Yerin melenguh panjang, perlahan ia membuka matanya kala indera penciumannya sudah menangkap bau harum kuat yang khas ala suaminya. Benar saja, saat mata Yerin sepenuhnya terbuka, ia sudah melihat Jungkook yang duduk di tepi kasur dengan memakai kaus kasual dan celana bahan panjang berwarna hitam. Ah, dia sudah mandi rupanya.
Yerin bangkit dari tidurnya, membuat Jungkook yang tadinya sibuk bermain game di ponselnya, menoleh ke belakang, "Udah bangun, Rin?"
Yerin mengangguk singkat seraya membungkus tubuhnya dengan selimut yang tidak terlilit sehelai benan pun, "Jam berapa, Mas?". Ia ingin beranjak menuju kamar mandi. Tapi rasanya perih sekali.
"Setengah sembilan. Mau aku bantu, Rin?" Jungkook jadi meringis sendiri melihat Yerin seperti itu.
"Setengah sembilan?! Aduh, aku kesiangan!" Yerin sedikit memekik, lalu rasa perih itu kembali datang, "Gak usah, Mas- Aw..." Yerin menapakkan kedua kakinya di lantai.
Jungkook tentu gak tinggal diam. Biar bagaimana pun juga ini kan karenanya juga yang terlalu hype dari kemarin sore hingga semalam. Jangan salahkan Jungkook, salahkan hujan yang memang tidak kunjung berhenti, membuat gairah Jungkook juga tidak menurun.
Jungkook berdiri di depan Yerin, tangannya sigap bergerak, hendak membantu Yerin berdiri.
"Gak usah, Mas! Udah sana, awas! Aku mau mandi," Jungkook hanya terkekeh melihat istrinya yang ngambek sambil berjalan terseret. Perlu kalian tau, semalam Jungkook memang tidak kenal lelah. Bahkan Yerin udah meminta ampun buat berhenti tapi kayaknya waktu itu Jungkook gak mau dengar.
Yerin menahan rasa perihnya, biar bagaimana pun ia harus ke kamar mandi. Ia merutuki diri sendiri perihal kenapa rasanya masih perih, padahal ini kan sudah kali kedua, seharusnya ia sudah terbiasa.
Yerin kini sudah selesai mandi, hanya memakai celana pendek dan kaus dengan lengan yang terpotong hingga ketiaknya. Saat Yerin sedang asik menyisir dan merapikan rambutnya yang sedikit kusut karena habis keramas tadi, Jungkook tiba-tiba menyambar, mengambil duduk di samping kursi rias yang untungnya kursi itu lumayan panjang.
"Rin, hari ini gak usah kerja, ya?"
Yerin menatap Jungkook bingung, "Kamu libur di rumah sakit? Terus laboratorium kamu gimana?"
"Ya gak pa-pa. Tadi aku udah izin kok."
Yerin mendengus, "Tapi kan aku gak bisa, Mas. Aku ada ke-"
"Hp kamu mana sini. Aku minta nomor bos kamu, biar aku yang izinin," Yerin tersenyum, Jungkook memang lelaki hebat yang berani yang Yerin kenal setelah ayahnya. Akhirnya Yerin hanya menunjuk ponselnya yang tergeletah di kasur dengan lirikan matanya seraya berkata : Tuh.
Tanpa basa-basi Jungkook berpindah dengan ponsel Yerin dan miliknya sendiri di kedua tangan besar. Selagi Jungkook menelepon, Yerin berdandan, tidak terlalu tebal, agar terlihat natural.
Bersamaan dengan Yerin yang selesai dandan, Jungkook juga selesai menelepon. Keduanya kini berjalan menuju ruang makan. Tadi, kata Jungkook, sih, ia sudah menyiapkan makan. Tapi gak tau deh Jungkook masak apa, mengingat pria itu sama sekali tidak bersahabat sama sekali dengan dapur, rasanya tidak mungkin kalau Jungkook memasak sarapannya.
"Emang kamu masak apa, Mas? Bukannya kamu gak bisa? Jangan-jangan dapurku kayak kapal pecah lagi," Yerin berkata sarkastik membuat Jungkook sedikit meringis, aku rapopo, Rin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alive ✓
Fanfiction[Completed] Yerin tau ini menyimpang dari rencananya. Menikahi seorang Jungkook memang bukan impiannya. Tapi mau bagaimana lagi? Semuanya sudah terlanjur. Hingga sifat sebenarnya dari suaminya itu keluar dengan tiba-tiba. Yerin sebagai sang istri ta...