Part #4 • Kutukan dan Kesepian

43 19 2
                                    

Aku terperanjat kaget setelah mendengar sebuah jawaban yang terlontar begitu saja tanpa kuketahui berasal dari mana.

Dengan was was aku menatap sekitar dan bertanya kembali.

"Apakah ubur ubur? Apa kalian yang menjawab ku?" Tanyaku lirih, namun tak ada respon dari mereka.

Kawanan ubur ubur hanya diam, mereka tidak menjawab.

Kemudian aku berteriak, bertanya apakah lautan yang menjawabku. Setelah beberapa saat suara itu muncul lagi.

"Bukan mereka berdua. Tapi aku" Suara misterius itu berasal dari dalam lautan. Suara yang begitu merdu dan bergema
seketika membuat air yang tenang kala itu mulai beriak dan memunculkan sesosok wanita tinggi besar dengan ekor ular raksasa dari dalam air yang membuatku tersentak kaget sambari langsung berlari tunggang langgang menuju bibir pantai.

Setelah dirasa cukup jauh aku memberanikan diri untuk melihat sosok didepanku.

Terlihat sosok wanita berbadan setengah ular dan berambut panjang tengah berdiri membelakangiku.

Rambutnya yang hitam legam terlihat bergeliat dan bergerak gerak layaknya mahluk hidup membuatku terkesan.

Ekor ularnya yang berwarna hijau berkilauan meliuk liuk memecah pantai. Aku dibuat takjub olehnya. Ekornya begitu panjang dan berkilau.

Tapi ia tetaplah monster yang mengerikan bagiku.

Sinar lembut sang rembulan dan angin malam mampu membuatku tenang.

Kukumpulkan keberanian diri untuk mendekatinya. Dan alangkah terkejutnya aku saat menemui puluhan ular kobra hitam yang menggeliat dikepalanya.

Mereka menatap dan mendesis buas kearahku, membuat nyaliku ciut dan membatalkan niatanku untuk mendekatinya.

Aku memilih diam ditempat.

Melihatnya sejenak membuatku langsung mengetahui mahluk apa yang ada didepanku kala itu.

Dia adalah Medusa.

Sang wanita siluman bermahkotakan kumpulan ular yang meliuk liuk dikepalanya.

Ia begitu berbahaya bagiku sebab ia dapat mengubah siapapun menjadi batu ketika melakukan kontak mata dengannya.

Baik sengaja maupun tidak. Dan aku tidak mau jadi batu hanya karena menatap matanya.

Jadi kuputuskan untuk duduk diam ditepian pantai sambil menutup setengah wajahku menggunakan buku.

Setelah sekian lama aku mengamatinya, suara bergemuruh dari perutku mulai terdengar.

Ya, rasa laparku kembali.

Namun aku masih sangat takut untuk beranjak dari tempatku dan memilih untuk menahannya.

Harus kuakui ia tidak merasa bosan berdiri disana, apakah ia tidak merasa capek? Lamunku.

Namun lamunanku buyar saat ia mulai angkat suara.

"Sudah kuduga, kau akan takut padaku" Ujarnya dengan nada sedih.

Suara bernada sedih memecah keheningan diantara kami berdua.

Aku melotot mendengar apa yang dia katakan, kini antara kasihan dan takut semakin bercampur aduk. Membuatku merasa terikat dan tak dapat pergi meninggalkan tempatku duduk.

"Aku kira dengan keberadaanmu aku tidak akan kesepian" sambungnya lagi dengan posisi masih membelakangiku.

Aku tau kenapa ia tidak mau menatapku. Karena jika ia melakukan kontak mata riwayatku akan berakhir menjadi patung hidup.

THE LEGEND OF DIAMONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang