Part #5 • Liontin

29 16 6
                                    

Sejak pertama kali aku menjejakkan kaki di pulau ini, entah ada apa namun keanehan dari pulau ini dengan cepat menjalar dan merasuk kedalam diriku.

Seperti sekarang, didalam hutan yang kujelajahi terdapat banyak spesies binatang yang aneh dan mengerikan. Mereka hidup dan berkembang biak disini, dan ini kali pertama aku melihat keberadaan mereka.

Kebanyakan dari mereka menghindariku dan memberiku jalan saat aku memasuki hutan.

Jadi hampir tak ada hambatan untuk cepat sampai di tengah hutan.

Namun kali ini ada yang menggangguku. Ia menghalangi jalan dan tak membiarkanku merasuk lebih jauh kedalam hutan belantara.

Mahluk itu berwujud jamur raksasa yang kali ini tengah menghadang jalanku.

Sudah berkali kali aku mencoba untuk menghindarinya. Namun ia dapat berpindah tempat dengan cara melompat.

Bentuk jamur itu sama seperti jamur jamur pada umumnya. Berwarna merah dengan bulatan bulatan putih di kepalanya.

Yang membuatnya berbeda hanyalah ia berukuran sangat besar dan bulatan putih dikepalanya menyerupai kristal.

Sangat aneh, ditambah tingginya yang hampir setinggi pohon pisang.

Sudah berbagai cara kulakukan untuk menghindarinya. Mulai dari mencari jalan lain, melemparinya dengan batu. Namun ia tetap diam disana.

Agak seram bagiku.

Tapi rasa lapar lebih menyeramkan dari itu. Tanpa pikir panjang akhirnya aku mengambil ancang-ancang dan menendang mahluk itu sekuat tenaga.

Diluar dugaan ternyata mahluk itu bertubuh keras. Kakiku langsung ngilu setelah menendangnya. Membuatku melompat lompat sambil memegangi kaki kiriku yang memerah.

"Gadis lugu kau diam!"

Seketika aku tercekat dan mematung sambil memegangi kaki kiriku.

Kutatap jamur itu dalam dalam. Tadi ia bersuara, dan suaranya begitu serak.

Mataku mulai berair, jantungku berdegup kencang saat mahluk didepanku bergerak, ia meliukkan badannya kemudian ia diam sesaat.

Tubuhku bergetar hebat. Baru kali ini sebuah jamur nampak lebih mengerikan dari hantu atau apapun yang pernah kulihat di televisi.

Apalagi saat ia menunjukkan kedua matanya secara tiba tiba padaku.

"AAAAA" Jeritku dengan keras namun ia malah memukulku dengan kepalanya yang begitu besar sambari membungkukkan badan dan melotot kearahku.

Kedua matanya yang begitu besar bersinar dibawah cahaya purnama langsung teralih pada kalung yang kukenakan.

Seketika pandangannya yang tajam menusuk berubah menjadi tenang. Ia kembali tegap kamudian ia bertanya padaku dari mana kudapatkan kalung itu.

"Medusa memberikannya padaku"

"Si bodoh itu" Ia berkata dengan nada dan suaranya yang tak sedap didengar. Bahkan aku sedikit merasa takut saat harus bertatapan dengannya.

Aku dengar beberapa patah kata darinya. Bahwa Medusa seharusnya menjaga pulau ini dari manusia, bukan membawa manusia kemari. Apa lagi memberi kalung berharga miliknya pada manusia.

Dan ia sendiri berkata bahwa manusia hanyalah perusak.

Setelah mendengar pernyataan itu aku jadi merasa sedih.

Padahal Medusa sudah berniat baik, ia menyelamatkanku dari kematian.

"Tidak! Medusa bukan membawa manusia ke pulau ini! Ia menyelamatkanku dari kematian dan dia kesepian!" Sanggahku

THE LEGEND OF DIAMONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang