Chapter 7| Anggota PBB (1)

61 16 22
                                    

.

.

Ini hidupku, ini duniaku. Sampai kapanpun kau tak akan pernah mengerti apa yang aku mau dan apa yang aku rasakan.

.

.

Dyra berlarian di sepanjang lorong yang terlihat ramai, beberapa kali ia menabrak orang yang sedang berlalu-lalang. Tapi Dyra tak menghiraukannya, ada hal yang lebih penting dari semua itu.

Saat Dyra tiba di lapangan utama, matanya menangkap segerombolan siswa-siswi yang tengah berbaris rapi dengan mengenakan baju olahraga. Didepan mereka, seorang lelaki dengan topi putih sedang mengatur barisan. Tiba-tiba ada rasa takut yang menggerogoti gadis itu, ia tak mungkin pergi kesana dan meminta maaf atas keterlambatannya.

"Cari mati itu namanya," batin Dyra.

Saat Dyra hendak berbalik, sebuah tangan mencengkram bahunya keras hingga membuat ia meringis. Orang itu memutar tubuh Dyra hingga mereka saling berhadapan dan mata mereka saling bertatapan. Rasanya jantung Dyra seakan berdetak lebih cepat, tatapan orang itu sungguh membuat Dyra tak bisa berpaling.

"Mau kemana lo, kabur?" suara itu membuat Dyra tersadar dan segera mengalihkan pandangannya dari Fero.

"Enggak kok kak, aku cuma..."

"Cuma apa?" potong Fero cepat.

Dyra terdiam, ia bingung harus mencari alasan yang harus di katakannya pada Fero. Sedangkan Fero hanya bisa tersenyum meremehkan, ia tahu betul gadis seperti Dyra tidak bisa berbohong. Dengan sekali hentakan , Fero menarik lengan Dyra mendekati lapangan utama dimana semua orang berbaris.

"Mana baju olahraga lo? Niat gak latihan?" Sebuah suara terdengar tak ramah, membuat Dyra terdiam.

Seorang cewek dengan pakaian olahraga yang terbilang 'ketat' datang menghampiri Fero, matanya menatap tak suka pada Dyra. Ya Dyra mengenal cewek itu, cewek dengan paras cantik dan tinggi semampai itu adalah Kyra Queensha, kakak kelasnya yang dikenal dekat dengan Fero dan Elang.

Queen menatap Dyra, memperhatikan gadis itu dari atas kepala hingga ujung kaki seakan meniai penampilan Dyra. "Lo mau kemana pakaian kayak gitu hah? Mau jalan-jalan?"

Dyra melihat pakaian yang dikenakannya, dress selutut dengan sepatu snecress putih serta tas kecil yang mengantug di pundak kirinya. "Maaf kak, aku tadi habis eskul musik jadi gak tau kalau harus...."

"Udah-udah gak usah dijelasin, gue gak nanya juga," ketus Queen.

Dyra terdiam, tak ada lagi niatan untuk menjawab omongan Queen karena pasti ia yang akan disalahkan setelahnya.

"Oke, karena ini hari pertama lo masuk eskul, gue mentoleransi keterlambatan dan kelalain lo. Tapi, jika hal yang sama terulang kembali gue gak bakalan segan-segan untuk menghukum lo seberat mungkin." Dyra hanya mengangguk mendengar nasehat Queen atau yang lebih terdengar mengitimidasi itu.

"Iya maaf kak, dan terima kasih."

Dyra melangkahkan kakinya menuju salah satu kursi dipinggir lapangan, ia meletakkan tasnya disana dan setelah itu bergabung kedalam barisan. Ini adalah hal baru bagi Dyra, ia hanya berharap semua berjalan lancar.

-

Setelah dua jam mempelajari hal-hal dasar tentang PBB akhirnya semua orang dibubarkan, Dyra bergegas mengambil tasnya berniat untuk pulang karena memang hari sudah sore, tapi baru saja ia hendak berbalik seseorang berdiri begitu dekat dengannya hingga membuat gadis itu sedikit syok dan terduduk di kursi.

RELEASE ITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang