Yerin meremas tangannya sedari tadi. Mungkin ini kali ke sepuluh Yerin sudah berjalan mondar-mandi di ruang tamunya. Menunggu kedatangan pria yang ia cintai. Iya, faktanya Yerin memang sudah mencintai pria yang menikahinya secara paksa itu. Berkali-kali ia menatap jam yang bergantung di salah satu dinding ruangan tersebut. Jam tersebut menunjukkan pukul sebelas, seharusnya suaminya itu sudah pulang sejak habis maghrib tadi.
Sreeek...
Kelopak mata Yerin seketika melebar. Kembali berbinar kala mendengar suara itu. Tidak lama kemudian pintu rumahnya terbuka, menampilkan seorang pria yang membawa tas di punggungnya serta tas laptopnya di genggamannya. Yerin menyambut pria itu dengan senang. Mengambilkan kedua tas yang dibawa pria itu.
"Kau sudah pulang, Mas? Sini biar kubantu," Yerin berujar lembut, membuat pria itu dengan rela memberi semua barangnya.
Belum ada jawaban dari pria itu, pria itu hanya menatap Yerin dengan sinis. Namun Yerin tidak pedulu, kini dirinya sedang berusaha melepas name tag yang bertuliskan 'Jungkook Jeon' yang melekat di jasnya, lalu membuka satu-persatu jas hitamnya dan melepas dasi suaminya, "Kamu tidur aja sana! Aku lagi pengen sendiri!" Pria itu berujar menjawab ketus.
Yerin sepertinya sudah kebal. Ia hanya tersenyum menanggapi ucapan suaminya. Tangannya masih bergerak melepaskan aksesoris-aksesoris yang melekat di tubuh suaminya bersamaan dengan bau khas cairan alkohol yang menyeruak dari tubuh suaminya, "Kamu mau apa? Mau aku buatin apa? Makanan? Minuman? Kopi? Teh?"
Pria yang kerap dipanggil Jungkook itu melirik ke bawah, memperhatikan Yerin, "Kopi item aja. Air panasnya secangkir, kopinya itemnya dua sendok, terus gak pake gula."
Yerin tersenyum hangat, "Sebentar ya. Mas tunggu aja dulu di ruang tengah sambil nonton bola."
Jungkook masih enggan untuk menjawab, tapi dia tidak membantah ucapan istrinya. Berjalan menuju ruang tengah lali mengganti channelnya menggunakan remot yang barusan ia ambil saat masih tergeletak di meja. Sementara Yerin membelokkan dirinya menuju tempat mencuci baju terlebih dahulu, memasukkan baju kotor Jungkook ke dalam mesin cuci. Setelah dirasanya sudah tidak ada yang tertinggal barulah ia berjalan menuju dapur untuk membuatkan secangkir kopi hitam kemauan Jungkook.
Tidak butuh waktu lama bagi Yerin untuk membuatkannya. Hanya kurang dari lima menit hopi hitam itu sudah siap disajikan. Kini Yerin berjalan menyusul Jungkook yang sudah duduk di sofa yang berada di ruang tengah. Meletakkan kopi itu di sebuah meja yang dikelilingi tiga sofa, satu sofa panjang dan dua sofa pendek. Setelahnya Yerin tidak berbicara apa-apa. Yang ia lakukan sekarang adalah mendaratkan bokongnya di atas permukaan sofa yang empuk itu di sisi Jungkook.
Menyadari keberadaan Yerin, Jungkook melirik sekilas. Jika kalian pikir Jungkook terfokus pada acara siaran langsung liga inggris di televisi itu, maka jawabannya salah. Pandangan Jungkook memang lurus ke depan, tapi atensinya tidak ke arah sana. Bahkan hampir saja kosong jika Yerin tidak segera datang.
"Minggir kamu!" Yerin menolehkan pandangannya kepada Jungkook, bingung.
"Minggir ke mana, Mas?" Yerin berujar lembut.
"Sanaan duduknya. Di pojok sofa aja," jawab Jungkook yang dari madanya terdengar masih jengkel.
Tanpa bangkit dari duduknya, Yerin menggeser tubuhnya hingga ke ujung sofa, setelahnya ia menatap Jungkook lagi, "Di sini, Mas?"
Jungkook tidak menjawab. Namun tiba-tiba saja ia meluruskan badannya, meletakkan kepalanya di atas kedua paha Yerin seraya menghela napasnya. Yerin yang melihat perubahan perilaku suaminya itu tidak begitu terkejut. Sungguh. Karena ini bukan kali pertama.
Tangan Yerin bergerak mengelus dahi Jungkook lalu berjalan hingga kepuncak kepalanya seraya menyisir lembut rambut Jungkook dengan jari jemarinya membuat Jungkook perlahan memejamkan matanya. Nyaman. Itu yang Jungkook rasakan. Ah, sepertinya kau tidak salah memilih istri, tuan Jeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alive ✓
Fanfiction[Completed] Yerin tau ini menyimpang dari rencananya. Menikahi seorang Jungkook memang bukan impiannya. Tapi mau bagaimana lagi? Semuanya sudah terlanjur. Hingga sifat sebenarnya dari suaminya itu keluar dengan tiba-tiba. Yerin sebagai sang istri ta...