Chapter 5| Musik

74 33 51
                                    

.

.

Saat aku merindukannya akan kumainkan musik yang ia suka agar aku bisa merasakan hadirnya disisiku.

.

.


Sebuah suara mengalun merdu di ruang musik SMA harapan jaya, seorang gadis tengah serius memainkan alat musik yang ditempelkan diantara dagu dan leher kirinya. Jemari lentiknya dengan lihai memainkan sebuah benda panjang yang biasa disebut denga bow, ia menutup matanya berusaha untuk menghayati setiap permainan musiknya.

Beginilah keseharian Dyra saat pulang sekolah, ia akan mengunjungi ruang musik dan bermain biola disana. Tujuannya hanya satu, yaitu untuk mengobati kerinduannya pada sosok lelaki yang telah lama pergi, orang pertama yang mengajarkan apa artinya kesabaran, berusaha tak peduli kepada orang yang terus mencaci dan mengejeknya dan orang yang akan berdiri paling depan saat semua orang menyalahkannya.

Dyra mempercepat gerakan tangannya saat sebuah bayangan seseorang muncul dibenaknya, hingga membuat kerinduannya semakin menggebu. Walaupun Dyra tau itu hanyalah sebuah ilusi yang tak akan pernah menjadi nyata, buatnya itu sudah lebih dari cukup untuk mengembalikan senyumnya.

"Rindu," lirih Dyra.

"Lo rindu siapa?"

Suara itu mampu membuat Dyra terkena serangan jantung mendadak, ia sampai harus menghentikan permainan biolanya dan membuka mata. Di ambang pintu seorang cowok dengan almameter merah marun sedang berkacak pinggang, ia membawa sebuah tali yang berisikan banyak kunci.

Dyra mengalihkan pandangannya pada jam dinding di atas pintu, matanya terbelalak saat melihat jarum pendek sudah menunjuk angka 5. Dengan cepat Dyra memasukkan biolanya ke tas khusus dan berniat untuk pergi.

Saat hampir melewati cowok tersebut, langkah Dyra terhenti saat tangannya ditarik oleh cowok itu hingga membuat dirinya hampir terjungkal kebelakang kalau tidak menjaga kesimbangan. Gadis itu mengangkat alisnya bingung, aneh dengan sikap kakak kelasnya.

"Lo pulang bareng siapa?"

"Dijemput Bunda kak, udah dulu ya."

Dengan sekali hentakan Dyra melepaskan cekalan cowok tersebut dan berlari kencang berusaha untuk menghindar, ia tak mau ada masalah lagi nantinya jika terus berdekatan dengan orang yang notabanenya sahabat dekat Elang . Dyra baru berhenti berlari saat sudah sampai di gerbang, ia mencari-cari keberadaan mobil Bundanya.

Sayup-sayup terdengar derum motor dari parkiran, membuat Dyra itu sedikit 'kepo' ia menolehkan kepalanya kebelakang dan melihat sebuah motor sport hitam tengah melaju kearahnya. Dyra membuang pikirannya itu, mana mungkin ada orang yang mau berdekatan dengannya.

Tapi sebuah tangan yang mendarat dibahunya itu membuktikan bahwa perasaannya benar, ia membalikkan badan dan matanya bertemu dengan cowok yang ia temui di ruang musik. Cowok itu tersenyum, memperlihatkan lesung pipinya hingga membuat Dyra tersadar dan langsung memutuskan kontak matanya.

"Lo belum jawab satu pertanyaan gue, ada niat mau jawab gak?"

"Maaf kak Fero, itu privasi aku jadi...."

"Oke gue ngerti, sekarang lo mau gak kalau gue anterin pulang."

"Gak usah kak, aku bisa sendiri kok," tolak Dyra halus.

Fero menganggukkan kepalanya beberapa kali sambil mengaruk dagunya, seperti mempertimbangkan sesuatu. Beberapa menit kemudian ia membuka tas gendongnya dan mengambi sesuatu dari sana, sedangkan Dyra hanya memperhatikannya. Cowok itu mengeluarkan jaket bewarna abu-abu dan menyerahkannya pada Dyra.

"Buat apa kak?" tanya Dyra bingung, ia benar-benar tak mengerti apa yang akan dilakukan Fero.

"Lo harus tetap pulang sama gue, gak ada tapi-tapian," putus Fero sepihak.

Dyra hanya bisa melongo sambil memandangi jaket ditangannya, ia merasa tak enak jika harus merepotkan cowok yang tak dikenalnya itu. Selain itu ada sedikit rasa takut yang membelenggu dihatinya saat terus mengingat Elang dan Fero itu sahabat.

"Ayo naik." Fero menjulurkan tangannya kearah Dyra, membantu gadis itu naik ke motornya.

"Aku gak bisa pulang bareng kakak, nanti Bunda nyariin. Tapi aku hargai kebaikan kakak, maaf banget ya kak." Dyra mengembalikan jaket Fero dan pergi begitu saja melewati gerbang.

Sedangkan Fero hanya bisa memperhatikan kepergian gadis itu, ia sedikit kecewa Dyra tak mau pulang bersamanya. Tapi ia pun tak bisa memaksanya, karena Fero tau batasannya dengan Dyra yang bukan siapa-siapanya.

Fero mengedikkan bahunya acuh, ia memasukkan lagi jaketnya kedalam tas dan memacu motornya keluar gerbang. Sekilas ia melihat Dyra yang sedang duduk di halte bus sambil mendengarkan lagu melalui handphone yang tersalur melalui handset putih.

"Cewek aneh, diajak pulang bareng gak mau," gumam Fero.

ooOoo

Elang terbangun dari tidur nyenyaknya saat terdengar suara ketukan di pintu kamarnya, ia menggeliatkan badannya malas. Bukannya membukakan pintu, Elang justru memeluk guling dan tidur lagi. Tapi suara ketukan itu semakin kencang dan meganggu, membuat cowok itu menggeram kesal.

Elang berjalan menuju pintu sambil menenteng guling kesayangannya, ia memutar bola matanya saat melihat siapa orang yang meganggu tidurnya.

"Ngapain lo kesini, ganggu aja." Elang melemparkan gulingnya kesal pada orang tersebut.

"Kebo banget sih lo, gue ngetuk pintu sampai pegel baru lo buka. Gak kasihan apa sama sahabat lo yang ganteng ini," protes Fero.

"Bodo."

Fero duduk di kursi belajar Elang, ia memperhatikan cowok itu yang sedang bergelut dengan bantal. Dengan senyum jahil, Fero mengeluarkan handphonenya dan mengarahkan kameranya pada Elang. Dengan sekali jepret Fero sudah mendapatkan aib sahabatnya itu, ia menyimpan kembali benda pipih tersebut saat Elang bangun dan duduk diatas kasur.

"Ngapain lo kesini sih, ganggu banget tau gak," cercah Elang sambil sesekali menguap.

"Gue tadi ketemu Dyra,"

"Terus?" tanya Elang malas.

"Ya gue Cuma ngasih tau, biasa lo kan suka update tentang cewek itu."

"Gue? emang lo kira gue gak ada kerjaan apa."

Fero terkekeh melihat ekspresi Elang yang seperti orang jijik jika membahas tentang Dyra, entah kesalahan apa yang diperbuat gadis itu hingga membuat seorang Elang teramat membencinya. Saat Fero hendak beranjak dari kursinya, sebuah buku album bewarna biru terjatuh dari sebuah laci yang terbuka.

Saat Fero ingin mengambil buku tersebut, Elang suda terlebih dahulu mengambilnya dan menyembunyikannya dibelakang badan, membuat Fero mengerenyit bingung.

"Album apaan tuh, gue mau lihat dong," ucap Fero sambil mendekati Elang.

"Kepo banget sih lo, udah kayak dora tau gak," ketus Elang.

"Lo itu aneh banget, udah kayak maling jemuran ketangkap basah," Cercah Fero

"Udah lah gak usah dibahas, mending lo keluar dari kamar gue. Gue mau...."

"Mau apa?" potong Fero cepat.

"Udahlah pergi sana." Elang mendorong cowok itu keluar dari kamarnya dan langsung menguncinya. Hari ini ia bisa terbebas dari pertanyaan Fero yang tak mungkin bisa ia jawab, tapi entah besok bila pertanyaan itu kembali terlontar apakah ia bisa menjawabnya atau tidak.

ooOoo

Halo ketemu lagi
Kira-kira apa ya yang disembunyikan Elang dari Fero :)

Jangan lupa vomentnya
Tunggu kelanjutannya ya!!!

See you
Rahayurahani

RELEASE ITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang