Yerin tau ini hari yang buruk buat Jungkook. Tapi Jungkook menutupinya dengan baik. Bahkan pria itu menampilkan senyum terbaiknya seakan ia juga merindukan abangnya, ya walau pada kenyataannya memang begitu sih. Ia jadi merasa bersalah pada suaminya. Ingin sekali rasanya Yerin menyuruh Jungkook agar tidak berpura-pura bahagia seperti ini.
"Yuk berangkat!" seru Jungkook yang terdengarannya lebih bersemangat padahal jauh dalam hatinya ia merasa takut, sesak, sedih, tidak karuan pokoknya.
Yerin tersenyum tipis, menutup pintu rumah dan menguncinya. Lalu dirinya berjalan menuju pagar sementara Jungkook sudah ada di dalam mobil. Ketika mobil hitam nan gagah itu telah keluar, Yerin kembalu menutup pagar putih rumahnya dan memasuki mobil. Hingga akhirnya mobil hitam itu meninggalkan rumah bercat abu-abu itu.
Jungkook sengaja menyalakan radio dalam mobil. Biasanya sih tidak kalau bersama Yerin, karena di dalam mobil mereka sendirilah yang membuat suasana nyaman. Tapi kali ini tidak, batin Jungkook seakan bertarung dengan pikirannya sendiri. Begitu juga dengan Yerin yang sedari tadi dirundung rasa bersalah. Yerin cemas. Biar sekuat apapun suaminya, pasti suamimya akan merasa tertekan karena masalah ini. Masalah yang belum pernah Jungkook ceritakan sama sekali.
"Kamu udah hubungin mbak Sowon, Rin?" Jungkook akhirnya memecah keheningan.
Yerin mengalihkan pandangannya, menatap suaminya, tersenyum tipis seraya mengangguk, "Udah kok, Mas."
Jungkook mengangguk singkat, "Pasti kamu kangen berat ya sama mbak Sowon, Rin?"
Yerin tersenyum, tidak menjawab, malah balik bertanya, "Kamu kangen bang Jin juga kan, Mas?"
Jungkook tersenyum. Bila kalian lebih jeli, senyuman itu terlihat pahit, miris, kecut, "Iya," cicitnya dengan singkat.
Ntah kenapa jalanan sekarang lengang. Padahal Jungkook berharap jalanan macet agar ia bisa lebih lama di jalan. Tapi kayaknya keberuntungan tidak berpihak padanya. Malah mereka kini telah sampai di sepan kediaman putra sulung keluarga Jeon itu.
Rumah dengan gaya tradisional Jawa yang masih melekat itu terlihat elegan, Yerin dan Jungkook kini telah berdiri di depan pagar rumah yang mempunyai pola seperti di batik-batik khas jawab. Tangan Jungkook bergerak menekan tombol yang berada di salah satu dinding di tepi pagar.
Tiga kali setelahnya, terlihat seorang wanita cantik dengan tinggi semampai dan rambut yang tergerai keluar dari dalam. Wanita itu tersenyum, tangannya gesit membuka pintu pagar, "Selamat datang, Rin, Kook!" ia berseru senang.
Yerin bergerak memeluk wanita itu seraya mencium pipi dengan pipi ala ibu-ibu, "Halo, Mbak!" Yerin tidak kalah senang.
Setelah bercepika-cepiki dengan Yerin, wanita itu menyalami Jungkook ala kadarnya, "Hai, Kook!"
Setelah menyambut kedatangan mereka berdua dengan singkat, wanita itu mengajaknya memasuki kediamannya.
"Siapa yang dateng, Sayang?" Yerin dan Jungkook bisa mendengar suara berat yang semakin besar, terdengar kalau orang di dalam sana mendekat.
Benar saja, muncul seorang pria berbahu lebar dengan rambut yang masih sedikit lepek, "Oh, wow. Kedatangan tamu rupanya," Pria itu justru menunjukkan senyum miringnya, meremehkan.
Jumgkook membeku menatap pria itu. Ingin sekali rasanya ia bilang pada pria itu kalau ia benci dengan suasana seperti ini. Ia ingin seperti dulu, seperti masa kecil sebelum masalah ini datang.
"Kau seharusnya tidak membiarkan pembunuh mendatangi rumah kita, Sowon..." Wanita yang dirangkul pria itu sontak mengalihkan pandangannya. Begitu juga dengan Yerin yang sedikit melebarkan matanya. Jungkook? Ntahlah, air mukanya sulit diartikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alive ✓
Fanfiction[Completed] Yerin tau ini menyimpang dari rencananya. Menikahi seorang Jungkook memang bukan impiannya. Tapi mau bagaimana lagi? Semuanya sudah terlanjur. Hingga sifat sebenarnya dari suaminya itu keluar dengan tiba-tiba. Yerin sebagai sang istri ta...