Kesan di hari pertama sekolah cuma satu kata, melelahkan. Meskipun ini bukan kali pertamanya dia menginjak bangku SMA tetap saja berbeda dengan saat masa-masa sekolahnya dulu, sangat jauh. Mulai dari tata letak sekolah, meja, kursi apalagi murid lelaki disana terbilang aktif, sangat kepo sedangkan perempuan lebih mementingkan gengnya masing-masing dan juga bertanding siapa yang lebih cantik.
Huh, hari-hari seperti ini akan dilaluinya selama satu tahun. Menyebalkan, tidak bisa hangout di kampus, tidak bisa mengenakan pakaian bebas, dan yang terpenting tidak bisa bolos.
Semua masalahnya berasal dari abangnya sendiri, bagaimana bisa diusia seperti ini masih berpakaian seragam SMA dengan rambut yang tidak boleh di warna, kuku tidak boleh di cat, dan lagi harus mengenakan sepatu hitam yang hanya boleh berlist putih saja. Menyebalkan.
Menatap langit-langit kamar dengan menghembuskan nafasnya berat tidak menghibur suasana hatinya.
"Hari buruk atau sial?" Celetuk Garin tiba-tiba nongol di ambang pintu.
Naira menyipitkan matanya memandang tajam ke arah sang biang kerok.
Garin cekikikan melihat adik semata wayangnya seperti itu, "Nikmatin aja" sahutnya lagi malah membuat Naira semakin geram.
"Siapa tau ada yang kecantol kan?"
Saat setelah mendengar kalimat itu, Naira bangkit dari rebahannya memandang abangnya seperti mangsa. Si biang kerok malah cengengesan siap-siap berlari saat itu juga.
"Enjoy your life!" Pekik Garin menggelar di rumah.
"Punya abang sial bener, ya Tuhan, kenapa engkau ciptakan abang ku dengan karakter seperti itu?" Naira menengadah kan kedua tangannya dengan wajah memelas.
✝✝✝
Sudah satu jam lamanya Marcus memandangi karya seni yang terpajang di ruangan ini, karya seni yang hanya sebuah coretan asal saja dari berbagai macam warna tetapi menghasilkan suatu karya yang begitu indah.
Seorang pria duduk di bangku SMA menyukai sebuah lukisan, memang terdengar aneh.
Di usia muda seperti ini biasanya sibuk berpacaran, mencari nilai tertinggi, mencari kepopuleran, memiliki teman yang bergaya trendi seperti anak sekolah pada umumnya. Namun Marcus, dia masih terjebak di dalam satu lukisan. Lukisan yang dirinya sendiri tidak tau apa makna sebenarnya dari lukisan tersebut.
Ruangan ini tidaklah besar, namun tidak terdapat apa-apa selain lukisan ini, bahkan dinding nya pun netral berwarna putih.
Marcus memejamkan matanya sesaat mencoba melihat apa yang ada di penglihatan nya saat ini. Saat membuka matanya kembali, penglihatan nya tetap sama, sebuah lukisan.
Drrtttt drrtttt
Sebuah panggilan masuk dari sepupunya. "Hallo.."
".."
"Kenapa?"
"..."
"Gak, gue pulang larut.."
Begitu ucapnya selama di telepon. Marcus memalingkan wajahnya keluar dan menutup rapat ruangan ini kembali seperti semula.
Tidak ada yang berubah, batin Marcus meneliti tiap sudut ruangan yang lainnya. Jelas terputar di memorinya, seorang pria kecil sedang memainkan mobil mainannya dengan seorang wanita yang mengenakan baju terbuat dari benang wol. Sangat bahagia.
Hati Marcus tiba-tiba tersentuh mengingat akan kejadian itu.
Namun, saat ia mengalihkan pandangannya, bayangan dari pria kecil dan seorang wanita tersebut lenyap begitu saja. Hilang, pergi entah kemana.
✝✝✝
Bulan yang sudah menggantikan posisi matahari tidak membuat Marcus beranjak dari rumah cukup besar ini. Sejujurnya ia sangat menginginkan tinggal disini lagi. Tidak ada salahnya jika berharap kan?
Handphone yang berada di saku celananya bergetar terus menerus, sebuah obrolan grub kelasnya di WhatsApp. Marcus terbilang sangat jarang bahkan tidak pernah muncul selama beberapa bulan terakhir ini. Menurutnya, tidak penting. Bergabung saja sebenarnya terpaksa karena memang diharuskan.
Sinar matahari dari jendela menyeruak masuk tanpa izin menyilaukan penglihatan nya. Marcus mengerjapkan matanya tersadar dirinya ketiduran di rumah ini, bergegas ia pergi kembali pulang ke rumah dengan mengendarai mobil nya.
Sialnya, dia terjebak macet. Lebih sialnya, ada razia di pemberhentian depannya. Lebih sialnya lagi, handphonenya tertinggal di rumah tadi.
Saat Naira berangkat melintasi jalan raya yang padat karena razia di pagi hari, membuat Naira mengernyitkan kening nya melihat lelaki yang terbilang tidak asing baginya.
Naira menguras otak nya, Oh iya benar, lelaki itu Marcus teman sekelasnya.
"Pak, turun sini aja.." ucap Naira pada ojek online nya.
"Loh, kan belum sampe mba?"
"Gak papa, ini uangnya ya pak. Makasih.."
Naira berlari kecil menghampiri Marcus yang tengah sibuk memegang pulpen dengan kertas kecil yang Naira yakini surat tilang.
Dengan menepuk pundaknya pelan, "Hei.."
Marcus menoleh mendapati Naira dengan seragam lengkap sekolahnya, "Di razia ya?" Belum sempat Marcus menjawab, "Bolos ya?" Potong Naira lagi.
Ya, Naira kali ini banyak bicara dari pada pertemuan pertama mereka berdua.
"Kok diem?"
Marcus tersenyum kecut, "Gimana mau jawab, lo potong duluan"
"Oke dek, lain kali ingat ya peraturan, lagian kalian harus sekolah jangan pacaran!" Ucap sang pak polisi yang bertugas.
Naira mengerutkan keningnya mendengar kata kalian, pacaran "what?"
Kini Naira sudah di dalam mobil bersama dengan Marcus, tidak ada pembicaraan selain suara deru nafas masing-masing yang terdengar. Bukannya tidak ingin berbicara, cuma tidak ada bahan pembicaraan saja.
Sampai di sekolah sangat tepat, bel berbunyi saat Marcus memarkir kendaraan nya.
Masih saja terdiam, hanya suara mesin mobil ini yang terdengar. "Hm, makasih, gue duluan" Ucapnya ingin melepaskan selt belt nya namun ditahan langsung oleh tangan Marcus.
Marcus menatap Naira begitu dalam."Ngapain berhenti terus nyamperin gue?"
Begitu pertanyaan itu terlontar dan ditujukan kepada dirinya, Naira pun berpikir keras, kenapa dia rela turun dari ojek online nya dan menghampiri lelaki ini yang bahkan notabenenya bukan teman dekatnya.
Ada apa dengannya? Apa yang salah dengan dirinya?
Bersambung
Mei'02
KAMU SEDANG MEMBACA
PERSONA PSYCHO [KEPRIBADIAN PSIKOPAT]
Misterio / SuspensoFollow sebelum membaca.. Ini cerita bukan copy paste! Naira Putri Maharani, dikarenakan membantu abang kandungnya, gadis yang sedang kuliah semester 4 harus merangkap menjadi siswi kelas 12 di SMA Nusa. Entah ini jalan baik atau buruk baginya, yang...