Prolog

571 18 2
                                    


"Awas, typo bertebaran!"

☆ Happy Reading ☆

PROLOG

Aku menyukainya. Sangat menyukainya. Ia gadis pertama yang mampu membuat hatiku bergetar hanya dengan menatap matanya. Senyum yang selalu terulas indah di bibir mungilnya, seakan membuat hariku jadi lebih indah. Suara lembut nan mendayu mampu meluluhlantahkan perasaanku. Akankah aku bisa memilikinya?

"Mr. Jeon." Suara lembut itu lagi-lagi menusuk pendengaranku. Indah, bagaikan alunan musik yang menenangkan jiwa. Aku dibuat mabuk kepayang olehnya. Sampai akhirnya kekagumanku berubah menjadi rasa malu saat ia mengulang panggilannya. "Mr Jeon. Apa anda baik-baik saja? Anda sedang sakitkah?"

Aku tersenyum sumbang. Menggaruk dahiku yang tak gatal sembari tersenyum manis. Aku pun menjawab panggilan si cantik yang selalu menjadi sumber kebahagiaanku ini. "Ah, mian Zhea-sii. Aku hanya sedang melamun saja. Jangan khawatir." Lagi-lagi aku menyunggingkan senyum termanisku.

"Syukurlah. Daritadi saya perhatikan anda termenung saja. Saya pikir anda sakit, Mr Jeon." Bisa kulihat helaan napas lega dari dirinya. Bagai angin semilir yang berembus pelan, aku bisa merasakan terpaan napasnya.

Mungkin aku egois karena menginginkan dirinya hanya untukku. Ia terlalu berharga untuk disakiti dan dibuat menitihkan liquid bening di pipinya. Pria tak tahu bersyukur yang tega melukai hati lembut itu, ingin rasanya aku membunuhnya. Aku merelakan ia karena kutahu cintanya hanya untuk pria brengsek itu. Namun nyatanya ia membuat gadis yang kusukai terluka separah ini.

.

.

.

.

Malam itu tak pernah kurasakan sakit begitu perih. Ia menangis di bawah guyuran hujan lebat, sendirian. Begitu rapuh dan tak berdaya. Aku bersumpah akan mematahkan dua ratus enam tulang orang yang membuatnya sehancur ini.

"Di-dia ja-jahat. A-aku be-nci di-dia. Hiks ... hiks ... a-aku ...

Ia tak mampu lagi berucap. Bibir mungilnya membiru, ia menggigil kedinginan. Kuraih dirinya ke dalam pelukanku. Berharap ia merasakan kenyamanan di sana. Hatiku pun ikut terisak menyaksikan ia lemah seperti ini. Senyum manis yang selalu terkulum indah di bibirnya, kini terasa sirnah. Suram dan menyakitkan.

Aku mengelus kepalanya. Berusaha menenangkan hati yang telah hancur. "Tenanglah, Zhea-ssi. Semua akan baik-baik saja. Aku di sini, jangan khawatir, hm." Masih terus kudekap ia, semakin kueratkan pelukanku. Aku sungguh tak mampu melihatnya seperti ini. "kumohon jangan bersedih lagi. Pria sepertinya tak pantas kau tangisi. Biarkan bangkai itu menjauh bersama kebusukannya," kataku menahan emosi.

Aku membawanya pulang ke tempat tinggalku. Kutahu jika semua ini seharusnya tak terjadi, tapi aku bisa apa? Semua terjadi begitu saja tanpa kusadari. Bukan maksudku merebut apa yang bukan milikku, tapi sekali lagi takdirlah yang mengiginkannya.

"M-Mr. J-Jeon. A-apa ya-yang ka-kau la-lakukan padaku?" lirihnya menahan tangis. Ingin rasanya kupeluk dirinya tapi apa daya mungkin ia membenciku hari ini. "ini tidak benar. Ini salah, Mr. Jeon." Ia melanjutkan ucapannya disertai usapan kasar air mata yang akan menetes di pipinya.

Aku hanya bisa menyesal. Kurutuki kebodohanku yang tak bisa menahan diri malam itu. Seakan tak mampu menatap iris coklat gelap itu, aku menundukkan kepala sembari meminta maaf. "Mian, Zhea-ssi. Mianhae," kataku lirih.

To be continued alias bersambung 😂😂

Secretary Han is Mine (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang