan kami. jadi ini icon kota london? ternyata jauh lebih indah dibandingkan foto dan gambar yang biasa kulihat.

"lo gamau foto-foto? biasanya kalau orang dateng kesini pasti langsung sibuk foto semua sisi. atas, bawah, kanan, kiri."

"buat apa? bagusan aslinya kok daripada di foto."

"ya.. untuk kenang-kenangan?"

aku menggeleng, lalu berbalik untuk menikmati pemandangan dan menyimpannya dengan rapi di dalam ingatanku.

dia mengulurkan tangannya, "sini hp."

"mau ngapain?"

"fotoin lo."

"gue ga suka di foto."

"ga akan nyesel?" tanyanya sambil memasang ekspresi ragu.

"enggak."

selama beberapa menit, aku sibuk dengan indra penglihatanku dan lingkungan sekitar, sementara laki-laki itu entah melakukan apa. aku tidak peduli.

tiba-tiba dia berdiri di sampingku, "lo emang biasanya sediem ini?"

"hah?"

"padahal gue bukan tipe orang yang suka ngomong, tapi sama lo gue jadi kelihatan talkative saking sunyi nya lo."

aku mengedikkan bahu, "gue ngomong kalau emang ada yang mau diomongin."

"lo bener-bener no jaem."

"yes i am."

sepertinya dia lelah berbicara denganku karena yang ia lakukan selanjutnya adalah pergi menjauh dan fokus kepada kameranya.

tak lama berselang, dia kembali menghampiriku, "mau ke sana ga? london eye."

"mau."

"lo punya uang kan?"

"maksudnya?"

"lo ada uang buat naik itu?"

"ada lah! lo kiraㅡ"

"gue cuma nanya, siapa tau lo misuh-misuh nanti pas liat harganya. lagian ini weekend, lebih mahal."

aku berjalan mendahuluinya, "gue ga akan kesini kalau ga punya banyak uang!"



















"gue nunggu di luar ya," ujarnya saat kami sampai di tempat pembelian tiket.

"ga masuk?"

"enggak. sayang uang, lagian gue udah pernah naik. ga apa-apa kan sendirian?"

aku mengangguk. karena aku sering pergi kemana-mana sendiri, begini saja tidak masalah.

dia melihat jam yang melingkar di tangannya, "antrean untuk naik mungkin paling lama sekitar 30 menit. gue tunggu disini, kalau dalam waktu satu setengah jam lo ga balik, gue tinggal."

"serius lo mau nunggu?"

"terus lo maunya gue tinggalin? tau gimana cara pulang ke penginapan?"

"yaudah tungguin disini," ucapku kemudian berlari meninggalkannya.

setelah menunggu cukup lama, akhirnya aku berkesampatan untuk naik ke dalam kapsul london eye. aku sangat suka tempat tinggi, sehingga aku tidak bisa menyembunyikan rasa antusiasku.

kurang dari satu setengah jam, aku kembali ke tempat dimana dia menungguku.

"sumpah bagus banget!!" seruku riang.

dia ikut tersenyum karena melihatku yang begitu senang, "nah gitu dong, senyum. jangan cemberut terus."

seketika ekspresi bahagiaku menghilang, "siapa yang cemberut mulu?!"

"bukan siapa-siapa," dia buru-buru mengalihkan topik, "abis ini mau kemana?"

sepertinya mengarungi sungai thames dengan kapal adalah ide yang sangat bagus, "pengen naik kapal."

"kapal?"

"iya.." namun aku terdiam sejenak, "ga jadi deh."

"lah kenapa?"

"ke tempat lain aja. apa tuh yang sebelumnya lo bilang? tower bridge?"

"ga jadi naik kapal?"

aku menggeleng, "kapan-kapan aja."

forget and forgotten | im jaebeomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang